Eh iya, buat yang enggak berkarib dengan kopi, ada teh yang segar juga kok. Pokoknya minum kopi di persinggahan ini menjadi bahagian tersendiri dari perjalanan offroad. Meja kursi kayu ditata apik berpadu dengan pepohonan pinus yang menjulang menantang langit. Di sisi atas, ada live music. Seorang gitaris memainkan lagu-lagu ciamik sesuai selera, mulai dari genjrengan lagu-lagu Slank, Dewa 19, Peter Pan dan masih banyak lagi. Semua bisa ikut interaksi bernyanyi. Asal nyanyinya yang bagus ya suaranya, karena saya melihat ada dua hammock yang menggantung diantara dua pohon pinus. Didalam hammock ada yang lagi tidur. Jadi kalau ada yang mau nyanyi terus suaranya ‘sember’ saya khawatir membangunkan yang lagi tidur nyaman di hammock … hahahahaaa (Eits, jangan lupa nyawer sukarela buat yang nyanyi … hihihihiiiii)
Puas ngopi, bernyanyi dan berfoto di Perkebunan Teh dan Hutan Pinus Sukawana. Rombongan bergerak kembali. Kali ini perjalanan offroad semakin menanjak dengan track yang semakin ekstrim! Kiri kanan jalan tidak hanya sekadar hutan pinus nan lebat, tapi juga cekungan, jalan berlumpur pekat yang dalam, serta terkadang menyempit yang hanya muat pas satu body mobil saja. Kiri kanannya langsung menyentuh tanah tebing, maupun semak belukar. Hebatnya, Land Rover ini seperti semakin menemukan tajinya, karena tebing tanah terus “digesrek” begitu juga dengan semak belukar. Disinilah offroader semua musti hati-hati, jangan sampai mengeluarkan anggota badan. Bisa berabe akibatnya.
Hempasan kendaraan makin membuat tidak nyaman penumpang. Tapi justru disitulah seninya. Semua penumpang merasakan adrenalin tinggi yang luar biasa. Tertawa, mengaduh, berteriak dan sebagainya, maklum berasa di-roller coaster pakai Land Rover, wakakakakkkk …
“Ini sedang tidak musim hujan. Jadi track-nya lumayan ringan. Akan semakin sulit apabila musim hujan tiba. Jalanan penuh air, licin, dan lumpur yang dalam,” ujar Kang Dedi usai menekuk kaca spion kanan dan kiri kendaraannya. Gokil ‘kan? Spion aja ditekuk, karena memang track yang dilalui sangat dalam tebing tanah kiri dan kanannya, dan pas-pasan dengan ukuran mobil. Bayanginnya begini aja, mobil kita masuk di selokan atau parit tanah yang dalam lagi sempit. Nah, gitu aja simple-nya!
Akhirnya, setelah sekitar 1 – 1,5 jam perjalanan, sampailah kami di persinggahan kedua. Namanya persinggahan tempat dimana terdapat Benteng Belanda. Kalau tidak salah, lokasinya ada di Cikahuripan. Udara di sini sejuk. Tersedia toilet sederhana yang terbuat dari bilik kayu. Di seberangnya ada warung penduduk setempat. Jalan menuju ke Benteng Belanda disediakan anak tangga yang menanjak. “Kalau mau ke Benteng Belanda, jalan kaki sekitar 20 menit,” kata Aceh Gunawan, sang penyelenggara Bandung Offroad kepada saya.
Di track offroad dengan rute Bandung - Sukawana – Cikole - Lembang ini, lanjut Kang Aceh, termasuk yang paling bagus lintasannya. “Jalur offroad melintasi Sukawana ini kami menyebutnya sebagai long trip dan memang dari segi adventure-nya cukup ekstrim. Rute lainnya, kami sebut sebagai short trip yang menuju ke Gunung Putri dengan melewati Cikole. Adapun dari sisi durasi waktu, kalau berangkat dari Bandung lalu menuju Sukawana dan ke arah Cikole untuk kemudian ke Lembang atau sebelum Tangkuban Parahu, apabila dalam kondisi musim hujan, bisa memakan waktu sekitar 5 sampai 6 jam,” ungkapnya seraya menyebutkan bahwa persinggahan Benteng Belanda ini baru merupakan rute pertengahan dari Sukawana menuju ke Lembang. “Kalau diperkirakan, rutenya berjarak sekitar 20 sampai 30 kilometer”.
Kang Aceh menambahkan, wisata offroad ini bukan menitikberatkan pada masalah kecepatan perjalanannya, tapi aspek fun atau kegembiraan para offroader-nya. “Yang penting adalah semua peserta offroad itu menjadi happy. Fun. Karena memang ada track yang sangat dalam, kemiringan hingga 60 derajat, melintasi parit dengan dinding tebing yang tinggi, semak belukar yang menghantam body kendaraan, lumpur yang dalam lagi pekat dan sebagainya. Dengan kondisi Land Rover yang tahun produksinya ada yang 1965, juga 1972, tapi meskipun dengan kemiringan track offroad mencapai 60 derajat, tetap dapat safety bagi supir dan penumpangnya,” urainya.