Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Ada Sampah, Pasti Ada Eka Meidya

7 Oktober 2016   12:29 Diperbarui: 7 Oktober 2016   19:08 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anggota bank sampah blusukan di saluran air untuk membersihkan sampah. (Foto: FORKAS)

Bagaimana perputaran uang dari bank sampah “Vipamas”?

“Jawabannya, lucu,” kata Eka. Kenapa? “Karena, perumahan Villa Pamulang Mas yang mayoritas berasal dari keluarga menengah ke atas, warga tidak mau mengambil uang tabungan hasil bank sampahnya dalam tempo satu tahun sekali. Ada yang misalnya, dalam satu tahun memperoleh uang sebesar Rp 200.000 – Rp. 300.000. Nilai ekonomis ini menjadi pemicu semangat agar warga lebih giat lagi beraktivitas di bank sampah. Saya mewajibkan setiap anggota mengambil tabungannya ini satu tahun sekali, dengan disisakan saldo minimal Rp 10.000 saja. Karena, saya sendiri merasa, kurang enak hati apabila berlama-lama memegang amanah menyimpan uang tabungan bank sampah milik para anggota,” tutur Eka merendah hati.

Urban farming yang sudah menghasilkan. Siap panen terung ungu. (Foto: Gapey Sandy)
Urban farming yang sudah menghasilkan. Siap panen terung ungu. (Foto: Gapey Sandy)
Urban farming juga menjadi agenda kerja dan karya nyata kelompok bank sampah. (Foto: Gapey Sandy)
Urban farming juga menjadi agenda kerja dan karya nyata kelompok bank sampah. (Foto: Gapey Sandy)
Begitulah perjuangan Eka Meidya. Seorang ibu rumah tangga biasa, yang kebetulan suaminya menjadi Ketua RW, sehingga menakdirkan Eka mempunyai pengaruh sebagai “Ibu RW”, untuk kemudian berhasil mengajak dan membina warganya bergiat dalam wadah bank sampah. Hasil ekonomisnya terbukti. Begitu juga hasil positif kepada lingkungan. Sampah berkurang, kesadaran warga peduli lingkungan bertambah, dan alam sekitar menjadi bersih bestari.

Aksi Nyata Wujudkan GBBS

Apa yang diperjuangkan Eka Meidya bersama bank sampah “Vipamas” dan FORKAS adalah aksi nyata dalam mewujudkan Gerakan Budaya Bersih dan Senyum (GBBS).

Dalam wawancara eksklusif dengan penulis, Wakil Ketua Satuan Tugas GBBS, Musyarafah Machmud menerangkan, GBBS dicanangkan oleh Kemenko Bidang Kemaritiman sejak satu tahun lalu ketika momentum pelaksanaan Sail Tomini.

“GBBS diluncurkan dalam rangka mendukung Revolusi Mental. Fokus Pemerintah dalam Gerakan Revolusi Mental itu sendiri ada tiga yaitu: Indonesia Bersih, Indonesia Sehat, dan Indonesia Melayani. Salah satu upaya kita untuk mewujudkan Indonesia Bersih ini sudah tentu melalui GBBS ini,” tutur Ara, sapaan akrabnya, usai menjadi pembicara di acara Kompasiana Nangkring Bareng Kemenko Bidang Kemaritiman dalam tajuk Mensukseskan Gerakan Budaya Bersih dan Senyum, pada 9 September di Jakarta.

Wakil Ketua Satgas Gerakan Budaya Bersih dan Senyum, Musyarafah Machmud. (Foto: Gapey Sandy)
Wakil Ketua Satgas Gerakan Budaya Bersih dan Senyum, Musyarafah Machmud. (Foto: Gapey Sandy)
Indonesia peringkat kedua di dunia sebagai penyumbang sampah plastik di lautan. (Sumber: Jenna Jambeck)
Indonesia peringkat kedua di dunia sebagai penyumbang sampah plastik di lautan. (Sumber: Jenna Jambeck)
Ara menandaskan, apabila sampah dikelola dengan baik, semisal dipilah dan dipilih untuk kemudian dijadikan produk upcycle yang indah juga bermanfaat, pastilah produk upcycledari sampah itu akan memiliki nilai ekonomis yang tinggi. “Jadi kalau memang kita sudah sadar untuk membuang sampah pada  tempatnya, dan sebelum membuang sampah itu kita melakukan pemilahan juga pemilihan sampah, maka citra buruk Indonesia dan pariwisata Indonesia di mata dunia, pasti tidak akan separah ini,” tegasnya.

Tujuan akhir dari GBBS ini, jelas Ara, adalah untuk meningkatkan citra pariwisata Indonesia. Sekaligus, memperbaiki citra buruk yang menempel yaitu Indonesia menjadi negara kedua penyumbang sampah plastik di dunia sesudah China. Selain itu, Indonesia juga masih terpuruk di peringkat 109 dari 141 negara di dunia untuk masalah kesehatan dan kebersihan.

“Agak-agak malu dong kita sebagai bangsa Indonesia dengan hasil temuan tersebut. Makanya kita harus meningkatkan lagi masalah kebersihan di negara kita tercinta. Misalnya saja, kita pergi ke negara Singapura dan Jepang, maka kita akan menyaksikan betapa kebersihan sangat dijaga di sana. Bahkan kita pasti akan menjunjung tinggi juga menjaga kebersihannya, tapi begitu kembali ke Indonesia, kita pasti akan sedih melihat kondisi yang sebaliknya. Tak hanya itu, banyak dari kita yang kemudian tidak melanjutkan kebiasaan hidup bersih seperti saat berada di Singapura maupun Jepang sana,” ujarnya sembari mengatakan bahwa target GBBS akan dilaksanakan hingga 2019.

Logo GBBS dan Kemenko Bidang Kemaritiman. (Sumber: Satgas GBBS)
Logo GBBS dan Kemenko Bidang Kemaritiman. (Sumber: Satgas GBBS)
Mengapa pariwisata ini menjadi begitu penting? Ara menjelakan, karena pada 2020 nanti, sektor pariwisata akan menjadi penyumbang devisa terbesar bagi Indonesia. Mengalahkan sektor pertambangan, perkebunan dan sebagainya. "Selain itu, serapan tenaga kerja pada sektor pariwisata juga diprediksikan bakal melebihi sektor-sektor lainnya,” ujar Ketua Dharma Wanita Persatuan Kemenko Bidang Maritim ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun