Pasca aktivitas seismik dan erupsi Gunung Merapi yang terakhir kali terjadi pada 2010, kesiap-siagaan kru stasiun radio ini semakin bertambah, karena Kali Putih kini sudah menjadi sasaran amuk Merapi dengan banjir lahar yang melimpah dan meluap hingga ke jalan-jalan raya. Kali Putih ini sebenarnya berukuran kecil, tetapi menjadi efektif untuk mengalirkan banjir lahar dari lereng Gunung Merapi.
Ircham juga menjelaskan tentang lokasi stasiun Radio Merapi Indah yang memang berada pada posisi perbatasan yang selalu terlarang untuk dihuni sementara apabila terjadi erupsi Merapi. “Kami berada pada jarak sekitar 20 km dari Gunung Merapi. Istilahnya, kalau masyarakat di lereng Gunung Merapi dievakuasi maka jaraknya minimal akan menjauh hingga 20 km dari Merapi. Kalau hunian yang jaraknya mencapai 10 – 15 km dari Gunung Merapi, jelas menjadi sangat terlarang untuk dihuni lantaran ancaman lahar panas, meskipun tetap saja ada yang enggan untuk melakukan evakuasi.
Pernah, dampak erupsi Merapi yang menimpa stasiun radio kami adalah dalam bentuk tertutup abu tebal sehingga membuat atap pecah dan bocor, meskipun tidak berdampak pada operasionalisasi siaran radio kami. Kami terus siaran dengan menginformasikan berbagai perkembangan dan pandangan mata secara langsung terkait situasi bencana erupsi Merapi, misalnya siaran langsung dari sekitar kawasan atas dan bawah Kali Putih,” kisahnya.
Apa buktinya bahwa masyarakat yang tinggal di lereng Gunung Merapi kebanyakan adalah pendengar setia stasiun radio kami? Begini, pernah suatu ketika, ada LSM dari Yogyakarta yang melakukan survei tentang penebangan hutan dikaitkan dengan bahaya banjir bandang terhadap masyarakat yang tinggal di sekitar Merbabu. Ketika para anggota LSM ini melakukan wawancara dan survei di lapangan, faktanya mereka memperoleh jawaban bahwa mayoritas masyarakat di sana adalah merupakan pendengar setia stasiun radio kami,” ungkapnya bangga.
Waspada Bencana dari Lereng Pegunungan
Sandiwara radio ADB juga diputarkan di Radio GE FM yang bermarkas di Taman Kota Madiun, Jawa Timur. Menurut Olivia, salah seorang penyiarnya, respon para pendengar atas pemutaran ADB cukup bagus. “Terbukti dengan cukup banyak dari pendengar yang mengirimkan SMS berisi jawaban kuis. Kuis ini memang selalu disampaikan oleh penyiar radio kita setiap kali sandiwara radio selesai diudarakan,” katanya kepada penulis juga dalam interview via telepon.
Hal senada disampaikan Hendri Sukmana selaku staf marketing Radio GE FM. Katanya, respon pendengar sangat mengapresiasi siaran sandiwara radio ADB. “Bahkan ada yang mengatakan seperti dibawa kembali ke era ‘80-an dimana sandiwara radio tengah booming. Banyak pendengar yang melepas rindu akan suasana seperti masa lalu itu. Sekalipun terdapat sisipan kesiap-siagaan bencana yang memang menjadi tema pelengkap dari ADB. Ini bisa dimaklumi karena memang pada setiap pengudaraan ADB, selalu ada pesan-pesan dari BNPB untuk mengajak masyarakat sadar atau tanggap bencanam” kata Hendri yang juga mengakui bahwa dari segi content, artistik, sound effect dan kualitas rekaman ADB sangat bagus.
Begitulah gegap-gempita para praktisi radio di daerah yang menanggapi secaa apresiatif pemutaran sandiwara radio ADB untuk siaga bencana produksi BNPB. Semoga program dan format sosialisasi dalam bentuk sandiwara radio, Iklan Layanan Masyarakat tidak berhenti sekali ini saja. Harapanya, program sosialisasi informal yang tepat sasaran dan tepat guna ini terus dilaksanakan dengan segenap inovasi dan variasi tema yang disesuaikan dengan nilai-nilai budaya lokal.
Halo … pendengar sekalian / kini saatnya / kita simak / Sandiwara Radio / ‘Asmara di Tengah Bencana’ // Jreng-jreng …!