Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Bunga Cinta Asita untuk Flores

9 Mei 2017   00:36 Diperbarui: 9 Mei 2017   10:14 991
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penjual kain tenun di Desa Sikka, Flores. (Sumber: Facebook Asita DK)

Sedangkan ketika di Ende, Mbak Asita menuangkan seluruh keindahan Kabupaten Ende yang beribukota Ende ini pada halaman 79 sampai 104. Di sini, Mbak Asita mengawali pembaca untuk menyaksikan sendiri lokasi sebuah taman yang menjadi saksi mata, bahwa Proklamator RI yaitu Bung Karno pernah merenungkan falsafah Pancasila. Seperti kita tahu, Bung Karno pernah diasingkan oleh kolonial Belanda ke Ende (1934 – 1938). Mbak Asita dengan apik menuliskan suasana Taman Perenungan Bung Karno, lengkap dengan foto Pohon Sukun juga foto Patung Bung Karno yang berpose duduk.

Pohon Sukun asli yang menjadi naungan Bung Karno saat itu telah tumbang di tahun 60-an karena termakan usia. Dan yang ada sekarang, adalah pohon kedua yang ditanam kembali tahun 1981 sebagai duplikat untuk mengenang tempat Bung Karno merenungkan Dasar Negara, dan pohon ini tumbuh subur dengan lima cabang yang diyakini oleh masyarakat Ende sebagai perwujudan kelima sila dari Pancasila. (halaman 82).

Asita berfoto dengan latarbelakang rumah adat di Wae Rebo, Flores. (Sumber: Facebook Asita DK)
Asita berfoto dengan latarbelakang rumah adat di Wae Rebo, Flores. (Sumber: Facebook Asita DK)
Mumpung di Ende, Mbak Asita juga menuliskan perjalanannya mengunjungi Situs Rumah Pengasingan Bung Karno yang pernah dihuni Sang Proklamator sebagai  tahanan politik bersama istrinya Inggit Garnasih, mertuanya Ibu Amsih, dan dua anak angkatnya Ratna juga Kartika.  

Masih di Ende, Mbak Asita mengajak pembaca mengenal Kampung Moni, sebuah kampung di kaki Gunung Kelimutu yang banyak sekali terdapat homestay bagi pelancong. Tak ketinggalan, Mbak Asita menuturkan pula kisah menyaksikan keindahan matahari terbit di Danau Kelimutu, juga kemeriahan Festival Danau Kelimutu sebagai puncak acara adat ritual Patika yakni Du’a Bapu Ata Mata yang biasa digelar Suku Lio.

Kedalaman penuturan Mbak Asita bercerita tentang seluruh destinasi wisata yang ada di enam tujuan wisata di Flores, menjadikan buku ini laik menjadi referensi panutan bagi para turis yang hendak melakukan perjalanan wisata ke obyek-obyek wisata yang sama di Flores.

Kedua, tidak cuma menuturkan keunggulan dan pariwisata andalan Flores, Mbak Asita juga menyisipkan fakta dan data sejarah terkait sejumlah obyek wisata yang dikunjunginya. Contohnya, ya cerita tentang pengasingan Bung Karno itu. Artinya, buku ini juga mengandung kisah historis yang sakral plus faktual.

Ketiga, dua kali perjalanan wisata ke Flores dan menetap dalam watu yang tidak sebentar, membuat buku ini punya nalar budaya yang tak bisa dipandang remeh. Mbak Asita sukses mengulik bagaimana budaya dan kebudayaan masyarakat setempat yang ramah dan begitu menghormati setiap tamu yang datang berkunjung. Siapapun, tak peduli kepada wisatawan domestik maupun mancanegara, masyarakat Flores yang penuh santun, ramah dan hangat bersahabat ini pasti juga akan selalu menawarkan para tamunya untuk bersantap makan dan minum di rumah-rumah mereka.

Kampung Wae Rebo di Flores dengan rumah adatnya. (Sumber: Facebook Asita DK)
Kampung Wae Rebo di Flores dengan rumah adatnya. (Sumber: Facebook Asita DK)
Keempat, serba-serbi wisata Flores tersaji lengkap di buku ini. Mulai dari perbankan mana saja yang terdapat layanan ATM-nya, provider telekomunikasi atau telepon seluler mana yang bisa menjangkau hampir seluruh pelosok Flores, hingga bagaimana cara pelancong bisa mencapai Flores baik itu menggunakan jalan darat, laut maupun udara. Eh, enggak ketinggalan, lengkap juga lho dengan biaya transportasi semisal harga tiket, sewa mobil, lama perjalanan, biaya hidup dan akomodasi pendukung lainnya. Malah, pembaca buku dipermudah dengan adanya contoh itenary kunjungan wisata selama empat hari di Flores yang disusun Mbak Asita. Semakin lengkap lagi, buku ini juga menyertakan Tanggal Perayaan dan Peta Wisata di Flores.

Sekadar perhatian saja bagi buku travel kedua yang ditulis Mbak Asita ini adalah kualitas perwajahan isi buku yang mungkin harus ditingkatkan lagi. Selain karena rata kiri dan kanan kolom lembar halaman demi halaman yang kurang artistik, juga pencantuman halaman yang sedikit menyulitkan pembaca. Selain foto-foto yang banyak disisipkan Mbak Asita untuk mendukung tulisan atau naskah, buku ini pun menyediakan tujuh halaman Galeri Foto. Tapi, andai boleh memberi saran, sebaiknya foto-foto ini diperbesar ukurannya dan diusahakan tampil dengan berwarna atau full color. Bukankah ada yang berpendapat bahwa satu gambar bisa saja lebih bermakna ketimbang 1000 kata-kata.

Oh ya, kelebihan lain buku ini adalah karena dimuat juga semacam testimony dari sejumlah pihak yang kebetulan juga sudah pernah berkunjung dan berwisata ke Flores. Semua tertuang di halaman 146 - 150. Misalnya, ada nama Ria Aziz Basoeki (traveler dan pekerja sosial), Ruth Marinthan Panjaitan (traveler dan karyawati swasta), Andrej Zorko (traveler asal Slovenia yang tinggal di Bali), Mardiana Sukardi (traveler dan dosen di Jakarta), juga Herbertus Ajo (pengamat pariwisata Flores) yang diantaranya menyampaikan betapa Flores terkenal dengan kain tenun lengkap dengan upaya pelestariannya.

Kampung Todo di Manggarai, Flores. (Sumber: Facebook Asita DK)
Kampung Todo di Manggarai, Flores. (Sumber: Facebook Asita DK)
Akhirnya, tepatlah apa yang disampaikan Ira Lathief, penulis dan creative traveller ketika turut mengantarkan buku ini. “Siap-siap pembaca juga akan jatuh cinta pada Flores”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun