Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Bersih dan Senyum untuk Buktikan Pesona Indonesia

9 Oktober 2016   10:55 Diperbarui: 9 Oktober 2016   17:52 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rekapitulasi hasil penjualan sampah di salah satu bank sampah. (Sumber: FORKAS)

Sejumlah kebijakan di bidang Pariwisata pun sudah ditetaskan Pemerintah:

  • Meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan dari 10 juta (2015) menjadi 20 juta orang pada 2019.
  • Bebas visa kunjungan bagi 169 negara. Kebijakan ini melalui Perpres No.21/2016 tentang Bebas Visa Kunjungan.
  • Kemudahan perizinan kapal yacht asing, sesuai Perpres No.105/2016 tentang Kunjungan Kapal Wisata (Yacht) ke Indonesia.
  • Pencabutan Cabotage Cruise (Kapal Cruise); Meningkatkan jumlah kunjungan Kapal Cruiseke lima pelabuhan utama di Indonesia (Jakarta, Makassar, Benoa, Semarang, Surabaya).
  • Menetapkan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) seperti Toba, Tanjung Lesung, Tanjung Kelayang, Kepulauan Seribu, Borobudur, Bromo, Wakatobi, Labuan Bajo, Mandalika, dan Morotai.    

Menanggapi bebas visa kunjungan bagi 169 negara itu, Ara menekankan perlunya kemudahan berkunjung itu dibarengi dengan pelaksanaan GBBS.

“Kita juga sudah mengeluarkan kebijakan bebas visa kunjungan untuk 169 negara. Kemudahan ini sepatutnya meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Indonesia. Tapi harap dicatat, seandainya para wisatawan itu datang kemudian melihat dengan mata kepala sendiri bahwa Indonesia itu kotor, apakah kelak mereka akan sudi kembali lagi? Tentu saja tidak! Bahkan, kita sendiri yang orang Indonesia asli, kalau melihat ada obyek wisata kotor, tentu spontan akan berkata “Sayang sekali kondisinya jorok dan kotor, padahal tempatnya bagus”. Sudah pasti, kita akan malas dan enggak untuk kembali lagi ke obyek wisata tersebut,” tuturnya cemas.

Lomba Iklan Pendek Kampanye Indonesia Berbudaya Bersih dan Senyum yang diselenggarakan Satgas GBBS Kemenko Bidang Kemaritiman. Deadline diperpanjang hingga 1 November 2016, menurut Wakil Ketua Satgas GBBS, Musyarafah Machmud. (Sumber: Satgas GBBS)
Lomba Iklan Pendek Kampanye Indonesia Berbudaya Bersih dan Senyum yang diselenggarakan Satgas GBBS Kemenko Bidang Kemaritiman. Deadline diperpanjang hingga 1 November 2016, menurut Wakil Ketua Satgas GBBS, Musyarafah Machmud. (Sumber: Satgas GBBS)
Belum lagi, imbuh Ara, kelengkapan infrastruktur yang belum menunjang. Begitu juga dengan orang-orang yang belum ramah dan budaya keramahtamahan itu sendiri yang semakin menipis. “Makanya perlu ada GBBS. Menuntut integritas dan gotong-royong segenap lapisan untuk mensukseskan revolusi mental untuk membuat negara Indonesia menjadi bersih kembali,” serunya.

Tabel Indeks Daya Saing Kepariwisataan yang menukil paparan Travel and Tourism Competitiveness Report 2015oleh World Economic Forum (WEF) membeberkan Perbandingan Indeks Kompetitif Pariwisata Antar Negara Asia, dimana diketahui bahwa, daya saing Indonesia meningkat dari peringkat 70 (2013) menjadi 50 (2015).

Lebih ironis lagi, Indonesia semakin terpuruk bila dibandingkan dengan negara-negara se-ASEAN, karena memperoleh peringkat 109 untuk sisi kesehatan (health)danhigienitas (hygiene). Indonesia berada di bawah posisi Singapura (61), Malaysia (73), Vietnam (83), Thailand (89), Filipina (91) dan Laos (108). Meskipun, Indonesia unggul atas Kamboja yang meraih ranking 112.

Sampah di lautan. Kantor Menteri Kelautan dan Perikanan sudah meluncurkan program Blue and Healthy Ocean. (Foto: misoolbaseftin.com)
Sampah di lautan. Kantor Menteri Kelautan dan Perikanan sudah meluncurkan program Blue and Healthy Ocean. (Foto: misoolbaseftin.com)
“Indonesia menempati posisi ke-109 dari 141 negara dari tingkat kesehatan dan higienitas. Kita cuma sedikit lebih di atas, bila dibandingkan dengan negara-negara di Afrika. Tapi, posisi kita jauh berada di bawah posisi negara-negara tetangga kita, apalagi dengan Singapura. Padahal, jarak Singapura dengan Indonesia hanya dua jam. Kenapa kalau kita ke Singapura, kita bisa disiplin, menjaga kebersihan dan mengikuti aturan mereka, tetapi begitu kembali ke Indonesia, budaya kebersihan itu hilang,” kesal Ara seraya mengingat kejadian yang pernah disaksikannya sendiri yakni adanya turis asing yang terpaksa buang air kecil di bawah pohon. “Karena memang di Wakatobi itu, infrastruktur toilet belum mencukupi.”

Pun begitu, di masa datang, optimisme melambung tetap tertambat pada sektor pariwisata untuk menambah pundi-pundi cuan devisa negara. Apalagi, kalau kita tengok, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia pada Agustus 2016, ternyata kembali berhasil menembus angka di atas 1 juta wisman (1.031.986 wisman) atau mengalami peningkatan sebesar 13,19 persen bila dibandingkan Agustus 2015 yang sebesar 911.704 wisman. Sebelumnya, pencapaian angka 1 juta wisman juga terjadi untuk pertama kali pada Juli 2016 dengan 1.032.741 wisman.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Asdep Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Kepariwisataan, Deputi Bidang Pengembangan Kelembagaan Kepariwisataan, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menandaskan, secara kumulatif kunjungan wisman pada Januari hingga Agustus 2016 mencapai 7.356.310 wisman atau meningkat sebesar 8,39 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sejumlah 6.786.906 wisman.

Senyum wisatawan yang gembira snorkeling di Danau Kakaban yang berair payau di Pulau Kakaban, Kalimantan Timur. Bermain dengan ubur-ubur yang jinak dan tidak beracun. (Foto: Gapey Sandy)
Senyum wisatawan yang gembira snorkeling di Danau Kakaban yang berair payau di Pulau Kakaban, Kalimantan Timur. Bermain dengan ubur-ubur yang jinak dan tidak beracun. (Foto: Gapey Sandy)
Lantas bagaimana dengan Budaya Senyum?

Seraya tersenyum, Ara menjawab sambil mengingatkan, ketika obyek-obyek pariwisata Indonesia sudah bersih, indah, nyaman, terpelihara kelestariannya, dan begitu mempesona, tetapi layanan yang disuguhkan tanpa memberikan sesungging senyum, maka hal ini akan sama saja dengan kembali memati-surikan pariwisata Nasional itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun