Bagaimana perputaran uang dari bank sampah “Vipamas”?
“Jawabannya, lucu,” kata Eka. Kenapa? “Karena, perumahan Villa Pamulang Mas yang mayoritas berasal dari keluarga menengah ke atas, warga tidak mau mengambil uang tabungan hasil bank sampahnya dalam tempo satu tahun sekali. Ada yang misalnya, dalam satu tahun memperoleh uang sebesar Rp 200.000 – Rp. 300.000. Nilai ekonomis ini menjadi pemicu semangat agar warga lebih giat lagi beraktivitas di bank sampah. Saya mewajibkan setiap anggota mengambil tabungannya ini satu tahun sekali, dengan disisakan saldo minimal Rp 10.000 saja. Karena, saya sendiri merasa, kurang enak hati apabila berlama-lama memegang amanah menyimpan uang tabungan bank sampah milik para anggota,” tutur Eka merendah hati.
Aksi Nyata Wujudkan GBBS
Apa yang diperjuangkan Eka Meidya bersama bank sampah “Vipamas” dan FORKAS adalah aksi nyata dalam mewujudkan Gerakan Budaya Bersih dan Senyum (GBBS).
Dalam wawancara eksklusif dengan penulis, Wakil Ketua Satuan Tugas GBBS, Musyarafah Machmud menerangkan, GBBS dicanangkan oleh Kemenko Bidang Kemaritiman sejak satu tahun lalu ketika momentum pelaksanaan Sail Tomini.
“GBBS diluncurkan dalam rangka mendukung Revolusi Mental. Fokus Pemerintah dalam Gerakan Revolusi Mental itu sendiri ada tiga yaitu: Indonesia Bersih, Indonesia Sehat, dan Indonesia Melayani. Salah satu upaya kita untuk mewujudkan Indonesia Bersih ini sudah tentu melalui GBBS ini,” tutur Ara, sapaan akrabnya, usai menjadi pembicara di acara Kompasiana Nangkring Bareng Kemenko Bidang Kemaritiman dalam tajuk Mensukseskan Gerakan Budaya Bersih dan Senyum, pada 9 September di Jakarta.
Tujuan akhir dari GBBS ini, jelas Ara, adalah untuk meningkatkan citra pariwisata Indonesia. Sekaligus, memperbaiki citra buruk yang menempel yaitu Indonesia menjadi negara kedua penyumbang sampah plastik di dunia sesudah China. Selain itu, Indonesia juga masih terpuruk di peringkat 109 dari 141 negara di dunia untuk masalah kesehatan dan kebersihan.
“Agak-agak malu dong kita sebagai bangsa Indonesia dengan hasil temuan tersebut. Makanya kita harus meningkatkan lagi masalah kebersihan di negara kita tercinta. Misalnya saja, kita pergi ke negara Singapura dan Jepang, maka kita akan menyaksikan betapa kebersihan sangat dijaga di sana. Bahkan kita pasti akan menjunjung tinggi juga menjaga kebersihannya, tapi begitu kembali ke Indonesia, kita pasti akan sedih melihat kondisi yang sebaliknya. Tak hanya itu, banyak dari kita yang kemudian tidak melanjutkan kebiasaan hidup bersih seperti saat berada di Singapura maupun Jepang sana,” ujarnya sembari mengatakan bahwa target GBBS akan dilaksanakan hingga 2019.