“Melakukan hal demikian, sebenarnya anak tersebut semakin terus belajar Matematika tanpa ia sadari. Kalau sejak awal kita bilang, ayo belajar Matematika, tentu si anak bisa-bisa enggan melakukannya. Tetapi, kalau kita bilang belajar membuat game, maka anak tadi akan antusias, padahal sebenarnya tetap saja itu adalah pembelajaran Matematika. Maka tepat seperti dikatakan Aranggi Soemardjan dengan mengutip Profesor Scot Osterweil tadi, bahwa sesungguhnya bagi anak-anak, bermain adalah belajar itu sendiri,” urai Kurie.
“Seperti biasanya, untuk menjawab hal tersebut saya selalu menasehati para orangtua tadi, bahwa sebenarnya bukan gamesyang salah, tetapi kesalahan terletak pada masalah parenting. Untuk itu, orangtua harus membuka diri dari ketakutan-ketakutan akan dampak negatif dari games, misalnya dengan mendiskusikan atau bertanya langsung kepada si anak tentang gamesyang mereka mainkan, dan apa yang menjadi tema dari games tersebut. Kita tidak pernah tahu apa sebenarnya yang menjadi target dari permainan games yang dimainkan anak-anak. Tetapi sebenarnya, hal itu merupakan bahasa Calistung (membaca, menulis dan berhitung) bagi anak-anak zaman sekarang penghobi banget main games yang sesuai dengan masanya,” tutur Kurie.
Kurie membagi dua kategori games yang biasa ada di smartphonedan iPad. “Seluruh gamesyang ada itu, merupakan produk dari industri produsen games. Sebelum masuk ke industri, games itu saya bagi jadi dua tingkatan yaitu created computing dan talent scouting. Untuk tingkat created computing tidak akan bisa menyinggung quality control dan standarisasi. Logikanya, kita tidak bisa melakukan standarisasi dari sebuah taman bermain untuk anak-anak. Coding Indonesia sendiri punya banyak game dari berbagai sumber termasuk mancanegara, tetapi masing-masing kita teliti kelebihan dan kekurangannya. Nah, dari sini, kita melakukan mixmatch, mana game yang cocok untuk kondisi tertentu, dan seterusnya,” ujar perempuan berambut pendek ini.
Sekilas BCA
Selain peduli perkembangan teknologi digital, BCA juga merupakan salah satu bank terkemuka di Indonesia yang fokus pada bisnis transaksi perbankan serta menyediakan fasilitas kredit juga solusi keuangan bagi segmen korporasi, komersial dan UKM serta konsumer. Pada akhir September 2016, BCA memfasilitasi layanan transaksi perbankan kepada 15 juta rekening nasabah melalui 1.204 cabang, 17.057 Automatic Teller Machine, dan ratusan ribu Electronic Data Capture dengan dilengkapi layanan internet banking serta mobile banking. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H