Ivone Rose Yakin Sandiwara Radio Masih Efektif
Optimisme akan format sandiwara radio yang dipilih BNPB untuk meningkatkan masyarakat siaga bencana, muncul pula dari Ivone Rose. Nama yang satu ini sudah bukan sosok anyar lagi dalam blantika sandiwara radio. “Saya dari dulu memang berprofesi sebagai pemain atau pengisi suara sandiwara radio, dan saya rasa efektif sekali bagi BNPB untuk menyampaikan pesan pendidikan kewaspadaan bencana ini kepada masyarakat di lokasi daerah rawan bencana. Selain itu, banyak juga penggemar-penggemar kita yang masih rindu untuk mendengarkan kembali sandiwara radio seperti masa-masa lalu,” tutur Ivone Rose yang memerankan tokoh Nyi Lurah dalam ‘Asmara di Tengah Bencana’.
Sebagai pemain sandiwara radio yang sarat pengalaman, katanya lagi, tidak ada kesulitan untuk memainkan peran dan tokoh yang skenarionya memasukkan unsur pendidikan kewaspadaan bencana. “Saya tidak kesulitan memainkan peran Nyi Lurah dalam ‘Asmara di Tengah Bencana’ ini, ya karena sudah biasa melakukannya,” ujar Ivone yang mengenakan blouse oranye.
Tercatat, Ivone Rose pernah mengisi suara dalam sandiwara radio Butir-butir Pasir di Laut--- yang bertemakan Keluarga Berencana ---, Saur Sepuh dan Tutur Tinular. “Yang paling berkesan adalah ketika Saur Sepuh karena saya memainkan peran sebagai Lasmini yang menjadi perempuan pembela kebenaran sekaligus penggoda lelaki. Waktu itu, seluruh kemampuan saya tercurah untuk memerankan tokoh Lasmini,” kenangnya.
Menurut Ivone Rose, bermain sandiwara radio itu seperti layaknya orang bercerita tetapi tidak boleh membaca. “Walaupun kita membaca naskah, tetapi tetap harus bermain, berekspresi, karena itulah maka susahnya adalah kita harus menghayati peran yang kita mainkan. Tidak perlu suara yang baik, tetapi harus bisa bermain atau berekspresi,” jelasnya.
Akhirnya, kita semua berharap sandiwara radio ‘Asmara di Tengah Bencana’ produksi BNPB ini sukses seiring dengan meningkatnya kesiagaan masyarakat terhadap bencana. Utamanya, masyarakat yang menjadi pendengar dan berada persis di lokasi-lokasi daerah yang rawan bencana. Selain itu, pemutaran 50 episode ‘Asmara di Tengah Bencana’ kiranya telah mampu memuaskan dahaga kerinduan masyarakat akan siaran sandiwara radio yang kaya imajinasi. Pantaslah kalau banyak pakar radio, termasuk Theo Stokkink, menyebut radio sebagai the theatre of mind. Terbukti!
Bersambung ke tulisan ini: Sandiwara Radio Siaga Bencana, Dari Telinga Jadi Sikap dan Budaya (#2)
o o o O o o o
Tonton: VLOG peluncuran sandiwara radio ‘Asmara di Tengah Bencana’.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H