Menurut CEO Provetic, Iwan Setiawan yang juga tampil sebagai pembicara, jumlah Kelas Menengah akan mengalami ledakan di Indonesia. “Hal ini sejalan dengan sebuah hasil riset yang menyoroti pelanggan di Indonesia dan dunia. Pada 2020 nanti, diperkirakan bakal ada 1 miliar pelanggan baru yang berasal dari kalangan Kelas Menengah secara global. Dari jumlah itu, sebanyak 30%-nya berasal dari negara-negara maju di Asia, seperti China, India dan Indonesia. Padahal, ketika 2009, Kelas Menengah justru dikuasai negara-negara dari Amerika Utara, Eropa, Amerika Selatan, Asia Pasifik, Timur Tengah dan Afrika,” jelasnya seraya menegaskan bahwa pada 2020, para consumers di Indonesia akan hidup dalam dunia digital (living in digital world).
Gambaran Kelas Menengah di Indonesia, menurut Iwan, dapat dilihat perkembangannya melalui keriuhan ‘narsis’ mereka di media sosial. “Pertama, menggunakan global brand, contohnya berbagai merek busana asal mancanegara yang makin digemari. Kedua, semakin peduli pada kesehatan, misalnya dengan semakin maraknya penyelenggaraan ajang lari marathon. Ketiga, senang melakukan traveling, termasuk acara-acara televisi yang semakin banyak menayangkan program traveling. Keempat, gemar melakukan wisata kuliner, terbukti sekitar sepuluh tahun lalu kita akan kesulitan mencari French Restaurant, Italian Food, Japanese Food dan sebagainya. Kelima, budaya minum kopi yang semakin menjamur. Keenam, mulai memperhatikan sophisticated sampai pada tingkat packaging (kemasan) barang. It’s all about image. It’s all about packaging. Jeleknya suatu produk, bisa ditutup oleh kemasan yang bagus. Ketujuh, compact television, yang antara lain didorong oleh semakin merebaknya gaya hidup tinggal di apartemen,” urai Iwan seraya berpesan bahwa, semua kemajuan tersebut hendaknya didukung oleh perkembangan industrinya. “Korean Pop misalnya, tidak akan bisa mendunia, kalau tidak didorong dengan perkembangan industri musik Korea itu sendiri”.
UKM Maju Berkat Internet
Sementara itu, ketika tampil sebagai pembicara, CEO Bukalapak.com, Achmad Zaky menekankan pada manfaat internet terhadap perkembangan Usaha Kecil Menengah (UKM). Mengutip hasil riset BCG & McKinsey, ia mengatakan, internet membawa kesempatan. Ekonomi digital tumbuh dengan pesat dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi dunia.
“Hal ini bisa dimaklumi karena terjadi pemerataan, efisiensi, penciptaan pasar dan sebagainya. Sayangnya, Indonesia masih sangat ketinggalan. Kalau negara lain sudah mengoptimalkan ekonomi digital, tapi sebaliknya, Indonesia masih sedikit sekali. Meskipun, ini tetap menjadi sesuatu yang potensial,” ujarnya.
Di Indonesia, kata Achmad, terjadi trend penjualan smartphone yang dalam satu bulan terdapat tiga juta penjualan. “Makanya, saya memprediksi, tiga tahun lagi, bakal terjadi 100 juta penjualan smartphone per bulan. Dahsyat sekali!” tukasnya.
Selain itu, Achmad menyodorkan fakta bahwa ternyata, UKM yang memiliki basis pemasaran melalui online, lebih memiliki pendapatan yang rata-rata dua kali lipat lebih besar bila dibandingkan dengan UKM yang tidak menekuni online. “Hal ini terjadi juga di Indonesia. Hanya sayangnya, banyak UKM yang belum melaksanakan pemasaran melalui online dengan alasan ribet, belum siap dan sebagainya. Padahal, dengan menjalankan pemasaran online, berarti UKM tersebut akan sangat kompetitif, terbuka pikirannya, dan bersiap untuk maju,” jelasnya.
Achmad menambahkan, internet ternyata sanggup merobohkan tiga hal penting, yaitu modal keuangan, pengetahuan, dan jaringan sosial. “Sewaktu lulus dari ITB Bandung, saya masih digelayuti pemikiran bahwa, rasanya tidak mungkin saya akan punya bisnis yang besar sekali, apabila bukan anaknya pejabat, anaknya konglomerat, atau dekat dengan penguasa. Tapi hari ini, semuanya ternyata terbantahkan. Modal keuangan melalui relasi di internet itu ternyata sangat banyak sekali. Hampir setiap pekan selalu saja ada orang yang bertanya-tanya, apakah Bukalapak.com dapat menerima penyertaan modal atau tidak, dan sebagainya. Untuk menjawab itu semua, kami memang masih sengaja menahan kehadiran investor karena dunia sudah flat dan sektor keuangan pun, sudah dapat melihatnya langsung melalui internet. Pengetahuan juga semakin gratis dan murah, akan lahir orang-orang hebat yang mungkin tidak lahir dari dunia pendidikan formal. Soal jaringan sosial tidak serumit seperti dulu, karena sekarang ini, orang di-mention melalui media sosial saja, mungkin akan segera mengirimkan sapaan balasan,” urainya.
Bukalapak.com kini telah memiliki 250 karyawan yang seluruhnya masih berusia muda. Dalam perjalanan usahanya, perusahaan ini menyatakan peduli dengan keberadaan UKM di Indonesia. “Saya percaya, potensi UKM ini sangat besar sekali, karena jumlahnya sekitar 50 juta UKM, dan berkontribusi terhadap serapan 90% tenaga kerja. Jadi, kalau Bukalapak.com berinovasi, maka hal itu adalah perjuangan juga untuk membuka lapangan kerja melalui UKM-UKM tersebut. Dan setelah lima tahun berdiri, prestasi Bukalapak.com adalah peringkat ke-12 website di Indonesia versi Alexa, terdapat dua juta pengunjung saban hari, ada 500 ribu UKM yang bergabung, pendapatan rata-rata UKM adalah Rp 5 juta per bulan dengan senantiasa tumbuh dua kali lipat setiap tahunnya, dan total transaksi kami adalah belasan miliar rupiah per hari,” terangnya seraya bergurau bahwa seiring kemajuan UKM tersebut, salah satu pihak yang juga memperoleh keuntungan juga adalah JNE.