Taat pada sang ayah, Kiichiro menekuni pembelajarannya di Negeri Paman Sam.
Nah, ketika kembali ke tanah kelahirannya, Jepang, Kiichiro memboyong dan mempraktikkan sistem conveyor, yakni sistem produksi yang dilakukan di atas roda berjalan. Tak pelak, adaptasi (proses produksi) dari Ford ini merupakan sebuah konsep yang sangat kuat dan tepat, guna mengembangkan kondisi pasar otomotif di negerinya saat itu.
Kiichiro juga mematangkan konsep yang memungkinkan proses produksi berlangsung sesuai dengan kebutuhan dari proses berikutnya. Artinya, proses produksi dilakukan, sebanyak yang dibutuhkan dan dibuat dalam waktu yang juga telah ditetapkan. Dengan begitu, yang namanya produksi dan pergerakan material diatur sedemikian cermat, kontinyu dan sinkron dalam sebuah rangkaian atau alur proses. Inilah yang dikembangkan Kiichiro menjadi salah satu keunggulan TPS, dan diberi sebutan sistem JUST IN TIME. Di ‘tangan dingin’ Taiichi Ohno, sistem Just In Time pun akhirnya mengalami penyempurnaan, selain menerapkan sistem KANBAN.untuk meningkatkan level produksi.
Kini, meski sudah lebih dari dua abad, sistem produksi yang dikembangkan oleh para the founding fathers Toyota, masih dipertahankan.
Dan, saya beruntung, dapat menyaksikan filosofi bisnis tersebut menyemai abadi. Saya memantau langsung bagaimana hal-hal yang mengakar itu tetap bertahan bahkan menjadi acuan kerja di Pabrik Toyota Sunter 1, Jakarta Utara, pada Rabu, 10 Juni 2015. Kesempatan emas ini terlaksana dalam traveling bertajuk Kompasiana Visit PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN).
Sila baca reportase kunjungan tersebut, pada tulisan sebelumnya: Menimba Ilmu ‘Monozukuri’, Melihat Langsung ‘Toyota Way’.
* * * * *
Sebelum memasuki pabrik engine, masing-masing anggota rombongan Kompasianer dibekali radio receiver berukuran mini, lengkap dengan earphone-nya. Fungsinya satu arah, karena hanya untuk memudahkan menangkap pembicaraan pemandu, selama berada di dalam area pabrik yang (memang) cukup bising.
Keren ya, jadi pemandu factory tour enggak usah ngomong sambil teriak. Sementara kami sebagai peserta juga nyaman menyimak penjelasan melalui earphone sebelah telinga, meski di tengah suasana rada berisik.