Marsin dan buku-buku karya Kompasianer yang bakal tersedia di Taman Baca kolong fly over Ciputat. (Foto: Gapey Sandy)
Barisan buku di rak Taman Baca kolong fly over Ciputat. (Foto: Gapey Sandy)
Ketika saya tanya, sejak kapan Taman Baca ini dibuka? Marsin sejenak berpikir, lalu menjawab. “Lebih dulu pembuatan taman daripada Taman Baca.
Ya, kira-kira baru setahun berjalan. Untuk taman, tanaman, dan pengadaan air merupakan kerja nyata dari
Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman (DKPP) Kota Tangsel, yang dalam hal ini bekerjasama dengan komunitas
Orang Indonesia atau
“Oi”, dan pimpinan pengurus wilayah setenpat. Komunitas “Oi” utamanya mengelola Taman Baca, sekaligus bertanggung-jawab menjaga kelestarian taman. Jadi, semua pihak saling bekerjasama,” kata Marsin.
Taman?
Ya, dari balik tumpukan buku yang berbaris di rak-rak buku, pengunjung bisa menyaksikan betapa asrinya penataan taman di kolong fly over Ciputat ini. Pada sisi kiri dekat pagar besi, ada sejumlah “Si Pucuk Merah”. Pohon ini kalau besar dan rindang, bakal memerah daun-daun di pucuk atasnya. Beberapa bibit pohon palem juga ada, selain tanaman hias lainnya. Wah, pokok’e berasa nyaman, enggak berasa ada di kolong jembatan layang meski suara lalu-lalang kendaraan tetap saja angkuh.
Penataan taman dan Taman Baca di kolong fly over (seberang Plaza Ciputat) memang asri. Keasriannya kontras dengan kemacetan arus lalu-lintas yang biasa terjadi pada jam-jam sibuk, pagi maupun sore hari. Begitu pengendara melintas dan terjebak kemacetan di sisi kolong fly over, bila pandangan diarahkan ke Taman Baca dan taman yang ada, pasti diyakini mampu melipat-gandakan tenteramnya batin.
Taman Oi di kolong fly over Ciputat. (Foto: Gapey Sandy)
Di taman, tertancap bambu yang saling terikat ijuk hitam. Di atas bambu, berkibar bendera Merah Putih. Bergidik bulu roma menyaksikan sesekali sang dwiwarna berkibar tersibak angin. Ada bacaan besar-besar dengan huruf warna merah:
“Taman Oi”. Juga semboyan
hijau lestari:
“Pohon Untuk Kehidupan”. Tak ketinggalan seruan
Go Green:
“Sayangilah Kami : Hijau Itu Indah”, juga
“Protect The Planet”. Ada juga bergantungan sejumlah lampu taman yang dibuat
nyentrik dari wadah plastik.
“Nantinya, di taman ini akan dibuat jalur jogging, lengkap dengan pijakan untuk refleksi kaki,” kata Marsin.
Sayangnya, belum semua area kolong fly over steril dari jamahan kepentingan pribadi. Karena, pada sudut paling ujung (arah Ramayana Dept. Store), sejumlah pedagang memanfaatkan lahan kolong jembatan layang ini. Meski secara terbatas dan tidak begitu banyak pedagang yang membuka lapak, tapi hal ini harus jadi perhatian ekstra, agar pemanfaatannya tidak mewabah apalagi meluas.
DKPP Tangsel sendiri mengapresiasi apa yang dilakukan komunitas “Oi” yang turut mengelola dan menjaga taman dan Taman Baca. Acungan jempol ini misalnya, pernah disampaikan Yepi Suherman selaku Kepala Bidang Kebersihan di DKPP Tangsel, kepada penulis.
Ya sutralah segitu aja ceritanya …
Taman Baca dan Taman Oi di kolong fly over Ciputat. (Foto: Gapey Sandy)
Oh iya, sehubungan Kamis, 27 Oktober ini diperingati sebagai
Hari Blogger Nasional. Anjangsana saya ke Taman Baca kolong
fly over Ciputat, juga dalam rangka menyerahkan amanat empat buku karya
blogger-blogger andal sekaligus
Kompasianer. Mereka adalah
Rifki Feriandi dengan bukunya yang berjudul
Cara Narsis Bisa Nulis;
Thamrin Dahlan dengan bukunya
Magnet Baitullah;
Much Khoiri yang pernah mengirimi saya bukunya yang berjudul
Much Khoiri dalam 38 Wacana; dan
Asita DK alias
Ita DKyang menulis barengan Anton DH Nugrahanto untuk judul buku
Sekelumit Kisah si Tukang Blusukan.
Semoga buku-buku ini sanggup memberi nyala pijar manfaat ilmu bagi pengunjung Taman Baca kolong fly over Ciputat. Sekaligus ladang amal bajik bagi penulisnya. Aamiin.
Lihat Inovasi Selengkapnya