Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Motif Batik Banten Tak Boleh Makhluk Hidup

17 Februari 2016   18:21 Diperbarui: 17 Februari 2016   19:34 2738
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk melakukan sosialisasi Batik Banten kepada masyarakat Banten, ketika itu Uke sampai mengeluarkan berbagai slogan yang menarik. Misalnya:

“Wujudkan Batik Banten, bila hujan emas di negeri lain, jangan sampai hujan batu di negeri sendiri”

“Ningkenekeh … Batik Banten … Batik kite keehh”

“Ningkenekeh lampah lakune derbe budaye wong Banten napik kelingan ningjujutane lan karomahe para aulia Banten”.

Di akhir tahun, tepatnya 26 Desember 2004 didirikanlah Sentra Industri dan Pelatihan Batik Banten, yang diresmikan pada 8 Februari 2005 oleh Menteri Perindustrian. Hingga kini, Batik Banten telah menjadi kurikulum mata pelajaran sekolah ‘Seni dan Budaya’.

“Saya memproduksi Batik Banten sejak sekitar 15 tahun lalu. Motifnya berdasarkan disertasi dan temuan-temuan dari pihak Arkeologi Nasional dan Fakultas Sastra Universitas Indonesia (UI),” jelas Uke di ujung telepon.

[caption caption="Di Griya Batik Banten Jalan Bhayangkara, Cipocok Jaya, Serang, milik Uke Kurniawan. || Foto: Gapey Sandy"]

[/caption]

[caption caption="Pengunjung memilih dan mencoba Batik Banten di Griya Banten. || Foto: Gapey Sandy"]

[/caption]

Dalam buku kecil berjudul These Clothes Tell Stories yang ditulis Uke disebutkan, ragam hias desain motif Batik Banten yang dikembangkannya merupakan hasil ekskavasi (penggalian) yang direkonstruksi oleh Arkeologi Nasional dan Fakultas Sastra UI sejak 1976.

Ragam hias pada abad ke-17 merupakan bukti sejarah bagi masyarakat Banten, bahwa reruntuhan istana kerajaan Banten dan kejayaan Banten tempo doeloe telah mewariskan nilai seni ragam hias dan budaya yang unik melekat pada benda purbakala. Semuanya ini sangat arsitektural dan ornamennya indah menemui sejarah panjang pada masanya, kemudian bagai intan yang terkubur kini terkuak kembali. Berwujud sebagai hiasan indah dari hasil transformasi kepada bentuk media kain katun dan sutra yang kemudian disebut Batik Banten.

Uke juga menyebutkan, warna pada Batik Banten pun berbeda dengan batik-batik lainnya di Indonesia. Warna Batik Banten cenderung abu-abu soft yang menunjukkan sifat dan karakter masyarakat Banten yang selalu ingin berpenampilan sederhana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun