Kau obral janji
Sambil kau hunus
Pisau amukmu yang rakus
Selain buku Di Antara Perempuan tadi, sepanjang 2015 ini, karya puisi Umi juga diterbitkan dalam banyak wujud lainnya. Seperti buku Puisi Penyair Lima Kota; Pelangi Perempuan Negeri (Pemenang ke 2 penulisan Cermin event Kartini); Puisi Menolak Korupsi 4; Puisi Menolak Korupsi 5; Jalan Remang Kesaksian; antologi Puisi Kompasianer DIY - Jateng (proses terbit); Pemenang pertama dalam lomba cipta puisi event Merah Putih di Kompasiana (RTC); Antologi buku populer: Inspirasi Nama Bayi Islami Terpopuler (IIDN); Antologi buku populer: Buku Pintar Kesehatan (IIDN); dan Buku Populer Solo: Kamus Pintar Kecantikan Muslimah (proses terbit).
Mengomentari prestasinya itu, Umi tetap menampakkan kerendah-hatiannya. “Sebenarnya saya tidak bermimpi untuk berprestasi, anggapan dan julukan dalam bidang puisi dan kepenyairan. Saya hanya terus saja menulis. Berjalannya waktu, para pengamat menemukan karya-karya saya, dan diapreasi oleh mereka,” ucap Umi yang sejak 2006 mengajar di SMKN 3, Jalan Pierre Tendean No.1, Magelang.
Sebagai guru, Umi baru-baru ini berhasil terpilih menjadi Juara I Guru Berprestasi se-Kota Magelang selama dua tahun berturut-turut, 2014 dan 2015. Wowww … Kompasiana patut berbangga deh, punya Kompasianer multi talenta seperti Umi. Sedangkan pada 2013, Umi mencatatkan diri diantara 32 finalis besar tingkat Nasional untuk Karya Ilmiah dan Inovasi Pembelajaran SMK.
Untuk mengenal lebih dekat sembari mengambil inspirasi dari Kompasianer Umi Azzurasantika, berikut wawancara saya via email (3/11) dengan empunya nama asli Sumiatun yang lahir di Gunungkidul, pada 14 Agustus 1980 ini:
* * * * *
Sejak kapan mulai menulis puisi?