Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Inilah Kalimat-kalimat Bijak Kompasianer

28 Februari 2016   10:25 Diperbarui: 28 Februari 2016   10:52 922
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Atau, kalimat bijak lainnya dari W. Clement Stone (1902 – 2002) seorang pengusaha yang juga menulis buku The Success System That Never Fails. Katanya, “Sukses diraih oleh mereka yang terus menerus berusaha dengan sikap mental positif”. Cocok ya, dengan apa yang disampaikan Pak Tjitadinata Effendi.

[caption caption="(Pepih Nugraha sarankan agar setiap penulis menelurkan karya tulisnya sendiri, sekaligus menjadi diri sendiri dalam menulis. || Foto: Akun FB Pepih Nugraha)"]

[/caption]Keenam, inilah kalimat yang disampaikan Kang Pepih Nugraha dalam satu tulisan di fanpage ‘Nulis Bareng Pepih’. Selengkapnya, bisa baca di sini.

Tapi rasanya, bagus juga ya, kalau saya copy paste saja sebagian yang dituliskan “begawan tulis-menulis” ini. Sila dicermati:

Memang secara fitrah manusia dilahirkan berbeda. Demikian pula dengan gaya penulisan dan gaya bertutur seorang penulis, satu dengan yang lainnya tidak akan sama. Justru di sinilah keunikannya. Dan... saya adalah keunikan yang khas itu, yang tidak ada duanya!

Karena kesadaran itulah saya kemudian berpaling pada diri sendiri, kepada kemampuan yang saya miliki. Satu hal dari kesadaran yang mungkin datang terlambat itu adalah, saya tidak lagi mengalami kemacetan dalam menulis. Saya bisa menuliskan apa kata hati dan pikiran saya secara lancar tanpa harus dibebani dengan gaya keharusan menulis seperti orang lain.

Saya sadar, sebagus-bagusnya tulisan tetapi dihasilkan dengan cara melakukan peniruan, tidak lebih baik dari tulisan karya sendiri. Alasannya sederhana, yang menilai baik atau tidaknya sebuah tulisan adalah orang lain bukan diri sendiri.

Untuk itulah, baik atau tidak baiknya tulisan serahkan saja kepada sidang pembaca. Akan tetapi yang terpenting adalah, menulis itu untuk orang lain untuk, kepentingan orang lain, bukan untuk diri sendiri. Sebagus-bagusnya tulisan tetapi hanya bermanfaat buat diri sendiri, itu kurang bijak. Sebab, yang paling baik adalah tulisan itu bisa bermanfaat buat orang banyak.

Karena manfaat tersebut itulah maka cukup disampaikan lewat gaya sendiri saja. Mengapa pula harus meniru gaya orang lain, sebab hakikat menulis itu, baik menulis cerita pendek maupun tulisan opini, adalah untuk kepentingan orang lain bukan kepentingan diri sendiri.

Nah, kembali kepada tulisan hasil karya sendiri, satu hal harus selalu dicamkan; bahwa sebaik-baiknya tulisan adalah hasil karya tulis sendiri, bukan hasil peniruan terhadap tulisan orang lain.

Ya, menjadi diri sendiri dalam banyak hal adalah juga penting. Tak hanya dalam hal tulisan, gaya tulisan dan lainnya. Ingat pepatah dari Lao Tzu yang menegaskan: “When you are content to be simply yourself and don't compare or compete, everyone will respect you”. Atau, cuitan twitter si cantik Taylor Swift yang menulis: “Just be yourself, there is no one better”.

Menjadi diri sendiri dalam menulis adalah pelajaran berharga dari Kang Pepih Nugraha. Gracias, atuh Akang!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun