Tidak berlebihan kalau wartawati profesional selevel Sonya Helen dari KOMPAS mengatakan, “Ternyata, mengikuti kunjungan kerja (kunker) Jokowi ke NTT, lebih berat dari bayangan saya semula. Saya sengaja pilih ikut kunker ke NTT dibandingkan ke Papua, karena awalnya saya pikir akan lebih ringan kerja peliputannya”.
Seingat saya, dua kali Sonya mengatakan hal yang sama. Pertama, ketika sedang berada di lobby Hotel Sotis, Kupang, tempat Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo menginap. Sekaligus tempat menginap sembilan wartawan dan BLOGGER KOMPASIANA yang ikut serta melakukan peliputan. Kedua, ketika baru saja “tancap gas” alias di atas kendaraan mini bus yang membawa rombongan jurnalis dan blogger peliput, usai melakukan reportase di Pos Motaain, perbatasan Republik Indonesia dengan Timor Leste di Kabupaten Belu, Nusa Tengga Timur (NTT).
Apa yang disampaikan Sonya, enggak salah. Selama di NTT, 27 – 28 Desember 2015, jadwal yang sudah dirancang oleh protokoler Istana Kepresidenan memang sangat padat dan ketat. Hampir tak ada sela waktu untuk bersantai. Apalagi, melakukan peliputan lain di luar jadwal, semisal meliput kuliner khas NTT, wisata eksotik NTT … aiiiihhh, enggak sempeeeet. Kita semua diburu waktu, hiks hiks ... Malam hari baru masuk kamar hotel. Itu pun enggak bisa langsung tidur. Harus segera nulis, edit foto dan upload ke KOMPASIANA.
Sebagai gambaran betapa padatnya jadwal dua hari kunker Presiden Joko Widodo ini, silakan baca tulisan sebelumnya. Tapi, bisa juga disampaikan sebagai contoh, pada hari pertama (Minggu, 27 desember 2015) kunker. PAGI, Presiden Joko Widodo meresmikan terminal penumpang di Bandar Udara Komodo, Labuan Bajo. SIANG, meninjau proyek PLTS di Kupang Tengah. SORE, meninjau salah satu sentra pengrajin tenun ikat. MALAM, dialog dengan Pemimpin Redaksi media-media lokal. Masih lanjut lagi, Presiden Joko Widodo menerima kunjungan relawan untuk melaporkan kegiatan aksi sosial.
Mungkin ini yang dimaksud Sonya sebagai berat. Jadwal padat, dan kita, para wartawan juga BLOGGER KOMPASIANA harus selalu dalam kondisi “siap tempur”, ikut kemana saja Presiden Joko Widodo pergi. “Aku pikir, kunker ke NTT ini hanya terfokus pada kehadiran Presiden Jokowi dalam rangka perayaan Natal Bersama Nasional saja. Kalau itu ‘kan, aku bisa sekalian ikut merayakannya. Enggak tahunya, hahahahaaa … kerja liputannya bahkan sampai ke pos perbatasan Indonesia dan Timor Leste segala,” seloroh Sonya ditimpali tawa para rekan awak jurnalis dan blogger lainnya.
Eh, apa yang disampaikan Sonya Helen benar adanya ‘loh. Bahkan Gubernur NTT Frans Lebu Raya menyatakan hal senada. “Perjalanan kunjungan kerja Bapak Presiden ini, ketat waktunya. Ini menunjukkan perhatian Bapak Presiden terhadap Nusa Tenggara Timur,” tukas gubernur ketika memberi sambutan pada perayaan Natal Bersama Nasional 2015 di alun-alun rumah jabatan Gubernur NTT, pada Senin, 28 Desember 2015.
Begitulah adanya, seru!
Keseruan (dan keseriusan) mengikuti kunker Presiden Joko Widodo semakin bertambah, manakala lokasi yang dikunjungi pada hari kedua (Senin, 28 Desember 2015) adalah Kabupaten Belu. Tepatnya di Desa Fetuketi, Kecamatan Kakuluk Mesak. Di sini, Presiden meresmikan groundbreaking pembangunan Bendungan Rotiklot yang memiliki daya tampung air 2,67 juta m3, sehingga diharapkan mampu mengairi irigasi 139 hektar dan 500 hektar lahan palawija. Selain itu, menjadi penyuplai air bersih untuk masyarakat Kabupaten Belu dan Pelabuhan Atapupu sebesar 40 liter per detik.
Dalam sambutannya Presiden Joko Widodo mengatakan, awalnya NTT hanya dijatah pembangunan dua waduk, tapi kemudian menjadi tujuh waduk. Bendungan Rotiklot ini adalah yang kedua, setelah Bendungan Raknamo yang diresmikan pembangunannya oleh Presiden Joko Widodo tahun kemarin.