Ketiga, seperti juga yang dijalankan Emily, sebagai vlogger kemampuan mewawancarai narasumber harus handal. Caranya? Ya, tentu saja dengan menguasai masalah yang akan ditanyakan kepada narasumbernya. Passion Emily dalam bidang politik, membuat Presiden Amerika Serikat memuji apa yang disampaikan Emily sebagai pertanyaan yang berbobot! Nah, susahnya (maaf), kebanyakan blogger saat ini belum melakukan praktik wawancara dengan narasumber sebagai salah satu kerja reportasenya.
Tulisan tentang bagaimana menjadi VLOGGER — yang pakemnya, hanya menayangkan video maksimal berdurasi tiga menit ---, mudah di-search via Google. Silakan searching sendiri.
Oh ya, selain semakin hari orang kian malas membaca (blog), sudah mulai bermunculan juga keluhan terhadap dunia blog. Apa itu? Klasik, masalahnya. Kebanyakan blog (hanya) dijejali iklan semata, review produk dan jasa ini-itu, alias sekadar seperti rubrik advertorial atau pariwara di majalah maupun suratkabar. Padahal, di media-media massa itu, jujur saja, tidak sedikit orang yang akan langsung skip, emoh membaca advertorial. Kecuali, yang ditampilkan secara menarik dan content-nya benar-benar dibutuhkan pembaca.
Jadi ada baiknya jangan terlalu “over dosis” mengisi blog dengan menuruti (nilai) komersil belaka. Karena nilai idealis blog itu, sejatinya banyak dinanti dan diminati publik. Mereka menunggu unggahan tulisan blog yang menarik, inspiratif, kaya manfaat, cerdas dan aktual. Entah itu bentuknya Opini, Kolom, Feature, Reportase, hasil Wawancara maupun yang rada agak sulit, Investigative Reporting.
Ayo Nge-Vlog!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H