Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Jangan Dulu Paranoid Bila Anak Maniak Gim

2 Desember 2016   20:01 Diperbarui: 2 Desember 2016   20:42 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana talkshow 'CoDe @BCA'. (Foto: Gapey Sandy)

“Melakukan hal demikian, sebenarnya anak tersebut semakin terus belajar Matematika tanpa ia sadari. Kalau sejak awal kita bilang, ayo belajar Matematika, tentu si anak bisa-bisa enggan melakukannya. Tetapi, kalau kita bilang belajar membuat game, maka anak tadi akan antusias, padahal sebenarnya tetap saja itu adalah pembelajaran Matematika. Maka tepat seperti dikatakan Aranggi Soemardjan dengan mengutip Profesor Scot Osterweil tadi, bahwa sesungguhnya bagi anak-anak, bermain adalah belajar itu sendiri,” urai Kurie.

Tiga Teknik Belajar Dari Game. (Sumber: clevio.co)
Tiga Teknik Belajar Dari Game. (Sumber: clevio.co)
Menurut Kurie lagi, kebanyakan orangtua yang mengantarkan anaknya bergabung dengan Coding Indonesia, maka keluhan dan problemanya rata-rata sama, yaitu anak-anak mereka yang begitu maniac bermain games.

“Seperti biasanya, untuk menjawab hal tersebut saya selalu menasehati para orangtua tadi, bahwa sebenarnya bukan gamesyang salah, tetapi kesalahan terletak pada masalah parenting. Untuk itu, orangtua harus membuka diri dari ketakutan-ketakutan akan dampak negatif dari games, misalnya dengan mendiskusikan atau bertanya langsung kepada si anak tentang gamesyang mereka mainkan, dan apa yang menjadi tema dari games tersebut. Kita tidak pernah tahu apa sebenarnya yang menjadi target dari permainan games yang dimainkan anak-anak. Tetapi sebenarnya, hal itu merupakan bahasa Calistung (membaca, menulis dan berhitung) bagi anak-anak zaman sekarang penghobi banget main games yang sesuai dengan masanya,” tutur Kurie.

Kurie membagi dua kategori games yang biasa ada di smartphonedan iPad. “Seluruh gamesyang ada itu, merupakan produk dari industri produsen games. Sebelum masuk ke industri, games itu saya bagi jadi dua tingkatan yaitu created computing dan talent scouting. Untuk tingkat created computing tidak akan bisa menyinggung quality control dan standarisasi. Logikanya, kita tidak bisa melakukan standarisasi dari sebuah taman bermain untuk anak-anak. Coding Indonesia sendiri punya banyak game dari berbagai sumber termasuk mancanegara, tetapi masing-masing kita teliti kelebihan dan kekurangannya. Nah, dari sini, kita melakukan mixmatch, mana game yang cocok untuk kondisi tertentu, dan seterusnya,” ujar perempuan berambut pendek ini.

Aranggi Soemardjan. (Foto: Gapey Sandy)
Aranggi Soemardjan. (Foto: Gapey Sandy)
Suasana talkshow 'CoDe @BCA'. (Foto: Gapey Sandy)
Suasana talkshow 'CoDe @BCA'. (Foto: Gapey Sandy)
Kepada siapa saja yang hendak membuka usaha bidang coding, Kurie berpesan bahwa tantangan paling berat bagi pengelola start up adalah melakukan promosi alias mengedukasi market. “Ingat lho, coding ini masih sering bangetdipertanyakan banyak orang. Mereka bertanya, sebenarnya coding itu apa? Bahkan, orangtua yang berpendidikan tinggi sekalipun masih banyak yang masih belum paham apa itu coding. Inilah mengapa penting untuk mengedukasi market, makanya kita harus menciptakan market itu sendiri. Cita-cita saya adalah membuat coding menjadi mainstream tetapi hal ini saya sadari tidak bisa saya kerjakan sendiri. Kalaupun berharap coding masuk dalam kurikulum Pendidikan Nasional, maka hal ini pun rasanya masih jauh dari kenyataan,” semangat Kurie.     

Sekilas BCA

Selain peduli perkembangan teknologi digital, BCA juga merupakan salah satu bank terkemuka di Indonesia yang fokus pada bisnis transaksi perbankan serta menyediakan fasilitas kredit juga solusi keuangan bagi segmen korporasi, komersial dan UKM serta konsumer. Pada akhir September 2016, BCA memfasilitasi layanan transaksi perbankan kepada 15 juta rekening nasabah melalui 1.204 cabang, 17.057 Automatic Teller Machine, dan ratusan ribu Electronic Data Capture dengan dilengkapi layanan internet banking serta mobile banking. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun