Sehingga ukurannya menjadi lebih kecil yakni sebesar satu buah pisang. Sehingga, kalau biasanya si pasien makan satu sampai dua piring, maka cukup hanya dengan makan 4 sendok makan saja maka pasien akan merasa sudah terasa kenyang.
“Dengan lambung yang sudah dipotong menjadi kecil sebesar kira-kira satu buah pisang melalui operasi, maka otomatis pasien makan hanya sedikit dan merasakan dirinya sudah kenyang. Nah, karena tubuh tetap membutuhkan tenaga, maka akan diambil dari lemak-lemak yang ada di dalam tubuh. Maka, praktis terjadilah pemecahan atau perubahan lemak menjadi tenaga. Perlahan lemak-lemak dalam tubuh akan berkurang dan hilang, berubah menjadi metabolisme badan,” urai pria kelahiran Bangka, 22 Oktober 1981 ini.
Bariatric Surgery dilakukan dengan sayatan yang begitu kecil. Lantaran menggunakan Teknik Laparoskopi. “Jadi bukan membuat sayatan lebar seperti Operasi Caesar pada wanita hamil yang melahirkan. Laparoskopi, praktiknya hanya ditusuk alat seperti sumpit yang panjang. Dokter hanya akan melihat ke monitor televisi karena ada kamera video dimasukkan ke dalam perut melalui tiga sampai empat lubang kecil yang ukurannya cuma 0,5 sampai 1 cm. Jadi, kalau lukanya kecil, maka tidak akan terlalu sakit. Operasi jenis Sleeve Gastrectomy ini memakan waktu 1 sampai 2 jam,” terang Dokter Handy yang menamatkan studi Medical Doctor di Universitas Trisakti (2006), General Surgery di Universitas Sam Ratulangi (2012), dan Diploma in Laparoscopic Surgery di Universitas Strasbourg, Perancis (2016).
Sleeve Gastrectomy hanya mengecilkan ukuran lambung. Kalau lambungnya sudah kecil, maka pasien makan 4 sendok saja akan segera merasa kenyang.
Lagipula, lambung yang dipotong dan kemudian dibuang itu banyak sekali mengandung hormon rasa lapar. Adapun pemotongan lambung melalui operasi itu hingga mencapai 80 persen.
Keuntungan lain, kalau makan 4 sendok saja sudah merasa kenyang, maka lambung akan tegang karena penuh, dan mengirim sinyal rasa kenyang ke otak. Maka barulah nanti setelah 4 jam akan terasa lapar lagi.
Kalau seseorang itu mengalami kondisi sangat obesitas hingga mencapai berat badan 150 kg hingga 200 kg, dan mengidap diabetes atau kelainan yang lebih gawat lagi, maka disarankan untuk melakukan operasi jenis ketiga yaitu Mini Gastric Bypass.
“Pada prinsipnya, operasi Mini Gastric Bypass ini sama seperti Sleeve Gastrectomy, dimana dilakukan pemotongan lambung hingga menjadi kecil melalui operasi. Bedanya adalah, pada Sleeve Gastrectomy, lambung warna pink yang sudah dipotong akan dikeluarkan karena sudah tidak memiliki hubungan kemana-mana lagi, sementara pada Mini Gastric Bypass, lambungnya dipisahkan, tetapi yang warna putih dibiarkan tetap ada didalam perut, dan dibuat sambungan by pass menuju ke usus halus yang panjangnya mencapai 5 meter. Dengan begitu, makanan masuk dari mulut, kerongkongan, lambung dan langsung ke usus halus. Jadi, makanan tidak masuk atau melintas dulu di usus penyerapan sepanjang 2 meter, melainkan langsung ke usus halus,” tutur Dokter Handy yang pernah mengenyam studi Clinical Fellowship in Minimal Access, Metabolic and Bariatric Surgery, Max Superspeciality di New Delhi, India (2013), dan Fellowship Training Course in Coloproctology, Banaras Hindu University di Varanasi, India (2013).
Kelebihan dari Mini Gastric Bypass ini adalah, makanan yang dikonsumsi dapat cepat turun dan masuk ke usus halus. Termasuk kalau pasien minum-minuman manis, maka akan langsung masuk ke usus halus dan tidak akan terserap oleh usus. Sebagai catatan, minuman manis itu diserap di lambung, bukan di usus halus.
Tapi, kekurangannya, karena makanan tidak akan melalui usus penyerapan, maka harus pasien harus mengonsumsi vitamin, kalsium selama seumur hidup. Pelaksanaan operasi jenis ketiga ini juga lebih lama, yaitu 2 sampai 3 jam,” ungkap Dokter Handy yang juga pernah mengikuti Bariatric/Metabolic Surgery Training & Fellowship Program di Sri Aurobindo Medical College & Post Graduate Institute, Indore, India (2013).
Meski operasi penurunan berat badan (Weight Loss Surgery) atau Bariatric Surgery terbilang efektif, tetapi semuanya tetap membutuhkan tanggung-jawab individu sang pasien untuk senantiasa melakukan pola gaya hidup lebih sehat, dan asupan vitamin yang cukup.
“Kurang olahraga, diet yang tidak seimbang, makan terlalu banyak karbohidrat dan juga minuman bersoda adalah beberapa faktor yang menyebabkan kegagalan setelah operasi. Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan pasien harus berkomitmen menjalani perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat. Studi menunjukkan pasien yang memiliki gaya hidup sehat, pemilihan makanan dan suplemen bergizi serta rutin menjalani kontrol berkala akan mendapatkan hasil yang memuaskan pasca operasi,” jelas dokter yang sempat menekuni studi yang juga pernah studi mengenai Clinical Fellowship in Laparoscopic Bariatric and Metabolic Surgery Surgery di I-Shou University, Kaohsiung, Taiwan (2014).
Arya Jalani Operasi Sleeve Gastrectomy
Demi mengatasi obesitas ekstremnya, Arya Permana menjalani Operasi Bariatric Surgery jenis kedua yakni Sleeve Gastrectomy. Operasi yang juga biasa dikenal dengan gastric sleeveatau vertical gastrectomy ini, hanya dilakukan pada lambung dan tidak melibatkan organ tubuh lain.
Operasi ini membuat bentuk lambung menjadi sebuah bentuk tabung yang panjang.