Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menjajal Bandung "Offroad"

14 Agustus 2016   13:47 Diperbarui: 16 Agustus 2016   00:10 901
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari Jalan Kolonel Masturi belok kanan menuju PTPN VIII Bukit Unggul, Sukawana. (Foto: Gapey Sandy)
Dari Jalan Kolonel Masturi belok kanan menuju PTPN VIII Bukit Unggul, Sukawana. (Foto: Gapey Sandy)
Perkebunan teh Sukawana. (Foto: Gapey Sandy)
Perkebunan teh Sukawana. (Foto: Gapey Sandy)
Track di Sukawana yang mulai berbatu dan bergelombang. (Foto: Gapey Sandy)
Track di Sukawana yang mulai berbatu dan bergelombang. (Foto: Gapey Sandy)
Sekitar jarak perjalanan sepuluh menit dari hotel, di jalan agak mengkol yang banyak para tukang ojek, iring-iringan kendaraan offroad ‘tekuk kiri’, belok kiri dan keluar dari jalan beraspal. Rupanya, ini jalan pintas yang tidak seberapa lebar, menuju pemukiman cukup padat penduduk, yang nantinya akan keluar di arah Jalan Sersan Bajuri. Pertama keluar dari jalan raya, kendaraan sudah menyusuri jalan menurun yang tidak mulus. Menyusuri sejumlah lokasi pemancingan dan kemudian menanjak lagi menjejaki jalan dengan peluran semen yang tidak rata. Jalannya kadang berkelok, menanjak, menyempit dan ,,, wes, ewes-ewes pokok’e blasukan di pemukiman.

Sempat saya berpikir, apa begini doang offroadnya?

Ternyata, lagi-lagi pikiran saya salah. Tiga Land Rover yang membawa rombongan kami akhirnya keluar dari kawasan pemukiman penduduk, untuk kemudian mulai menyusuri jalan raya yang cukup ramai. Inilah rupanya Jalan Sersan Bajuri, yang di sisi kanan jalan cukup menjanjikan pemandangan alam yang menghijau. Perjalanan terus berlanjut, pada kilometer 3,8 kami melintasi lokasi wisata Kampung Gajah (Mini Zoo) Wonderland, dan di kilometer 4,7 melewati Restoran Kampung Daun. Dua lokasi yang saya sebutkan ini setidaknya bisa menjadi tetengger atau pertanda rute awal lintasan offroad kami.

Saya sendiri sempat melihat Kantor Kecamatan Parongpong di sisi kanan. Nah, di sekitar sinilah, pada sisi kiri dan kanan jalan banyak sekali terdapat para petani tanaman hortikultura dan bunga hias. Ada juga sih yang menanam sayur-mayur. Bunga anyelir, mawar, bibit pohon cemara, pinus dan masih banyak lagi. Warna-warni bunga kontan saja membuat pemandangan di kawasan Cihideung, Parongpong ini amat memikat hati. Dan memang, inilah Parongpong, kota wisata bunga yang eksotis di Bandung Barat, dengan hawa yang cukup sejuk karena memang berada di kaki Gunung Tangkuban Parahu.

Persinggahan pertama, Landy Coffee di Sukawana. (Foto: Gapey Sandy)
Persinggahan pertama, Landy Coffee di Sukawana. (Foto: Gapey Sandy)
Berfoto di alam Sukawanan nan hijau. (Foto: Gapey Sandy)
Berfoto di alam Sukawanan nan hijau. (Foto: Gapey Sandy)
Duh, kalau boleh tambah waktu menginap di Bandung, kepingin rasanya bermalam di Parongpong. Sambil mengulik dengar kisah masyarakat setempat yang akrab dengan tanaman hias dan sayur-mayur. Damai rasanya … ihik.

Perjalanan terus berlanjut. Kali ini melewati sepanjang Jalan Kolonel Masturi. Siapa Masturi? Beliau adalah mantan Bupati Bandung yang dilantik pada 27 Februari 1967, dan pernah menerima anugerah “Pahlawan Pembangunan Daerah Kabupaten Bandung".

Pada lintasan jalan yang mulai menanjak, iring-iringan kendaraan kami berbelok ke kanan. Keluar dari jalan beraspal, dan sempat saya baca papan penunjuk arah di dekat situ, tertulis: PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Kebun Bukit Unggul Bagian Sukawana.

Rupanya, kami mulai memasuki jalan yang mengarah menuju ke Perkebunan Teh Sukawana. Inilah perkebunan yang menjadi salah satu andalan daya tarik wisata Parongpong. Jalan masuknya tidak terlalu lebar, dan kami disambut di sisi kiri jalan dengan kebun sayur-mayur, khususnya labusiam yang kelihatannya sudah siap panen. Jalanannya sendiri sebenarnya beraspal, tapi kemudian hancur dan membuat perjalanan sesungguhnya offroad dimulai. Jreng!

Offroad, kopi, live music, sambil jualan kacamata-kah? (Foto: Gapey Sandy)
Offroad, kopi, live music, sambil jualan kacamata-kah? (Foto: Gapey Sandy)
Dari Jalan Kolonel Masturi menuju ke Perkebunan Teh Sukawana berjarak 2 kilometer. Mulai dari perkebunan, pemukiman, hingga lintasan jalan yang akhirnya memasuki area kebun teh. Kebayang dong, gimana indah dan sejuknya perkebunan teh, dimana rombongan tiga Land Rover kami mulai melintasinya.

Track offroad pun mulai membuat kondisi kabin di setiap kendaraan ajrut-ajrutan. Track yang bergelombang, dipenuhi lubang-lubang jalan yang menganga serta bertanah merah, sesekali ditingkahi dengan bebatuan yang tidak kecil. Empat ban Land Rover yang kembang-kembangnya masih bagus mulai menapaki medan lawan. Tapi nyentriknya, tetap saja saya bisa memperhatikan Kang Dedi, sang supir Land Rover begitu tenang mengendari. Sangat ringan melihatnya memutar dan “membanting” setir yang kadang begitu cepat gerakannya. Sementara kami, para penumpang, mulai banyak berteriak lantaran goyangan dan guncangan body kendaraan yang aduhai! Seakan-akan tubuh ini dihempas-hempas dan dikocok tanpa ampun, hahahaaaa …

Usai melintasi perkebunan teh, jalan tanah merah bergelombang dan “rusak” terus menanjak. Bahkan semakin menanjak kala menuju ke lebatnya hutan pinus. Iring-iringan Land Rover membuat lintasan melengkung seperti huruf “U” tapi menanjak. Sambil membelah hutan pinus, rupanya, di punggung  bukit kami sudah sampai pada persinggahan pertama. Inilah persinggapan Landy Coffee. Nama “Landy” saya pikir bukan nama orang, atau pemiliknya. Saya beropini, nama “Landy” merupakan pelesetan dari “Land Rover”. Heheheeee … semoga asumsi saya benar adanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun