Tidak selamanya yang namanya risers harus selalu berurusan dengan jalan raya beraspal saja. Para risers peserta Datsun Risers Expedition gelombang III etape pertama yang menjelajah Kalimantan, membuktikan hal tersebut. Pada hari ketiga atau Rabu, 13 Januari 2016, perjalanan 15 risers yang masing-masing terbagi menjadi lima kelompok, justru menempuh jalur laut yaitu menuju Pulau Derawan di Kalimantan Timur.hendak melepas penat setelah dua hari sebelumnya terus menancap gas dan menekan pedal kopling, para risers memperoleh “tantangan” yang paling mudah dilakukan, yakni menikmati pesona eksotis Pulau Derawan dan melakukan snorkeling. Hah? “Tantangan” macam apa pula ini, bah!
Memang begitulah plotting dari event Datsun Risers Expedition. Selain perjalanan jarak jauh untuk mencapai target total sepanjang 10.000 km, ternyata puluhan kota juga sudah disambangi. Tepatnya, 86 kota oleh risers terpilih yang mengikuti gelombang I (Jawa – Bali – Lombok), dan gelombang II (Sulawesi). Adapun, gelombang III (Kalimantan) juga sama, dalam ekspedisinya banyak melintasi kabupaten/kota untuk mengeksplorasi kekayaan wisata alam dan budaya ‘Borneo’. Caranya? Tentu dengan banyak mengunjungi belasan destinasi wisata yang tersebar di sejumlah kota yang dilalui oleh iring-iringan lima Datsun GO+ Panca yang ditunggangi para risers.
Nah, masih ada lagi misi penting yang juga disisipkan dalam event Datsun Risers Expedition ini yakni membangun apresiasi masyarakat Indonesia terhadap keindahan alam dan kebudayaan lokal yang beragam warna. Mengapa Datsun sukarela melakukan misi yang teramat penting dan inspiratif ini?
“Tak lain karena semangat brand Datsun yaitu Dream – Access – Trust itu juga yang ingin lebih mendekatkan diri dengan konsumen di Indonesia, dengan cara memberikan kesempatan kepada risers untuk menguji ketangguhan Datsun GO+ Panca, memperkenalkan luasnya jaringan dealer Datsun di seluruh Indonesia, serta mengajak risers untuk terlibat langsung dalam kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) Datsun,” jelas Indriani Hadiwidjaja selaku Head of Datsun Indonesia yang setia bersama para risers melaju di track yang sudah ditentukan.
Nah, jadi jelas toh, mengapa akhirnya 15 risers kali ini menuju Pulau Derawan. Ada semangat Datsun melalui para risers pilihan untuk semakin memperlihatkan betapa cantik Pulau Derawan dan juga pulau-pulau lain di sekitarnya. Jreng!
* * * * *
Perjalanan menuju Pulau Derawan dimulai sejak pagi, usai para risers menikmati sarapan pagi dan briefing singkat bersama Aris F Harvenda selaku Koordinator Teknis Datsun Risers Expedition, di Hotel Cantika Swara, Tanjung Redeb, Berau, Kaltim. Setelah itu, para risers bergegas naik ke Datsun GO+ Panca masing-masing demi menuju Pelabuhan Tanjung Redeb, memarkirkan kendaraan dan segera naik ke speedboat yang sudah menanti di dermaga.
Tak berapa lama, speedboat melaju meninggalkan dermaga menuju Pulau Derawan. Menurut informasi, waktu tempuh yang bakal dihabiskan adalah 1,5 jam perjalanan. Di atas speedboat, pembagian kursi terbagi dua. Ada 14 kursi yang menghadap ke depan, di belakangnya ada kursi yang saling berhadapan. “Kayak kursi angkot Cinere – Gandul, nih,” tukas Risers, Rahab Ganendra yang dijuluki ‘Boss Madyang’. “Ayo, Cinere – Gandul! Geser 4 - 6,” ujarnya menirukan kernet angkot.
Selama perjalanan laut menuju Pulau Derawan, ombak menampar-nampar badan speedboat. Selain menimbulkan bunyi yang keras pada bagian bawah kapal, hentakan akibat ‘tamparan’ gelombang juga begitu terasa. “Kasihan kalau ada ibu-ibu hamil tua yang menumpang kapal speedboat kayak begini. Bisa-bisa mbrojol lahiran di atas kapal,” cetus admin Kompasiana, Nurul Uyuy.
Selain merasakan ‘tamparan’ ombak, terpaan angin laut yang menelusup masuk ke dalam kabin begitu kencangnya. Ada semacam pintu yang bisa dibuka pada bagian depan kabin, atau di sisi kiri nakhoda kapal. Bila pintu keci ini dibuka, angina laut menerpa kencang, menghempas-hempaskan rambut tapi menimbulkan hawa segar di dalam kabin. Parahnya, sempat dua kali pintu ini ditutup lantaran terjadi cuaca hujan yang datang tiba-tiba. Supaya air hujan tidak masuk ke kabin, maka pintu ini jelas ditutup. Sayangnya, karena pintu ditutup, maka hawa panas dan pengap langsung mbluwek di dalam kabin. Gerah, bro!
Ketika pada sisi kanan dan kiri kapal sudah sama sekali jauh dari daratan, mulailah kehidupan di atas laut semakin nampak. Ada banyak bagang milik para nelayan. Selain itu, ada sejumlah speedboat yang kelihatan melaju kencang menuju arah balik dari gugusan kepulauan Derawan.
Akhirnya tiba juga speedboat yang kami tumpangi di Pulau Derawan. Pemandangan yang mula-mula dapat disaksikan adalah barisan resort yang berada di atas laut dan saling terhubung dengan jembatan kayu. Nakhoda pun mulai merendahkan akselerasi mesin perahunya, suara yang ditimbulkan menjadi seolah tanpa suara. “Ini sebenarnya mesin tetap hidup, tapi pelan, karena kita sudah segera bersandar,” jelas nakhoda berusia separuh baya dan yang sering mengemudikan perahunya sambil memegang handphone ini.
Kapal pun bertambat di dermaga Derawan Dive Resort. Para risers bergegas menaiki jembatan kayu untuk menuju ke pemondokan atau tempat menginap masing-masing. Enggak usah repot bawa tas, karena petugas speedboat dan resort segera sigap mengangkut tas-tas bawaan para risers dengan menggunakan gerobak dorong. By the way, tiap satu tim risers memperoleh satu pemondokan yang didalamnya terdapat tiga ranjang tempat tidur, ada fasilitas mandi shower air panas dan dingin, tanpa fasilitas televisi.
Usai makan siang, para risers diminta untuk melakukan sejumlah adegan demi pengambilan foto bersama. Foto dengan menggunakan drone ini cukup atraktif, karena para risers seolah sedang dikuntit drone, sampai ke bibir pantai dan menunjukkan kegembiraan suka cita bermain air. Kelar urusan pemotretan dengan drone, para risers lansung diajak untuk snorkeling, yang lokasinya tak jauh dari tempat speedboat yang kami tumpangi ditambatkan.
* * * * *
Di dermaga yang sudah ditetapkan sebagai spot snorkeling, para risers kemudian mempersiapkan diri dengan pirantinya, mulai dari rompi pelampung berwarna oranye, masker lengkap dengan alat bernafas, juga sepatu katak. Satu per satu para risers mulai turun ke laut dengan menuruni anak tangga dari kayu terlebih dahulu. Awalnya, saya sendiri memilih untuk tidak mempergunakan pelampung, tapi lama kelamaan, karena aktivitas memotret dan memvideokan banyak sekali ikan-ikan di perairan semakin membuat kerepotan, saya pun “menyerah” dan membutuhkan pakai pelampung.
Ketika snorkeling, beraneka jenis ikan saling berkejaran dan berliukan di depan mata. Ikan yang bergaris-garis hitam pada bagian tubuhnya termasuk yang paling banyak jumlahnya. Mereka juga jinak dan tidak takut dengan kehadiran manusia. Mungkin, para ikan juga tahu, para risers itu semuanya sangat mulia dan baik sekali hatinya … hahahahaaa. Sehingga buat para ikan, jelas tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
Jujur, saya sendiri pernah merasakan bagaimana ‘bercanda’ dengan ikan-ikan seperti itu juga di Pulau Sepa, salah satu pulau yang ada di gugusan Kepulauan Seribu, Jakarta. Yang saya masih ingat, waktu itu, di Pulau Sepa ukuran ikannya masih kecil-kecil, sebesar jempol dan telapak tangan saja. Biarpun warna dan jenis ikannya sama dengan yang ada di Pulau Derawan, tapi dari segi ukuran sangat berbeda.
Tim Risers 5 sempat berfoto bareng ketika snorkeling didalam air. Sang koordinator, Satto Raji, risers asal Jakarta, sempat asyik melakukan selfie ketika rombongan ikan datang. Kiatnya? Jangan ragu membawa cuilan panganan kering untuk disebar didalam air, sehingga niscaya segerombolan ikan akan datang dari arah mana saja. Pada saat itulah best moment untuk mengabadikan melalui kamera maupun video, sekumpulan ikan yang menawan. Sementara itu, risers asal Surbaya, Arif Khunaifi, juga sibuk membuat rekaman suasana video bawah laut.
Begitulah reportase hari ketiga (Rabu, 13 Apri) yang dilakukan para risers. Perjalanan gelombang III etape pertama ke Kalimantan membawa mereka sampai ke Pulau Derawan. Pulau yang sangat cantik dan penuh aroma eksotis.
Ketika reportase ini ditulis, waktu sudah menunjukkan pukul 23.15 wita. Panitia baru saja mengetuk pintu pemondokan, dan mengabarkan bahwa besok para risers sudah harus check out untuk kemudian bergerak dengan menggunakan speedboat, menuju dan sekaligus menginap di Pulau Kakaban.
Salam risers!
(Foto-foto: Gapey Sandy)
BACA JUGA TULISAN LAINNYA:
Blusukan dan Blasukan dengan Datsun GO+ Panca di Kalimantan
Kompasianer Risers Peduli Pendidikan di Kalimantan
Please, Jangan Lakukan Ini di Danau Kakaban
Risers Rasakan Denyut UMKM di Berau
Kenapa Pengguna Datsun Sebut Dirinya 'Riser'?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H