“Sayangnya, hasil riset ini tidak menyebut bagaimana pertumbuhan belanja iklan untuk radio. Apakah anjlok atau ikut terkerek menikmati pertumbuhan 18 persen ini?” ujarnya.
“Artinya, belanja iklan radio masih bertumbuh. Namun, apakah dinikmati oleh sebagian besar radio siaran yang ada, atau hanya dinikmati segelintir radio saja? Radio sebenarnya tidak perlu bersaing dengan media lain dalam mendapatkan jatah belanja iklan, karena radio memiliki karakteristik yang berbeda dengan media lainnya. Kekuatan radio adalah suara (audio), bisa dinikmati dimana saja (apalagi dengan adanya era digital), murah, fleksibel dan tidak ribet, serta personal dan akrab. Iklannya rata-rata juga relatif lebih murah jika dibandingkan dengan TV atau suratkabar, bahkan media online. Hanya radio-radio tertentu saja yang berkategori tarif iklannya mahal,” tutur Zaini.
Sebagai gambaran, tengoklah Radio DaktaFM Bekasi yang tidak pernah sepi terima order iklan komersial. “Iklannya variatif, mulai dari produk, pendidikan, kesehatan, iklan layanan masyarakat dari Pemerintah dan sebagainya. Dalam satu hari, kami siarkan iklan sebanyak 140 sampai 150 iklan dalam bentuk spot, ekspose maupun adlip (iklan yang naskahnya dibacakan oleh penyiar),” ungkap Syifa Faradila, produser dan penyiar senior DaktaFM.
Dengan kuantitas iklan yang (masih) gemuk ini, aku Syifa, tak berlebihan kalau DaktaFM mematok target perolehan iklan sekitar Rp 7 miliar sepanjang 2016 ini. Wowwww … fantastis!
Akhirnya, Selamat Hari Radio Republik Indonesia, dan Hari Radio Nasional! Itu saja …
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H