Dalam sessi tanya jawab, Yandramin Halim selaku Managing DirectorFaber-Castell International Indonesia mengungkap sisi bisnis korporasinya. Meski dunia dilanda era digitalisasi teknologi yang salah satu cirinya adalah semakin berkurangnya penggunaan alat-alat tulis, tetapi faktanya hal demikian tidak terlalu berpengaruh terhadap kinerja usaha Faber-Castell.
"Trend penjualan kami di seluruh dunia, termasuk Indonesia, terus menunjukkan grafik peningkatan dan tetap baik. Kenapa? Karena di seluruh dunia ini, pendidikan masih terfokus pada penggunaan teknologi non-digital. Lagipula, teknologi digital tidak bisa memberikan rasa experience seperti yang natural. Era digital tidak bisa menggantikan sepenuhnya aktivitas fisik. Meskipun memang, era digital membawa sedikit dampak penurunan penjualan produk stationery dan office. Itu tidak bisa kita pungkiri," tuturnya.
Kondusifnya bisnis Faber-Castell antara lain didukung oleh kualitas dan keamanan produk yang tak dapat diragukan lagi. Ketentuan yang sangat penting adalah harus non-toxic, dengan diantaranya harus sesuai European Note (EN) Pasal 71, yang berkaitan dengan produk untuk anak-anak. Semua produk yang dibuat Faber-Castell tidak mengandung zat yang beracun bagi anak-anak.
"Pensil kita misalnya, kalaupun dikulum dan pewarnanya tertelan, tetap aman untuk anak-anak. Produk kita bukan untuk diminum, tetapi kalau terminum pun akan tetap aman bagi tubuh. Secara ekstrem,kami pernah meminum tinta di hadapan teman-teman media, dan terbukti memang aman. Sengaja kami berikan rasa pahit, agar anak-anak tidak suka mengulum dan menelannya. Apa yang kami lakukan adalah sebagai bentuk bahwa kami benar-benar menghasilkan produk yang non-toxic. Penghapus misalnya, terbuat dari karet dan plastik. Produk penghapus kami tidak ada yang mengandung phthalate. Ini adalah zat kimia agar supaya plastiknya menjadi lunak. Tapi hati-hati, phthalate ini dapat membahayakan kesehatan apabila sering-sering terhirup oleh hidung kita, dan menimbulkan efek negatif yakni perubahan hormonal," jelas Yandramin seraya memutarkan video ketika dirinya bersama sejumlah pimpinan Faber-Castell meminum tinta pewarna. "Terbukti aman dan tidak beracun".
"Tinta berwarna yang akan kita buang harus dimurnikan terlebih dahulu warnanya, sehingga benar-benar bukan warna tinta semula lagi. Kami punya instalasi pengolah limbah yang antara lain memproses hasil cucian bahan baku tinta dengan menjalankan efek kimia, fisika juga biologi. Sehingga air bekas tinta yang dibuang tidak akan mengandung warna apalagi racun. Bahkan, sebelum dibuang, kami melewatkan terlebih dahulu air yang hendak dibuang tersebut pada akuarium berisi ikan, dan ternyata ikannya hidup terus," bangganya sambil memutarkan video "minum" tintaConnectorPen yang dimaksud.
Bukan hanya buangan tinta yang harus aman terhadap lingkungan, bahkan polusi suara atau tingkat kebisingan di pabrik Cibitung ini pun juga senantiasa diukur dan dikendalikan. "Tingkat polusi kebisingan pabrik kita pun diukur. Di pabrik kita, tidak ada suara, karena semua menggunakan elektrik, bukan hidrolik. Dampaknya, harga mesin produksi memang lebih mahal, tapi polusi suara dapat dihindari dan tingkat kebisingan terjaga dengan baik," ujarnya lagi.
Bicara pensil tentu bahan baku diantaranya adalah kayu yang berasal dari pohon. Bagaimana Faber-Castell membuktikan bahwa bisnisnya tidak melubangi "paru-paru dunia" dengan melakukan penebangan pohon sembarangan atau menggunduli hutan?
"Bahan baku kayu, kayunya sendiri harus berasal dari sumber yang mengantongi sertifikasi dari FSC (Forest Stewardship Council), sebuah Badan Internasional yang mensertifikasi bahwa kayu berasal dari hutan yang di-manage dengan baik, atau tidak sembarangan menebang dari hutan. Setiap tahun, akan diaudit oleh tim dari FSC yang didirikan pada 1993 dan berkantor pusat di Bonn, Jerman," urai Yandramin meyakinkan.
'Art4All', Seni Untuk Semua
Vincent van Gogh yang sempat kepincut pensil Faber-Castell pernah mengatakan bahwa, karya besar tidak dikerjakan oleh dorongan, tapi oleh rangkaian hal-hal kecil yang dibawa bersama-sama.
Apa yang disampaikan van Gogh rupanya diyakini dan dipahami benar oleh Faber-Castell. Bahkan lebih jauh lagi, diimplementasikan dengan menciptakan ConnectorPen yang ketika dilombakan sejak empat tahun lalu --- dengan tajuk ConnectorPen Challenge ---, benar-benar terbukti menciptakan kebersamaan antara anak-anak dan orangtua. Mereka saling berkolaborasi untuk menciptakan aneka craft dari ConnectorPen, karena memang tematik lombanya adalah Family Art Experience.
Kebersamaan dalam menghasilkan seni kreatif inilah yang juga menjadi misi kampanye 'Art4All'. Hal ini pula yang disampaikan Andri Kurniawan selaku Public Relation Manager Faber-Castell ketika memaparkan program nan edukatif, 'Art4All'.
Menurut Andri, perkembangan di abad 21 membuktikan bahwa, semakin terasa kalau seni berguna sekali untuk menghadirkan pemikiran kritis, komunikatif dan kreatif. "Inilah yang dibutuhkan pada abad 21, tidak saja science dan sebagainya. Jadi, kita naik satu level yakni kepada wilayah seni. Seni sebagai salah satu kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif. Apalagi. faktor penentu berhasil atau tidaknya seseorang itu tidak hanya ditentukan dari keberhasilan akademis belaka. Tapi juga dibutuhkan Life Skills, 21st Century Content, Core Subjects, Learning & Thinking Skills, hingga ICT Literacy," urainya.
Untuk memenuhi Life Skills, lanjut Andri, sejumlah faktor harus terpenuhi, misalnya:
- Critical Thinking & Problem Solving.
- Creativity & Innovation.
- Communication & Information.
- Collaboration.
- Bahasa | Membaca | Matematika.
- Pengetahuan Alam | Bahasa Asing | PPKN.
- Ekonomi | Seni | Sejarah | Geografi.
Pendidikan seni, ujar Andri, sangat dibutuhkan oleh orang-orang untuk perkembangan saat mereka bekerja, dan terkait dengan perkembangan ekonomi sebuah negara. Itulah mengapa di Indonesia ada Badan Ekonomi Kreatif (Barekraf), sebagai sebuah institusi yang sangat challenging untuk masa depan Indonesia.
"Survei yang dilaksanakan IBM terhadap lebih dari 1.500 CEO dari 60 negara yang berasal dari 33 sektor industri menyimpulkan bahwa, kreativitas adalah kunci nomor satu untuk membawa seseorang mencapai tahap sukses dalam bisnis," tegas Andri.Â
Adapun EightHabits of Mind itu adalah:
- Develop Craft.
- Engage & Persist.
- Envision.
- Express.
- Observe.
- Reflect.
- Stretch & Explore.
- Understand Art World.
Diantara program yang sudah berjalan adalah Pelatihan Bagi Para Pengajar. "Sejak tahun 2000 kita sudah memulainya dengan mengelorakan kampanye "Mengajar", tidak hanya di kota-kota besar tapi juga kota-kota kecil di pelosok Nusantara. Inilah komitmen Faber-Castell untuk mengajarkan orang-orang bahwa seni bisa diciptakan dari sesuatu yang sangat sederhana," ujar Andri.
Ada lagi, Lomba Gambar Anak. " Pada tahun 2011 misalnya, kami menyelenggarakan kegiatan Lomba Gambar Nasional dengan hadiah ke Jerman, Malaysia, China, Singapura, Hongkong, dan Jerman lagi sebagai penutup. Hadiah berupa bepergian ke negara-negara di mancanegara itu bukan sekadar pelesiran bersama keluarga belaka, tapi sekaligus menimba ilmu seni di lembaga pendidikan seni yang ada di luar negeri. Jadi, hadiah bepergian ke luar negeri ini juga sebagai bentuk tali kasih dari anak-anak berprestasi kepada orangtuanya," tutur Andri yang ternyata juga seorang Kompasianer.
Ada juga Pameran dan Workshop "Ekspresi Indonesiaku". Disini, anak-anak berpestasi diberikan "sesuatu" berupa pameran karya anak-anak berprestasi, yang disandingkan dengan karya pelukis profesional, sehingga anak-anak berprestasi ini merasa punya kebanggaan dan harga diri. Selain itu, karya mereka juga dikumpulkan dan dibukukan untuk dijual secara komersial sebagai bahagian dari portofolio mereka. Selain itu, dilakukan pula peluncuran Buku "Cuma di Indonesia".
Untuk jenjang keluarga, seperti sudah dijelaskan sebelumnya, ada lomba penuh tantangan, "ConnectorPen Challenge". "Selama 4 tahun kita mengampanyekan kegiatan lomba ini. Kalau lomba gambar hanya melibatkan anak-anak saja, tetapi dengan ConnectorPen Challenge dapat terjalin kreativitas bersama antara anak-anak bersama orangtuanya, dengan membuat karya kreatif dengan menggunakan ConnectorPen. Setiap kali kegiatan ConnectorPen Challenge dilangsungkan selalu saja mendapat animo masyarakat yang begitu menggembirakan. Ini sudah kegiatan tahun keempat dan untuk kali ini hadiahnya adalah wisata ke Bali," ujar Andri.
- Meningkatkan memori.
- Meningkatkan kepercayaan diri.
- Memberikan rasa tenang (relaksasi).
- Mengurangi stres.
- Meningkatkan komunikasi dan sosialisasi.
- Melatih motorik dan menyehatkan jasmani.
- Mencegah kepikunan (demensia).
- Sensasi menenangkan.
- Meningkatkan kreativitas.
- Keseimbangan otak kiri dan kanan.
- Membantu tetap fokus.
- Mempertajam daya ingat.
Menurut Andri, selain meningkatkan daya ingat, fokus dan kreativitas, menulis kreatif juga bisa mengendalikan emosional. Salah satu program yang sudah dilaksanakan Faber-Castell adalah dengan mengundang penulis sekaligus komedian, Raditya Dika dalam format acara Talkshow & Workshop "Creative Writing" dengan tema Rezeki Tak Akan Habis yang menyampaikan bahwa menulis itu tidak susah, termasuk menulis humor, dan hasil-hasil tulisan bisa dijual sehingga menghasilkan income. Masih terkait dengan buku dan penulisan, Faber-Castell juga sudah menerbitkan buku 11 Cerpen Komedi Terbaik, dan buku Best Adventure.
Program untuk jenjang dewasa juga sudah melaksanakan workshop kreatif dan berhasil membuat topi, kacamata warna-warni, sepatu warna-warni, payung kertas, mug, botol minum, hingga membuat helm bermotif dan warna-warni.
Akhirnya, seperti juga pernah disampaikan Affandi, maestro lukis kenamaan Indonesia, bahwa Art and life never part company (Seni dan kehidupan tak bisa dipisahkan). Kalimat ini menjadi begitu menggetarkan karena memang manalah sisi kehidupan ini yang bisa dipisahkan dari seni berikut segala kekagumannya. Â
Bersyukur, dalam ikut menjembatani seni dan kehidupan itu hadir produk-produk Faber-Castell, yang tiada tandingannya lagi dalam menghargai seni dan kreasi, serta menjunjung tinggi kreativitas.
Salam Art4All ... Â Â
* * *
Baca tulisan sebelumnya:
"Art4All" Faber-Castell: Melahirkan Seni, Menginspirasi Kreasi (1)
Baca juga:
#Art4All: Melawan Vandalisme dengan Gang Cantik Berseri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H