Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama FEATURED

Bobot Arya Kian Susut Usai Operasi Bariatric Surgery

3 Mei 2017   18:18 Diperbarui: 23 Januari 2020   11:37 11392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Arya Permana berpose bersama Dr Handy Wing SpB, dua pekan pasca Operasi Bariatric Surgery di OMNI Hospitals Alam Sutera. (Foto: Dokpri. Dr Handy Wing SpB)

Punya bobot 192 kg, membuat sosok Arya Permana (11) sempat melambung dan jadi buah bibir. Bocah kelas IV SD yang tinggal di Desa Cipurwasari, Kecamatan Tegal Waru, Karawang, Jawa Barat ini menderita obesitas parah. 

Akibat kegemukan badan yang begitu berlebih, Arya sampai tak kuat berjalan kaki bahkan untuk jarak dekat sekalipun. 

Belum lagi, untuk posisi tidur, anak dari pasangan Ade Somantri dan Rokayah ini tidak dengan kondisi terlentang seperti orang kebanyakan. Karena bobotnya yang super jumbo, Arya terpaksa harus tidur dengan posisi duduk dan bersandar.

Mengapa Arya bisa menderita obesitas sebegitu parah?

Demi menjawab pertanyaan ini, Selasa malam, 2 Mei 2017, saya mewawacarai Ade Somantri. Ayahanda Arya ini bercerita kalau anak kedua dari dua bersaudara ini memang punya nafsu makan yang luar biasa. 

Arya juga seolah ‘kecanduan’ jajan minuman-minuman manis kesukaannya. Belum lagi kegemaran Arya menyantap mie instan yang masih harus dilengkapi telur ayam. 

Sehari semalam bisa sampai 6 bungkus mie instan! Meski sudah makan mie instan, bila masih belum kenyang, Arya akan memuaskan rasa laparnya dengan makan nasi. Sehari, bisa sampai 6 kali juga makan nasinya.

Jadi, sudah mie instan lengkap dengan telur ayam, masih pula ditambah makan nasi, ckckckckkkk alhasil makin tambur aja deh tubuh Arya.

“Arya ini senang jajan minuman-minuman manis kesukaannya, termasuk teh manis dalam kemasan gelas itu. Dalam sehari semalam, Arya bisa minum sampai 20 gelas. Belum lagi makan mie instan, yang bisa disantap Arya sampai 6 bungkus dalam sehari. Mie instan ini masih ditambahkan telur ayam. Belum cukup, Arya masih minta makan nasi, yang dalam sehari bisa sampai 6 kali,” tutur Ade di ujung telepon.

Pada tahun lalu, Arya sempat menjalani perawatan medis di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung. Arya juga wajib mematuhi aturan program diet, lengkap dengan olahraga dan terapi lainnya. 

“Imbas dari program diet ini cukup kentara. Karena, sejak berobat di RSHS, Arya sudah tak pernah lagi minta dibelikan jajan minuman-minuman manis seperti sebelumnya,” aku Ade. Hasilnya? Lumayan ada perubahan, karena bobot Arya susut dari 192 kg menjadi 169 kg.

Tapi, jarum timbangan badan yang menunjuk ke angka 169 kg, masih belum berarti apa-apa bila dibandingkan dengan berat badan ideal yang musti dicapai Arya. 

Pencapaian bobot yang ideal ini penting demi kesehatan dan keselamatan jiwa Arya sendiri. Jangan sampai pula, karena bobotnya yang obesitas ekstrem mengakibatkan Arya terserang berbagai penyakit komplikasi.

Seperti kita tahu, obesitas potensial menjadi jalan masuk bagi beragam jenis penyakit komplikasi. 

Sebut saja misalnya, penyakit paru-paru, kolesterol tinggi, stroke, diabetes tipe 2, sesak napas, vena varikos, aterosklerosis, kematian pra matang, hipertensi, mendengkur, asma, refluks asam lambung (gastroesophageal reflux disease), apnea tidur, nyeri punggung, batu empedu, disfungsi ereksi, gangguan menstruasi, gangguan ginjal, gangguan hati, sakit sendi (arthritis), kanker usus, kanker rahim, kanker payudara, serangan jantung dan masih banyak lagi.

Derita yang dialami Arya akibat obesitas ekstrem yang mendera, rupanya menjadi perhatian khusus bagi tim medis yang bekerja di OMNI Hospitals Alam Sutera. 

Perhatian ini semakin terwujud nyata, karena melalui program Corporate Social Responsibility (CSR)-nya, rumah sakit yang berlokasi di Kota Tangerang Selatan ini menyatakan siap ambil peduli untuk melakukan tindakan medis berupa Operasi Bariatric Surgery demi menurunkan berat badan sekaligus menjaga kesehatan Arya sehingga tidak terserang penyakit komplikasi yang dipicu faktor obesitas.

Apa dan bagaimana Opertasi Bariatric Surgery itu? Silakan baca pada tulisan saya sebelumnya: Bebas Obesitas dengan Operasi Bariatric Surgery.

Ketika saya mewawancarai Dr Handy Wing SpB FBMS FINACS FICS dari OMNI Hospitals Alam Sutera, pada Jumat, 7 April 2017, dipaparkan 3 jenis Operasi Bariatric Surgery yang biasa dilakukan di dunia.

Pertama, Gastric Band. Pada 5 sampai 10 tahun lalu, operasi ini cukup popular. Caranya, dengan memasang cincin berbahan silikon pada saluran yang akan masuk ke lambung - seperti fungsi ikat pinggang -, kemudian dibuat lubang agar pasien bisa menyuntikkan cairan ke cincin tersebut. Bila disuntikkan air, maka cincin silikon tadi akan membuat sempit saluran masuk makanan ke lambung. 

Karena makin sempit, maka makanan dan minuman akan menyangkut di saluran yang hendak masuk ke lambung. Otomatis, lambung akan terasa sudah kenyang lalu mengirimkan ‘sinyal’ ke otak untuk berhenti makan karena kondisi sudah terasa kenyang. 

Jadi operasi Gastric Band ini, efeknya adalah selain cepat kenyang, tapi pasien juga akan merasa cepat lapar lagi.

“Pasien yang melaksanakan operasi Gastric Band ini harus rajin kontrol ke dokter, minimal satu bulan sekali. Karena kalau cincin silikon yang fungsinya melilit saluran menuju ke lambung ini terlalu sempit atau tidak ada lubang sama sekali, maka makanan dan minuman akan tertahan dan menumpuk di luar lambung, sehingga pasien bisa mengalami muntah-muntah. Atau, kalau cincin silikonnya terlalu longgar maka percuma juga, karena lambung akan banyak terisi makanan dan minuman. Operasi Gastric Band ini sudah semakin ditinggalkan karena hasilnya kurang menggembirakan,” jelas Dokter Spesialis Bedah yang mendalami studi khusus tentang Bariatric Surgery ke berbagai negara di mancanegara ini.

Operasi jenis kedua adalah Sleeve Gastrectomy. Inilah operasi yang kini makin banyak dilakukan. Lambung yang ukuran normalnya bisa mengembang kira-kira sebesar bola basket diperkecil dengan cara operasi melalui pemotongan. 

Sehingga ukurannya menjadi lebih kecil yakni sebesar satu buah pisang. Sehingga, kalau biasanya si pasien makan satu sampai dua piring, maka cukup hanya dengan makan 4 sendok makan saja maka pasien akan merasa sudah terasa kenyang.

“Dengan lambung yang sudah dipotong menjadi kecil sebesar kira-kira satu buah pisang melalui operasi, maka otomatis pasien makan hanya sedikit dan merasakan dirinya sudah kenyang. Nah, karena tubuh tetap membutuhkan tenaga, maka akan diambil dari lemak-lemak yang ada di dalam tubuh. Maka, praktis terjadilah pemecahan atau perubahan lemak menjadi tenaga. Perlahan lemak-lemak dalam tubuh akan berkurang dan hilang, berubah menjadi metabolisme badan,” urai pria kelahiran Bangka, 22 Oktober 1981 ini.

Bariatric Surgery dilakukan dengan sayatan yang begitu kecil. Lantaran menggunakan Teknik Laparoskopi. “Jadi bukan membuat sayatan lebar seperti Operasi Caesar pada wanita hamil yang melahirkan. Laparoskopi, praktiknya hanya ditusuk alat seperti sumpit yang panjang. Dokter hanya akan melihat ke monitor televisi karena ada kamera video dimasukkan ke dalam perut melalui tiga sampai empat lubang kecil yang ukurannya cuma 0,5 sampai 1 cm. Jadi, kalau lukanya kecil, maka tidak akan terlalu sakit. Operasi jenis Sleeve Gastrectomy ini memakan waktu 1 sampai 2 jam,” terang Dokter Handy yang menamatkan studi Medical Doctor di Universitas Trisakti (2006), General Surgery di Universitas Sam Ratulangi (2012), dan Diploma in Laparoscopic Surgery di Universitas Strasbourg, Perancis (2016).

Sleeve Gastrectomy hanya mengecilkan ukuran lambung. Kalau lambungnya sudah kecil, maka pasien makan 4 sendok saja akan segera merasa kenyang. 

Lagipula, lambung yang dipotong dan kemudian dibuang itu banyak sekali mengandung hormon rasa lapar. Adapun pemotongan lambung melalui operasi itu hingga mencapai 80 persen. 

Keuntungan lain, kalau makan 4 sendok saja sudah merasa kenyang, maka lambung akan tegang karena penuh, dan mengirim sinyal rasa kenyang ke otak. Maka barulah nanti setelah 4 jam akan terasa lapar lagi.

Kalau seseorang itu mengalami kondisi sangat obesitas hingga mencapai berat badan 150 kg hingga 200 kg, dan mengidap diabetes atau kelainan yang lebih gawat lagi, maka disarankan untuk melakukan operasi jenis ketiga yaitu Mini Gastric Bypass.

“Pada prinsipnya, operasi Mini Gastric Bypass ini sama seperti Sleeve Gastrectomy, dimana dilakukan pemotongan lambung hingga menjadi kecil melalui operasi. Bedanya adalah, pada Sleeve Gastrectomy, lambung warna pink yang sudah dipotong akan dikeluarkan karena sudah tidak memiliki hubungan kemana-mana lagi, sementara pada Mini Gastric Bypass, lambungnya dipisahkan, tetapi yang warna putih dibiarkan tetap ada didalam perut, dan dibuat sambungan by pass menuju ke usus halus yang panjangnya mencapai 5 meter. Dengan begitu, makanan masuk dari mulut, kerongkongan, lambung dan langsung ke usus halus. Jadi, makanan tidak masuk atau melintas dulu di usus penyerapan sepanjang 2 meter, melainkan langsung ke usus halus,” tutur Dokter Handy yang pernah mengenyam studi Clinical Fellowship in Minimal Access, Metabolic and Bariatric Surgery, Max Superspeciality di New Delhi, India (2013), dan Fellowship Training Course in Coloproctology, Banaras Hindu University di Varanasi, India (2013).

Kelebihan dari Mini Gastric Bypass ini adalah, makanan yang dikonsumsi dapat cepat turun dan masuk ke usus halus. Termasuk kalau pasien minum-minuman manis, maka akan langsung masuk ke usus halus dan tidak akan terserap oleh usus. Sebagai catatan, minuman manis itu diserap di lambung, bukan di usus halus. 

Tapi, kekurangannya, karena makanan tidak akan melalui usus penyerapan, maka harus pasien harus mengonsumsi vitamin, kalsium selama seumur hidup. Pelaksanaan operasi jenis ketiga ini juga lebih lama, yaitu 2 sampai 3 jam,” ungkap Dokter Handy yang juga pernah mengikuti Bariatric/Metabolic Surgery Training & Fellowship Program di Sri Aurobindo Medical College & Post Graduate Institute, Indore, India (2013).

Meski operasi penurunan berat badan (Weight Loss Surgery) atau Bariatric Surgery terbilang efektif, tetapi semuanya tetap membutuhkan tanggung-jawab individu sang pasien untuk senantiasa melakukan pola gaya hidup lebih sehat, dan asupan vitamin yang cukup.

“Kurang olahraga, diet yang tidak seimbang, makan terlalu banyak karbohidrat dan juga minuman bersoda adalah beberapa faktor yang menyebabkan kegagalan setelah operasi. Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan pasien harus berkomitmen menjalani perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat. Studi menunjukkan pasien yang memiliki gaya hidup sehat, pemilihan makanan dan suplemen bergizi serta rutin menjalani kontrol berkala akan mendapatkan hasil yang memuaskan pasca operasi,” jelas dokter yang sempat menekuni studi yang juga pernah studi mengenai Clinical Fellowship in Laparoscopic Bariatric and Metabolic Surgery Surgery di I-Shou University, Kaohsiung, Taiwan (2014).

Arya Jalani Operasi Sleeve Gastrectomy

Demi mengatasi obesitas ekstremnya, Arya Permana menjalani Operasi Bariatric Surgery jenis kedua yakni Sleeve Gastrectomy. Operasi yang juga biasa dikenal dengan gastric sleeveatau vertical gastrectomy ini, hanya dilakukan pada lambung dan tidak melibatkan organ tubuh lain. 

Operasi ini membuat bentuk lambung menjadi sebuah bentuk tabung yang panjang. 

Caranya dengan mengecilkan ukuran lambung hingga sepertiga dari ukuran aslinya. Ukuran lambung yang kecil ini akan membatasi porsi makanan. Dengan begitu, pasien akan merasa cepat kenyang dan rasa lapar berkurang.

“Prosedur ini tidak melibatkan bypassusus dan organ lain, sehingga tidak mempengaruhi proses penyerapan makanan. Setelah operasi, sisa lambung yang ada tetap mempertahankan fungsi normal proses pencernaan. Sleeve Gastrectomydewasa ini menjadi prosedur pilihan utama untuk mengatasi obesitas atau kegemukan. Operasi ini memiliki keuntungan, diantaranya tidak memerlukan implantasi alat bantu di lambung seperti penggunaan benda asing atau cincin - seperti lazimnya Operasi Gastric Banding. Selain itu, tindakan medis ini selain mengurangi ukuran lambung, juga mengurangi sekresi dari hormon ghrelin sehingga mengurangi rasa lapar dan menyebabkan rasa kenyang. Operasi ini sudah terbukti berhasil membantu pasien mengatasi obesitas,” urai dokter yang pernah menimba studi Advanced Laparoscopic Surgery Colorectal Training Program di University Medical Center, Ho Chi Minh City, Vietnam (2015) ini.

* * *

Dr Handy Wing SpB yang melakukan tindakan medis Operasi Bariatric Surgery terhadap Arya Permana. (Foto: Gapey Sandy)
Dr Handy Wing SpB yang melakukan tindakan medis Operasi Bariatric Surgery terhadap Arya Permana. (Foto: Gapey Sandy)
Untuk mengetahui lebih jelas tentang pelaksanaan Operasi Bariatric Surgery terhadap Arya, saya kembali melakukan wawancara tertulis via email dengan Dokter Handy pada 1 Mei 2017. Berikut kutipan wawancara tentang operasi pengecilan ukuran lambung yang dilakukan terhadap Arya:

Kapan Arya dilakukan Operasi Bariatric Surgery?
Operasi dilakukan pada Senin, 17 April 2017.

Berapa lama operasinya berlangsung?
Operasinya selama 2 jam.

Bagaimana menjelaskan ke Arya tentang Operasi Bariatric Surgery?
Tidaklah sulit menjelaskan ke Arya metode operasi karena Arya memiliki motivasi yang tinggi dan menyadari bahwa kualitas hidupnya terganggu dengan kegemukan ini.

Arya sendiri telah menjalani metode diet dengan hasil kurang memuaskan sehingga arya sendiri membulatkan tekad untuk menjalani metode operasi ini.

Bagaimana pemahaman Arya tentang operasi tersebut?
Pemahaman cukup baik bahwa dengan ukuran lambung yang kecil, arya akan makan lebih sedikit dan tidak berlebihan sehingga akan membantu penurunan berat badannya.

Bagaimana respon maupun harapan Arya terhadap operasi tersebut?
Arya memiliki respons normal layaknya anak lainnya, ingin segera dioperasi agar cepat kurus dan juga memiliki takut akan nyeri operasi. Harapannya adalah bahwa ia ingin bisa hidup normal seperti anak lainnya dan dapat melanjutkan sekolahnya ke SMP di kabupaten berbeda yang cukup jauh dan hanya bisa ditempuh menggunakan kendaraan roda dua atau sepeda motor yang tidak mungkin dia bonceng atau kendarai bila tidak menurunkan berat badannya.

Operasi yang dilaksanakan itu, apakah pemotongan ukuran lambung yang dilakukan?
Ya betul operasi pengecilan lambung atau sleeve gastrectomy.

Berapa persen lambung Arya dipotong?
Sekitar 75%.

Arya masih kanak-kanak dan dalam taraf pertumbuhan, apa yang harus dipertimbangkan terkait operasinya itu?
Resiko kekurangan vitamin dan kalsium bila tidak mengikuti anjuran dokter dan menjalani pola hidup sehat sesudah operasi.

Bagaimana kelancaran hasil operasinya? Ada hambatankah?
Alhamdulillah operasi berjalan sesuai rencana tanpa hambatan berarti.

Berapa lama Arya diopname?
Arya diopname selama 1 minggu sebelum operasi dan sesudahnya

Berapa berat badan Arya yang diperkirakan bisa segera susut?
Sampai saat ini Arya sudah berhasil menurunkan berat badan dari 186,4 kg sebelum operasi menjadi 169,5 kg dalam waktu 2 minggu. Diharapkan setelah 1 tahun dapat mencapai berat dibawah 100 kg.

Nafsu makan Arya utamanya konsumsi makanan manis berkalori tinggi sangat luar biasa, bagaimana kondisi tersebut setelah pasca operasi ini?
Dengan ukuran lambung yang kecil serta hormon ghrelin atau hormon rasa lapar berkurang serta pengawasan orangtua diharapkan Arya dapat terbebas sepenuhnya dari konsumsi makanan seperti itu.

Selain jumlah makan pasti akan berkurang karena lambung sudah dipotong, apa Arya masih tetap harus berolahraga sehingga penurunan berat badannya bisa semakin cepat?
Pola hidup sehat merupakan kunci kesuksesan operasi ini. Pemilihan makanan sehat dan olahraga merupakan hal mutlak yang harus dijalani.

Program operasi Arya ini termasuk dalam agenda kerja CSR OMNI Hospitals?
Ya betul, sebagai wujud kepedulian sosial dari Rumah Sakit OMNI.

Ada masukan atau opini lagi yang hendak Dokter sampaikan terkait operasi Arya ini?
Bahwa obesitas terbukti berbahaya dan menggangu kesehatan seseorang dan rentan terhadap penyakit atau komplikasi. Adalah tugas kita untuk bersama-sama peduli dan membantu mengatasi persoalan ini.   

* * *

Arya Permana berpose bersama Dr Handy Wing SpB, dua pekan pasca Operasi Bariatric Surgery di OMNI Hospitals Alam Sutera. (Foto: Dokpri. Dr Handy Wing SpB)
Arya Permana berpose bersama Dr Handy Wing SpB, dua pekan pasca Operasi Bariatric Surgery di OMNI Hospitals Alam Sutera. (Foto: Dokpri. Dr Handy Wing SpB)

By the way, ada kejadian lucu usai Arya menjalani operasi. Ceritanya begini. Pada saat menjalani masa pemulihan pasca operasi, Arya harus menjalani opname selama 1 minggu. Dari waktu ke waktu perkembangannya semakin positif. Boleh dibilang, tak ada keluhan yang mengkhawatirkan.

“Perkembangan Arya pasca operasi semakin membaik. Tidak ada keluhan sakit atau apapun oleh Arya. Perutnya juga tidak ada yang sakit. Semua normal. Apalagi setiap waktu, Dokter Handy dan tim medis OMNI Hospitals juga selalu mengecek perkembangan kesehatan Arya,” tutur Ade Somantri, ayahanda Arya yang saya wawancarai melalui telepon.

Selama opname itu Arya hanya boleh mengonsumsi asupan makanan cair. Itu pun hanya Susu Protein dan air putih saja, dengan takaran yang sesuai aturan. “Minumnya Susu Protein sekitar 60 cc per 1 jam sekali. Diselingi dengan air putih sekitar 60 cc juga. Disinilah problemnya muncul. Kalau biasanya Arya bisa bebas makan apa saja, maka kini kebebasan itu menjadi terlarang. Arya kadang protes dan marah karena hanya dikasih makanan berupa Susu Protein dan air putih. Ya namanya juga anak-anak, pasti marahnya Arya ini muncul juga, dimana ia minta dibelikan Nasi Padang. Tapi kita sebagai orangtua bersama dengan tim doter selalu memberi pengertian, nasehat dan masukan kepada Arya terus-menerus setiap hari,” tutur Ade sembari menahan tawa.

Barulah pada Senin sore, 1 Mei 2017 kemarin, Arya diperbolehkan makan bubur nasi yang lembek dengan lauk ikan. Semua itu merupakan menu olahan dari pihak rumah sakit. Tapi, jumlah konsumsinya juga sudah mulai diatur. 

“Jumlah takarannya paling cuma sekitar 4 sendok makan. Itu pun dihabiskan dengan cara 2 kali makan, atau setiap 2 sendok makan kemudian berhenti dulu. Meski cuma makan bubur nasi sebanyak 4 sendok makan, tapi Arya sudah tidak merengek-rengek minta Nasi Padang lagi. Apalagi, setelah sekarang sudah boleh makan bubur nasi dengan lauk Kepala Ikan Kakap,” ujar Ade sembari terkekeh.

Bagaimana dengan nafsu makan Arya pasca operasi?

Menurut Ade, nafsu makan putranya pasca operasi masih sama seperti dulu. “Tapi pada praktiknya, Arya makan sedikit saja kini ia sudah merasa kenyang. Kalau dulu, 10 sampai 20 suap, kini 2 sampai 3 suap saja, perut Arya sudah merasa kenyang,” ungkapnya seraya menambahkan bahwa Arya harus terus mengonsumsi vitamin. 

“Juga, harus tetap olahraga, seperti berenang di kolam yang ada di teras depan rumah, jalan kaki ke sekolah, dan ikut ber main bola”.

Ade menyatakan rasa gembira melihat perkembangan menggembirakan terhadap Arya. 

“Setelah operasi, Arya memang butuh waktu perawatan intensif untuk pemulihan. Selama masa pemulihan itu, berat badan Arya sudah berkurang sebanyak 17 kg hanya dalam tempo 2 minggu. Selain itu, dari gerakan-gerakan fisiknya, Arya kelihatan semakin lincah. Kalau berjalan kaki, terasa semakin ringan dan tidak cepat capek atau sesak napas. Jalan kakinya pun sudah mulai berjarak semakin jauh. Bentuk badannya pun sekarang ini sudah mulai terlihat bentuk lehernya. Dulu ‘kan lehernya enggak kelihatan. Bahkan, posisi tidur Arya juga sudah mulai bisa terlentang,” urainya.

Sebagai orangtua, Ade berharap Arya terus mencapai berat badan yang ideal menyusul telah berhasilnya Operasi Sleeve Gastrectomy. “Saya bersyukur, ketika menghadapi pelaksanaan operasi, Arya sama sekali enggak takut. Justru Arya sendiri yang sejak awal minta dioperasi, karena ia sudah melihat sendiri, mereka-mereka yang sudah berhasil mengurangi berat badannya pasca operasi. Apalagi Arya ingin seperti anak kebanyakan lainnya, yaitu ingin bisa bermain jauh dari rumah. Termasuk, melanjutkan sekolah ke SMP yang jaraknya cukup jauh dari rumah atau sekitar 10 kilometer,” jelas Ade menutup wawancara via telepon dengan saya.

Akhirnya, saya ingin kembali mengutip pernyataan Dokter Handy bahwa, obesitas terbukti berbahaya dan menggangu kesehatan seseorang dan rentan terhadap penyakit atau komplikasi. Adalah tugas kita untuk bersama-sama peduli dan membantu mengatasi persoalan ini.

* * *

Baca juga tulisan sebelumnya:

Bebas Obesitas dengan Operasi Bariatric Surgery

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun