Berikut wawancara saya dengan Nelty di rumah produksi batik etniknya, di perumahan Villa Bintaro Regency, Pondok Kacang Timur, Pondok Aren, Tangsel, pada pekan kemarin:
Sejak kapan Anda mulai menggeluti usaha batik ini?
Saya mulai membatik sejak 2004. Waktu itu, Kota Tangsel belum lahir. Makanya dinamakan Batik Tangerang atau Batik Benteng. Nah, ketika Kota Tangsel terlahir, akhirnya saya juga membuat Batik Tangsel, karena memang toh saya juga bermukim di wilayah Tangsel. Artinya, saya sudah mengawali usaha batik ini dengan membangun market. Ini penting karena jangan sampai sementara ‘dapur’ kita melakukan produksi, tapi ‘ngebul’nya malah tidak terjadi. Jadi, saya awali usaha membatik ini dengan membangun pasar, sampai ke luar negeri.
Setelah Batik Etnik Banten, Kabupaten Tangerang, kini Anda menciptakan untuk Tangsel. Batik Etnik Tangsel, bagaimana dengan pilihan motifnya?
Untuk motif dan desain Batik Tangsel misalnya, saya melakukan inovasi dari yang kekinian. Batik Tangerang atau Batik Benteng misalnya, saya punya misi untuk mengangkat akulturasi budaya masyarakat, diantaranya kaum Tionghoa yang ada di Tangerang dimana terkenal dengan sebutan Cina Benteng. Dengan motif Batik Benteng ini saya berharap orang juga tahu bahwa ada akulturasi budaya dari unsur masyarakat Tionghoa di Tangerang. Bahkan tidak hanya sekadar tahu, tapi saya berharap siapa saja akan mengerti bahwa masyarakat Cina Benteng bahkan pernah ikut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Motif Batik Benteng misalnya, saya mengangkat tentang faunanya seperti gambar Ular Naga, juga warna batiknya yang kontras dengan dominasi merah dan kuning keemasan.
Khusus untuk Batik Etnik Tangsel, apa unsur motif yang ditampilkan?
Kalau untuk Batik Tangsel, motifnya saya buat dengan memasukkan motif Bunga Anggrek dan juga Blandongan atau rumah adat Betawi. Unsur Blandongan ini saya masukkan sebagai pelengkap motif, karena meskipun belum ada Peraturan Daerah yang menentukan secara spesifik ikon atau lambang Kota Tangsel yang khas, tapi nampaknya Blandongan tidak boleh ditinggalkan. Apalagi, pada setiap busana Pegawai Negeri Sipil Kota Tangsel selalu ada bordiran yang diantaranya terdapat gambar Blandongan. Selain itu, motif Ondel-ondel-nya pun saya masukkan. Ya karena itu tadi, akulturasi budaya masyarakat yang terjadi di Tangerang, maupun juga Tangsel.
Apa menjadi kewajiban untuk memasukkan unsur motif Bunga Anggrek pada Batik Etnik Tangsel?
Tidak menjadi kewajiban untuk memasukkan unsur motif Bunga Anggrek pada Batik Tangsel. Karena bukankah hal itu juga belum ada Perda-nya. Apalagi, maaf, Anggrek juga ‘kan subur tumbuh dimana-mana, terutama di Magelang dan Jogjakarta juga banyak sekali budidayanya di sana. Tapi dalam hal Hak Atas Kekayaan Intelektual, motif Bunga Anggrek nampaknya masih milik publik. Nah, saya memasukkan unsur motif Bunga Anggrek ini sebagai ‘lucu-lucuan’ saja dulu, sebelum masyarakat pada akhirnya akan benar-benar menyukainya. Jadi, saya berharap masyarakat ‘dengar-dengar’ dulu saja deh bahwa ada motif tertentu untuk Batik Tangsel, diantaranya motif Bunga Anggrek itu. Apalagi toh di Singapura misalnya, Anggrek itu sudah mendunia, misalnya melalui nama jalan yang paling terkenal yakni Orchad Road, belum lagi suvenir mereka yang banyak juga bermotifkan Anggrek.