Meski sudah ada instansi yang bertanggung-jawab, misalnya, untuk mengurus RTH, tapi menjadi kewajiban seluruh warga masyarakat Jakarta untuk melestarikannya. Karena, berdasarkan penelitian, terbukti bahwa, seluas 1 hektar RTH yang ditumbuhi sekitar 16 pohon besar, dapat menghasilkan 0,6 ton oksigen untuk 1.500 penduduk per hari. Selain itu, menyimpan 900 meter kubik air tanah per tahun. Juga, mampu menurunkan suhu 5°C hingga 8°C, dan meredam kebisingan 25 sampai 80 persen.
Tapi, wajib dicatat juga, bahwa ternyata rata-rata kedalaman akar pohon itu ternyata hanya menembus sampai 30 sentimeter saja dari permukaan tanah. Makanya tak aneh, kalau data dari Heru Bambang Ernanto, Kepala Bidang Peran Serta Masyarakat Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI akhir tahun kemarin mengungkap, lebih dari 100 ribu pohon di Jakarta ternyata rawan tumbang. Pohon-pohon ini umumnya sudah berusia lebih dari 10 tahun.
Akhirnya, menjadi tantangan tersendiri bagi Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama untuk semakin menghijaukan ibukota. Tugas Ahok, sapaan akrabnya, sudah ada sama-sama kita tahu, yakni Jakarta yang kekurangan empat juta pohon. Itupun, pepohonan yang berumur 15 tahun ke atas. Nah, sudah saatnya kebijakan Pemda DKI Jakarta semakin akrab dengan pohon-pohon yang tersisa. Pembangunan tetap boleh dilanjutkan, tapi sebisa mungkin jangan sampai menebang pohon, apalagi yang umurnya sudah belasan atau bahkan puluhan tahun.
Asal tahu saja, ketika usia pohon sudah 40 tahun, maka volume CO2 (karbondioksida) yang diserap dapat mencapai 1.000 kilogram. Tak hanya itu, satu batang pohon dewasa, setiap harinya mampu menyerap 100 galon air atau 378,54 liter air dari dalam tanah untuk kemudian menyebarkannya ke udara. Bukankah fakta ini sangat baik untuk keterjagaan lingkungan hidup di Jakarta? Belum lagi, bila kita menyadari fungsi pohon, seperti yang sudah dipelajari bahkan sejak duduk di bangku Sekolah Dasar. Pohon berfungsi sebagai produsen yang terkait dengan rantai dan piramida makanan; penahan laju air dan erosi; penjaga kesuburan tanah; penghasil oksigen sekaligus pengurang karbondioksida; dan masih banyak lagi.
Rasanya, dengan tipikal kepemimpinan Ahok yang selalu progresif, nyanyian pilu pepohonan di Jakarta dapat segera berubah menjadi nyanyian ceria. Semoga!
Â
* * * * *
Baca juga tulisan sebelumnya:
Jurus Ahok Atasi Macet Jakarta