Dalam upaya meningkatkan kualitas bagi siswa-siswi dari daerah terpencil, PTFI dan LPMAK bekerjasama dengan Yayasan Pesat dan Keuskupan Timika mengeloka empat asrama putra dan putri di Mimika, dan dengan Yayasan Binterbusih di Jawa Tengah. Pendidikan berpola asrama ini bertujuan menanamkan sikap disiplin bagi siswa-siswi agar memiliki kemandirian dan memiliki pola hidup teratur.
PTFI juga membangun sebuah Institut Pertambangan untuk melatih putra dan putri asli Papua agar terampil menjadi pekerja tambang kelas dunia yang siap bersaing di dunia industri pertambangan.
Kedua, pemberdayaan perempuan. PTFI melalui Koperasi Aitomona sejak 2008 lalu mengedepankan pemberdayaan perempuan Papua dengan cara mengajarkan keterampilannya sehingga dapat berperan dalam meningkatkan pendapatan keluarga. Lewat berbagai pelatihan seperti mengelola keuangan keluarga, menjahit sampai dengan membuat makanan dari bahan lokal diajarkan agar kelak dapat tecipta industri skala rumah tangga.
Ketiga, peningkatan kapasitan lembaga. PTFI terus berusaha dan mendukung lembaga-lembaga yang menjadi representatif masyarakat lokal dalam meningkatkan profesionalisme dan akuntabilitas pengelolaan dana program pengembangan masyarakat dari PTFI. Lembaga-lembaga yang menerima dana program pengembangan masyarakat adalah LPMAK, Yayasan Tuarek Natkime, Yayasan Waartsing, Yayasan Yu-Amako, Yayasan Hak Asasi Manusia dan Anti Kekerasan (YAHAMAK) dan Forum MoU 2000. Melalui auditor independen dan pelatihan pembuatan laporan keuangan sangat diperlukan untuk meningkatkan akuntabilitas lembaga, sehingga masyarakat dapat mengetahui penggunaan dana tersebut dan konflik kepentingan dapat dihindari.
Tak ketinggalan, program kesehatan masyarakat juga dilakukan dengan berfokus pada Kesehatan Ibu dan Anak, Pengendalian Malaria, Pengendalian HIV & AIDS, Pengendalian TB, Air bersih dan Sanitasi.
Khusus untuk program ekonomi, tujuannya dilaksanakan untuk mendukung pembangunan ekonomi masyarakat melalui pemanfaatan potensi sumberdaya alam di sekitar. Program ini mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat serta dipadukan dengan kearifan lokal. Contoh: program perikanan tangkap yang telah dimulai oleh PTFI pada 2009 dengan melibatkan LPMAK dan Koperasi Maria Bintang Laut (KMBL) dari Keuskupan Timika. PTFI, melalui tim Program Pendampingan dan Pengembangan Masyarakat Lima Desa (P3MD), memberikan pendampingan dan dukungan transportasi dan sumber daya manusia.
Program peternakan di Desa Wangirja (SP IX) dan Desa Utikini Baru (SP XII) di tujukan untuk meningkatkan keterampilan masyarakat dikampung tersebut. Program ekonomi di kedua kampung tersebut tidak terlepas dari program infrastruktur yang dibangun bagi masyarakat yang secara sukarela pindah dari kampung asal mereka di dataran tinggi ke dataran rendah.
Membaca sekilas apa yang sudah dilakukan sejumlah perusahaan melalui program CSR, rasanya kita bangga memiliki kekayaan alam yang berlimpah-ruah. Hasil bumi ini kemudian diolah, dan sebagian keuntungannya dikembalikan kepada masyarakat. Tak pelak, CSR merupakan pembangunan berkelanjutan yang memberdayakan kesejahteraan sosial masyarakat sekitar termasuk kelestarian lingkungan alamnya.