Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Wayang Potehi dan Komitmen BCA Lestarikan Wayang

20 November 2015   00:50 Diperbarui: 20 November 2015   01:10 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada masa lalu, Wayang Potehi hanya memainkan lakon-lakon yang berasal dari kisah klasik Tiongkok. Misalnya, legenda dinasti-dinasti yang ada di Tiongkok, terutama jika dimainkan di Kelenteng. Akan tetapi saat ini Wayang Potehi sudah mengambil cerita-cerita di luar kisah klasik seperti novel Se Yu (Pilgrimage to the West) dengan tokohnya Kera Sakti. Pada masa masuknya pertama kali di Nusantara, Wayang Potehi dimainkan dengan dialek Hokkian. Seiring dengan perkembangan zaman, wayang ini kemudian juga dimainkan dalam Bahasa Indonesia. Sehingga, para warga non-Tionghoa juga bisa menikmati ceritanya.

(Proses pembuatan boneka untuk seni Wayang Potehi | Foto: Facebook Dwi Woro Retno Mastuti)

(Dua orang dalang tengah memainkan Wayang Potehi | Foto: Facebook Dwi Woro Retno Mastuti)

Menariknya, ternyata lakon-lakon yang kerap dimainkan dalam wayang ini sudah diadaptasi menjadi tokoh-tokoh di dalam Kethoprak. Seperti misalnya tokoh Si Jin Kui yang diadopsi menjadi tokoh Joko Sudiro. Atau, tokoh Prabu Lisan Puro yang ternyata diambil dari tokoh Li Si Bin, kaisar kedua Dinasti Tong (618-907).

Alat musik Wayang Potehi terdiri atas gembreng/lo, kecer/simbal cheh dan puah, suling/phin-a, gitar/gueh-khim, rebab/hian-a, tambur/kou, terompet/ai-a, dan piak-kou. Alat terakhir ini berbentuk silinder sepanjang lima sentimeter, mirip kentongan kecil penjual bakmi, yang jika salah pukul tidak akan mengeluarkan bunyi "trok-trok" seperti seharusnya.

Woro menambahkan, setiap pementasan Wayang Potehi terdapat 15 anggota Sanggar Cinwa yang terlibat. “Rinciannya dimulai dari saya sebagai ‘dukun’-nya, lalu pemain musiknya ada lima orang, dalangnya bisa sampai empat orang, kemudian fotografer, bagian konsumsi dan peggembira. Saya sendiri selalu terbuka dan tidak ingin menghambat apabila ada mahasiswa-mahasiswa saya yang ingin bercerita atau menjadi dalang. Bagi saya, hal ini juga merupakan upaya menambah SDM untuk Wayang Potehi, malah mungkin membuka lapangan kerja baru. Apalagi, mereka ini punya talenta luar biasa,” aku Woro seraya menyebutkan makna nama Cinwa atau Cina Jawa yang berasal dari studi riset yang dilakukannya. “Tapi, karena istilah itu mengandung nilai primordial, maka saya artikan saja Cinwa sebagai Cinta Wayang”.

(Presiden Direktur PT BCA Tbk Jahja Setiaatmadja ketika memberikan sambutan sekaligus membuka secara resmi Wayang in Town - Journey A Thousand Years | Foto: Gapey Sandy)

(Penyerahan Gunungan wayang dari Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja kepada dalang Wayang Golek modern Adhi Konthea Kosasih S, didampingi Corporate Secretary BCA Inge Setiawati | Foto: Gapey Sandy)

Turut hadir dalam Wayang in Town – Journey in A Thousand Years ini adalah Ketua Senawangi Suparmin Sunjoyo, Ketua Unima T A Samodra Sriwidjaja, Ketua Pepadi H Kondang Sutrisno dan ratusan siswa yang memenuhi auditorium. Adapun duet Arie Dagienkz dan Tasya memandu acara hingga selesai.

Komitmen BCA Lestarikan Wayang

Pergelaran Wayang in Town dibuka secara resmi oleh Presiden Direktur PT BCA Tbk Jahja Setiaatmadja yang dalam sambutannya mengatakan, BCA terus membuktikan komitmen untuk melestarikan wayang sebagai kebudayaan Indonesia yang sarat akan nilai moral. “Kami menyadari pelajar merupakan generasi muda yang akan meneruskan keberadaan wayang sebagai kekayaan budaya Indonesia. Hal inilah yang mendorong kami untuk menghadirkan kegiatan-kegiatan wayang di tengah generasi muda, seperti Wayang in Town yang bertema Journey in A Thousand Years yang diselenggarakan di Galeri Indonesia Kaya. Ada 600 pelajar yang kami undang, berasal dari 19 sekolah tingkat SMP dan SMA di Jakarta dan Tangerang,” tuturnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun