Gerakan yang diharapkan menjadi “viral”, familiar dan membudaya ini merupakan salah satu bagian dari tiga Gerakan Nasional Revolusi Mental, yaitu Indonesia Tertib, Indonesia Melayani dan Indonesia Bersih. GBBS pun dikembangkan dalam rangka membangun sikap mental masyarakat Indonesia yang sehat karena memiliki kepedulian terhadap kebersihan dan kelestarian lingkungan, dan berkepribadian ramah bersahabat. GBBS terdiri dari dua gerakan moralitas publik yaitu Budaya Bersih dan Budaya Senyum.
Adapun nilai-nilai dasar revolusi mental yang terkandung dalam GBBS adalah Integritas, Etos Kerja, dan Gotong Royong. Dengan demikian diharapkan GBBS menjadi pembuka jalan bagi kekuatan pembangunan ekonomi nasional dan sekaligus kekuatan bangsa Indonesia sebagai poros maritim dunia. Gerakan ini merupakan gerakan nasional dan akan dilaksanakan secara berkesinambungan mulai tahun 2016 hingga 2019. Pencanangan GBS telah dilaksanakan pada tanggal 28 November 2015 di kawasan Marunda, Jakarta Utara.
Mengapa harus Budaya Bersih?
Asal tahu saja, setiap tahunnya ada 8 juta ton sampah plastik sedunia yang mencemari lautan. Menurut sebuah riset yang dimuat jurnal Science, para peneliti menegaskan sampah plastik yang mengalir ke laut dapat mencapai jumlah yang lebih besar lagi. Angka 8 juta ton hanyalah sampah yang dibuang masyarakat pesisir yang berada di 192 negara.
Adalah Jenna Jambeck, peneliti dari Universitas Georgia yang pada 2015 kemarin memperkirakan bahwa, para penduduk yang tinggal di sekitar 50 kilometer dari garis pantai setiap negara, menghasilkan 275 juta ton sampah plastik pada 2010. Adapun sampah plastik yang terbuang dan mencemari lautan mencapai 4,8 hingga 12,7 juta ton.
Ironisnya, Indonesia menempati posisi kedua dengan produksi sampah plastik mencapai 3,2 juta ton. Jumlah sampah plastik yang mencemari laut mencapai 1,29 juta ton. Penelitian ini pun masih memberi penegasan, bahwa sekitar 83 persen sampah di Indonesia tidak dikelola dengan baik.
“Fakta riset ini parah sekali! Pantaslah kalau sangat merisaukan, karena ternyata perilaku kita sangat menyedihkan terhadap sampah plastik di lautan. Padahal, kita punya budaya Nusantara yang sangat menjunjung tinggi kebersihan, seperti misalnya yang diterapkan oleh masyarakat Desa Panglipuran di Bali. Bahkan, ada juga satu hotel di Sumba Barat, yang terpilih oleh sebuah majalah travel wisata dunia sebagai hotel terbaik sedunia tahun 2016. Namanya, Hotel Nihiwatu,” ujar Musyarafah Machmud selaku Wakil Ketua Satuan Tugas GBBS ketika menjadi pembicara di acara Kompasiana Nangkring bersama Kemenko Bidang Kemaritiman dengan tajuk “Sukseskan GBBS”, pada 9 September kemarin di Jakarta.