Keempat, teknologi jaringan distribusi juga dilakukan PALYJA. Misalnya, meningkatkan kualitas air bersih di jaringan atau re-Klorinasi pada booster pump di kawasan Grogol, Gajah Mada dan Tubagus Angke. Juga, pemasangan keran atau motorized valve guna mengendalikan pasokan air ke pelanggan secara otomatis.
Deteksi kehilangan air juga dilakukan PALYJA menggunakan teknologi Kamera JD7, utamanya pada pipa primer yang tertanam didalam tanah dengan cara merekam segala bentuk audio dan visual sebagai indikatornya.
“Kamera JD7 bisa ‘berjalan’ sepanjang 1 kilometer di dalam pipa primer itu. Kami satu-satunya operator air bersih pengguna kamera canggih ini,” tutur Meyritha seraya menambahkan bahwa pihaknya juga melakukan penggantian meter air dan bekerjasama dengan Kepolisian untuk menangani kasus hukum kepada pelaku pencurian air.
Khusus soal kehilangan air ini, Meyritha membeberkan, prosentasenya pada 1998 mencapai 59,4%, dan saat ini semakin baik karena mencapai 39,3%. “Lagi-lagi, hal ini memang bukan hal mudah untuk mengatasinya. Seandainya pun angka pencurian air bisa dihilangkan sama sekali atau 0%, maka tidak akan dapat secara drastis mengurangi prosentase kehilangan air yang mencapai 39,3%. Karena pencurian air hanya menyumbang sekitar 9% dari total 39,3% prosentase kehilangan air. Adapun yang paling ampuh menurunkan kehilangan air adalah dengan mengganti jaringan pipa. Karena, pipa yang khususnya berada di area jaringan PALYJA bahkan sudah beroperasi sejak tahun 1922. Penggantian pipa ini jelas perlu investasi. Sementara investasi, di antara variabelnya adalah memerlukan kenaikan tarif, water charge dan sebagainya,” jelas Meyritha.
Hingga kini, PALYJA sudah memperbaiki kebocoran sebanyak 28.067. Adapun jaringan yang sudah diinvestigasi mencapai 4.906 kilometer, dengan berhasil menyelamatkan air bersih sebanyak 3 juta m3.
Keenam, inovasi teknologi layanan pelanggan tak ketinggalan untuk dimodernisasi. Seperti misalnya, mengoperasikan PALYJA Care yang buka 24 jam, dengan 23 partner yang memiliki ribuan loket untuk mempermudah pembayaran tagihan air. Selain itu, layanan pelanggan juga dipercanggih dengan Online Meter Reading dan Bill on Spot.
Jangan bayangkan luas area IPA Taman Kota sama seperti di IPA 1 Pejompongan, karena memang lebih kecil malah terkesan sempit. Lokasinya pun berada di tengah pemukiman warga. Tapi biar begitu, IPA Taman Kota yang sudah berdiri dan beroperasi sejak 1982 ini sanggup menghasilkan air bersih dengan kapasitas 150 lps untuk 'mengairi' wilayah Cengkareng Barat dan Kalideres.
Lokasi IPA Taman Kota yang berjarak sekitar 5 Km dari laut memang menimbulkan risiko tersendiri. Maklum, mikroorganisme alami pada teknologi biofiltrasi hanya sanggup mengolah air baku tawar saja. Artinya, begitu kena asinnya air laut mikroorganisme ini justru klepek-klepek, mati.
Dijumpai penulis di ruang kerjanya, Vita Chandra Dewi, Kepala IPA Taman Kota menguraikan tahapan proses pengolahan air di instalasi yang sudah berdiri dan beroperasi sejak 1982 ini. “Berawal dari proses pengambilan air baku atau intake yang jaraknya sekitar 1,5 kilometer dari IPA Taman Kota ini. Setelah kami ambil air bakunya, kemudian masuk ke pipa air baku untuk kami injeksi koagulan suapaya turbidity-nya mengendap dan berdampak pada kekeruhan air yang semakin jernih. Lalu kami berikan juga karbon aktif untuk mereduksi kandungan deterjen. Dari situ kemudian air masuk ke unit koagulasi (proses pengadukan cepat dengan menggunakan koagulan) dan flokulasi (pengadukan lambat yang bertujuan memperbesar ukuran flok atau gumpalan sehingga dapat mudah mengendap), dan berlanjut ke sedimentasi untuk mengendapkan kekeruhan,” tuturnya seraya menambahkan bahwa air baku atau proses intake IPA Taman Kota bersumber dari sungai Cengkareng drain yang merupakan anak sungai dari Kali Pesanggrahan.