Sejumlah kebijakan di bidang Pariwisata pun sudah ditetaskan Pemerintah:
- Meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan dari 10 juta (2015) menjadi 20 juta orang pada 2019.
- Bebas visa kunjungan bagi 169 negara. Kebijakan ini melalui Perpres No.21/2016 tentang Bebas Visa Kunjungan.
- Kemudahan perizinan kapal yacht asing, sesuai Perpres No.105/2016 tentang Kunjungan Kapal Wisata (Yacht) ke Indonesia.
- Pencabutan Cabotage Cruise (Kapal Cruise); Meningkatkan jumlah kunjungan Kapal Cruiseke lima pelabuhan utama di Indonesia (Jakarta, Makassar, Benoa, Semarang, Surabaya).
- Menetapkan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) seperti Toba, Tanjung Lesung, Tanjung Kelayang, Kepulauan Seribu, Borobudur, Bromo, Wakatobi, Labuan Bajo, Mandalika, dan Morotai.
Menanggapi bebas visa kunjungan bagi 169 negara itu, Ara menekankan perlunya kemudahan berkunjung itu dibarengi dengan pelaksanaan GBBS.
“Kita juga sudah mengeluarkan kebijakan bebas visa kunjungan untuk 169 negara. Kemudahan ini sepatutnya meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Indonesia. Tapi harap dicatat, seandainya para wisatawan itu datang kemudian melihat dengan mata kepala sendiri bahwa Indonesia itu kotor, apakah kelak mereka akan sudi kembali lagi? Tentu saja tidak! Bahkan, kita sendiri yang orang Indonesia asli, kalau melihat ada obyek wisata kotor, tentu spontan akan berkata “Sayang sekali kondisinya jorok dan kotor, padahal tempatnya bagus”. Sudah pasti, kita akan malas dan enggak untuk kembali lagi ke obyek wisata tersebut,” tuturnya cemas.
Tabel Indeks Daya Saing Kepariwisataan yang menukil paparan Travel and Tourism Competitiveness Report 2015oleh World Economic Forum (WEF) membeberkan Perbandingan Indeks Kompetitif Pariwisata Antar Negara Asia, dimana diketahui bahwa, daya saing Indonesia meningkat dari peringkat 70 (2013) menjadi 50 (2015).
Lebih ironis lagi, Indonesia semakin terpuruk bila dibandingkan dengan negara-negara se-ASEAN, karena memperoleh peringkat 109 untuk sisi kesehatan (health)danhigienitas (hygiene). Indonesia berada di bawah posisi Singapura (61), Malaysia (73), Vietnam (83), Thailand (89), Filipina (91) dan Laos (108). Meskipun, Indonesia unggul atas Kamboja yang meraih ranking 112.
Pun begitu, di masa datang, optimisme melambung tetap tertambat pada sektor pariwisata untuk menambah pundi-pundi cuan devisa negara. Apalagi, kalau kita tengok, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia pada Agustus 2016, ternyata kembali berhasil menembus angka di atas 1 juta wisman (1.031.986 wisman) atau mengalami peningkatan sebesar 13,19 persen bila dibandingkan Agustus 2015 yang sebesar 911.704 wisman. Sebelumnya, pencapaian angka 1 juta wisman juga terjadi untuk pertama kali pada Juli 2016 dengan 1.032.741 wisman.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Asdep Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Kepariwisataan, Deputi Bidang Pengembangan Kelembagaan Kepariwisataan, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menandaskan, secara kumulatif kunjungan wisman pada Januari hingga Agustus 2016 mencapai 7.356.310 wisman atau meningkat sebesar 8,39 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sejumlah 6.786.906 wisman.
Seraya tersenyum, Ara menjawab sambil mengingatkan, ketika obyek-obyek pariwisata Indonesia sudah bersih, indah, nyaman, terpelihara kelestariannya, dan begitu mempesona, tetapi layanan yang disuguhkan tanpa memberikan sesungging senyum, maka hal ini akan sama saja dengan kembali memati-surikan pariwisata Nasional itu sendiri.