Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Inilah Pelitas, Super Hero Penyelamat Lingkungan Kota Tangsel

23 September 2016   19:05 Diperbarui: 7 Oktober 2016   13:56 783
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sampah dibuang sembarangan di pinggir jalan di kawasan Pamulang, Tangsel. (Foto: Gapey Sandy)

“Salah satu penyebab kenapa sampah di Kota Tangsel yang berpenduduk mencapai sekitar 1,5 juta jiwa ini begitu banyak dan perlu segera dikendalikan adalah karena gaya hidup warga kota yang selama ini cenderung salah. Mereka kurang peduli menerapkan konsep 3R yaitu Reduce, Reuse, dan Recycle. Konsep reduce adalah mengurangi sampah yang diproduksi warga. Reuse atau menggunakan kembali barang yang ada. Dan, recycle yaitu mendaur ulang sampah menjadi beragam karya yang bermanfaat dan bernilai jual tinggi,” jelas Syahrul.

Saat ini, di Tangsel hanya ada satu Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah, yang berlokasi di Cipeucang. Hingga detik ini, kondisi TPA Cipeucang belum sanggup mereduksi sampah dalam jumlah besar.

Sampah di perairan yang bisa membawa bencana banjir dan pencemaran air. Lokasi: Pamulang, Tangerang Selatan. (Foto: Gapey Sandy)
Sampah di perairan yang bisa membawa bencana banjir dan pencemaran air. Lokasi: Pamulang, Tangerang Selatan. (Foto: Gapey Sandy)
Petugas kebersihan menyapu sampah-sampah yang dibuang sembarangan di pinggir Jalan Raya Pajajaran, Pamulang, Tangsel. (Foto: Gapey Sandy)
Petugas kebersihan menyapu sampah-sampah yang dibuang sembarangan di pinggir Jalan Raya Pajajaran, Pamulang, Tangsel. (Foto: Gapey Sandy)
Luas lahan TPA Cipeucang pada zona land fill ke-I mencapai 2,5 hektar, dan sampah yang ditampung sudah penuh dengan ketinggiannya mencapai 11 – 12 meter. Sedangkan lahan zona land fill ke-II yang seluas 1,7 hektar, sampahnya juga semakin penuh. “Perluasan TPA Cipeucang masih terkendala program pembebasan lahan,” ungkap Syahrul. 

Persoalan sampah di Kota Tangsel --- yang pada 26 November 2016 ini akan memperingati Hari Ulang Tahun ke-8 --- bukan hanya soal TPA Cipeucang yang sampahnya makin membukit, tetapi juga armada pengangkut sampah yang dimiliki DKPP Tangsel pun masih kurang jumlahnya bila dibandingkan dengan pesatnya jumlah penduduk Tangsel. Kekurangan juga terjadi pada SDM kebersihan, mulai dari supir dan kernet truk armroll (39 unit) maupun kendaraan pick up armada sampah, hingga para pesapon atau penyapu jalan yang tersebar di tujuh kecamatan yang ada. “Apalagi, semua petugas kebersihan ini tidak pernah libur bekerja. Karena, membersihkan sampah itu tidak boleh libur juga,” ujar Syahrul. 

Dengan sejumlah keprihatinan ini, lanjut Syahrul, pihaknya berharap dapat meningkatkan pengolahan sampah mandiri yaitu dalam bentuk peran serta masyarakat. Salah satunya, adalah dengan langsung menyasar ke sumber penghasil sampahnya, yaitu rumah tangga.

Sampah yang dibuang di pinggir Jalan Aria Putra, Ciputat, Tangsel. Meski sudah ada papan larangan membuang sampah di lokasi ini, sampah terus bertumpuk setiap hari. (Foto: Gapey Sandy)
Sampah yang dibuang di pinggir Jalan Aria Putra, Ciputat, Tangsel. Meski sudah ada papan larangan membuang sampah di lokasi ini, sampah terus bertumpuk setiap hari. (Foto: Gapey Sandy)
Sampah yang dibuang di pinggir Jalan Aria Putra, Ciputat, Tangsel. Setiap hari dibersihkan, tapi tak berapa lama kemudian bertumpuk lagi sampah-sampah tersebut. (Foto: Gapey Sandy)
Sampah yang dibuang di pinggir Jalan Aria Putra, Ciputat, Tangsel. Setiap hari dibersihkan, tapi tak berapa lama kemudian bertumpuk lagi sampah-sampah tersebut. (Foto: Gapey Sandy)
“Ada dua bentuk penanganan yang kami lakukan, untuk mengelola dan mengolah sampah skala rumah tangga. Pertama, untuk sampah anorganik, kami terus menggencarkan membuat sosialisasi pelatihan pembentukan Bank Sampah. Dan kedua, untuk penanganan sampah-sampah organik, kami tak pernah berhenti untuk melatih masyarakat untuk membuat pupuk kompos, juga pupuk cair. Dari pelatihan pembuatan pupuk kompos dari sampah organik ini, kami kemudian membina komunitas yang menyelenggarakan Urban Farming. Kini, sudah ada delapan titik sentral percontohan urban farming yang bersinergi dengan pengolahan sampah organik yang kemudian menghasilkan pupuk kompos dan pupuk cair,” urainya.

Satu contoh pengelolaan urban farming yang berhasil, tukas Syahrul, adalah seperti yang dilakukan anggota Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kota Tangsel di Kecamatan Setu. Mereka sudah berhasil mengelola urban farming. Bahkan saat ini, hasil panen Kangkung mereka sudah terserap oleh pasar lokal khususnya para penjaja makanan kaki lima, khususnya yang menyajikan menu Plecing atau Cah Kangkung.

Perlahan namun pasti, peran serta masyarakat Tangsel dalam menjaga kebersihan lingkungan dan peduli sampah makin laik diacungi jempol. Tak percaya? Begini.

Saat ini, tercatat sudah ada sekitar 130 Bank Sampah yang tersebar di tujuh kecamatan se-Tangsel. Bank Sampah merupakan tempat pengumpulan sampah yang memiliki nilai jual, yang sebelumnya sudah dipilah sesuai kategori masing-masing. Misalnya, plastik, karet, logam, kertas dan lainnya. Semua itu dalam bentuk bersih dan kering. Bahkan kini, sudah terbentu FORKAS alias Forum Komunikasi Bank Sampah se-Tangerang Selatan.

Sampah yang kemudian didaur ulang menjadi barang bermanfaat. (Foto: Gapey Sandy)
Sampah yang kemudian didaur ulang menjadi barang bermanfaat. (Foto: Gapey Sandy)
Sampah menjadi barang bernilai. Berbagai kreasi kreatif yang dibuat dari sampah plastik. (Foto: Gapey Sandy)
Sampah menjadi barang bernilai. Berbagai kreasi kreatif yang dibuat dari sampah plastik. (Foto: Gapey Sandy)
Ada juga sekitar 44 TPS3R se-Tangsel. TPS3R atau Tempat Pengelolaan Sampah Reduce Reuse Recycle adalah tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang, dan pengolahan yang berskala kawasan.

Di TPS3R, pemisahan sampah dilakukan untuk beberapa jenis sampah seperti: Sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) rumah tangga yang akan dikelola sesuai peraturan dan ketentuan; Sampah kertas, plastik dan logam yang akan didaur ulang; dan Sampah organik yang akan digunakan sebagai bahan baku pupuk kompos menggunakan mesin pencacah organik, dan mesin pencacah kompos serta mesin pengayak.    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun