Meski demikian, penulis mencatat sejumlah hal yang patut menjadi perhatian pengelola RTH yang juga sekaligus Ruang Publik untuk Semua.
Pertama, aksi vandalisme. Begitu mencolok aksi corat-coret yang dilakukan tangan-tangan jahil. Tidak saja terhadap prasasti yang ada, tapi juga merambah ke bangunan infrastruktur lain, Termasuk, papan informasi lingkungan yang penuh dengan coretan tangan.
Kedua, kurangnya kelengkapan fasilitas publik, utamanya toilet. Selain itu, program WiFi Corner yang pada Agustus kemarin diresmikan Walikota Tangsel untuk cakupan area Taman Kota 1, ternyata satu bulan kemudian, tepatnya pada akhir September ini malah tidak berfungsi dengan baik.
Ketiga, minimnya sarana hiburan yang mendidik untuk anak-anak, utamanya seperti yang terlihat di Hutan Kota Witana Harja.
Keempat, perlu segera dilakukan renovasi fisik infrastruktur, seperti yang terlihat pada sejumlah kerusakan infrastruktur yang ada di Hutan Kota 2 BSD City. Selepas melintasi jembatan gantung, jalan beton yang ada sudah mulai rusak, bahkan ada besi-besi beton yang menonjol ke permukaan dan berpotensi membahayakan pengunjung.
Kelima, masalah keamanan dan ketertiban. Hal ini penting, karena meskipun sudah ada larangan berjualan di dalam area Taman atau Hutan Kota, tetapi masih saja ada pedagang yang melanggar peraturan tersebut. Alhasil, suasana nyaman menjadi terganggu.
Keenam, perlu kegiatan kreatif yang lebih terjadwal, misalnya membuka layanan peminjaman buku, pemutaran film pendidikan, dan sejumlah kegiatan yang meningkatkan budaya membaca masyarakat dengan melibatkan Perpustakaan Daerah (Perpusda) Kota Tangsel, dalam hal ini sejumlah armada mobil Perpustakaan Keliling (Pusling)-nya.
Ketujuh, kegiatan kreatif juga bisa dilakukan di ruang publik ini dengan menggandeng Taman Baca Masyarakat (TBM) ‘Magma’ atau Masyarakat Gemar Membaca, yang jumlahnya telah mencapai lebih dari 60-an TBM se-Tangsel. Misalnya, dengan melakukan aktivitas mendongeng, mengajarkan aneka keterampilan mandiri, utamanya para kaum ibu.
Begitulah, urgensi RTH yang sekaligus merupakan Ruang Publik di Tangsel, kota yang pernah menerima penghargaan langsung dari Presiden RI Joko Widodo terkait Lomba Penanaman Satu Miliar Pohon pada 2014 untuk Tingkat Nasional. Juga, penghargaan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) usai mengevaluasi kualitas udara perkotaan (Ekup) sepanjang Maret - Oktober 2014. Hasilnya? Tangsel meraih peringkat terbaik pertama untuk kategori kota besar, dengan nilai 82,34, disusul Pontianak (72,54), Balikpapan (71,63), Malang (67,79), dan Padang (65,08).