Biasanya, kata Banu, ada orang yang repot sendiri sebelum menulis. Musti begini dan begitu, termasuk ‘ritual’-nya yang harus ini dan itu. Padahal, untuk mulai menulis, ya kuncinya enggak harus mempersulit diri sendiri.
“Untuk mulai menulis, jangan mempersulit diri sendiri. Mulai saja. Enggak usah mumet mau mulai dari mana, atau bagaimana. Karena kalau pertama memulai saja kita sudah mumet, ya akhirnya malah enggak bisa ketemu. Jangan juga rumit menuangkan ide-ide pikiran, karena kita berangkatnya dari logika-logika yang salah. Misalnya, ingin menulis yang banyak sekali dan ditumpuk di satu tempat, sehingga akhirnya, bukan pesan yang didapat tapi malah justru kerumitan berpikir,” jelas Banu yang mengaku pernah berkunjung ke Museum Toyota di Jepang.
HAMBATAN MENULIS:
- Kesulitan atau mumet untuk memulai.
- Rumit menuangkan ide-ide pikiran.
- Tak menemukan kata pembuka kalimat/pilihan kata.
- Miskin kata/kalimat/kiasan/minat baca rendah.
Sumber: Presentasi Banu Astono
Ketika menulis, tentukan sejak dini, bentuk tulisan yang akan dituangkan itu adalah berbentuk tulisan seperti apa. Ini penting, karena tulisan Berita, pasti berbeda dengan bentuk tulisan Feature. Tulisan Hobi, jelas berbeda dengan bentuk tulisan yang sudutnya adalah Teknologi. Begitu juga dengan bentuk-bentuk tulisan yang lain.
“Beberapa contoh penulisan, bentuknya bisa berupa Berita/Hardnews, Hobi, Feature, Teknologi, dan Bisnis. Tapi intinya, siapapun bisa menjadi penulis seperti Seno Gumira Ajidarma. Jangan lupa itu. Bisa! Semua itu dimulai dari sesuatu yang bodoh. Kita selalu melangkah dengan memulai. Nah, memulai itu, harus bisa. Saya juga dulu tidak mengerti apa-apa. Selama sesuatu itu masih bisa dilihat maka pasti bisa ditulis. Kalau sudah ditulis, maka sudah bisa dimulai,” tuturnya.
BENTUK TULISAN:
- Berita/Hardnews. Berkait dengan berita soal fakta keras dan untuk kepentingan informasi (kejadian).
- Berkait dengan sesuatu untuk kelompok atau komunitas.
- Feature. Menyangkut berbagai hal yang berkaitan dengan ketertarikan dan unik sebagai pengetahuan.
- Sebuah rencana konsep, inovasi produk.
- Launching produk (tampilan feature), perkembangan pasar, take over pasar dan lainnya.
Sumber: Presentasi Banu Astono
Menjawab pertanyaan Kompasianer Uli Hape tentang bagaimana menulis fiksi tanpa harus lebih dahulu atau sambil merasakan pedih tersakiti, merindu, atau galau secara nyata? Banu Astono menjawab, kesulitan menulis fiksi dalam keadaan normal dikarenakan si penulis kurang atau tidak mengimajinasi.
“Makanya, jangan berpikir bahwa menulis fiksi itu dapat sukses pada saat ketika penulisnya sedang galau, misalnya. Tulus saja. Orang yang produktif itu berpikir tulus, tapi tetap ada dasar-dasar fakta. Jangan mulai dengan yang berat-berat. Jangan pernah berpikir atau bermimpi menjadi penulis fiksi yang dahsyat. Jadilah diri kita sendiri. Karena itu, baca semua referensi, baca semua novel, baca sesuatu yang sifatnya fiksi, maka keluarkan dengan sesuatu topik tulisan yang misalnya ingin menceritakan tentang betapa kerasnya hidup di Jakarta. Terjemahkan kisah fiksi kita ke dalam kiasan kata-kata yang dalam, dan berbasiskan referensi,” tutur Banu, sang inpirator menulis berkat ambergris-nya tadi. (Heheheheeee … piss yo, Oom Banu!)