Ketika melintasi taman nan asri, pada sisi kiri berjajar sejumlah ruangan dengan bangunan dan kaca-kaca jendela yang beraksen tempo doeloe. Sejumlah ruangan nampak tertulis fungsi dan kegunaannya. Mulai dari dapur, hingga gudang. Tumpukan karung beras terlihat dari luar. Sejumlah pegawai Lapas nampak sedang sibuk, sepertinya hendak memasak.
Asyik berjalan perlahan, kami nyaris disalip dua lelaki setengah baya. Seorang mengenakan kaos merah bergaris-garis, nampak santun membalas sapaan dari pegawai Lapas di dekat dapur. Si bapak yang melintas di dekat kami itu membalas sapa dan tertawa.
Kompasianer Nisa yang penasaran bertanya kepada si bapak berkaos warna merah bergaris itu. “Pak, apa bapak pegawai di sini?” Jawaban yang didapat Nisa, dan kami semua yang ikut mendengarnya, cukup membuat hati ini merasa makjleb! Bibir kami juga spontan mingkem! Maklumlah, si bapak itu menjawab, “Oh bukan Mbak. Saya justru sedang ‘bersekolah’ di sini”. Tahu dong, yang dimaksud ‘bersekolah’ di sini maksudnya, ya memang si bapak ini adalah penghuni Lapas di Sukamiskin alias narapidana.
Masuk ke Bekas Kamar Tahanan Bung Karno
Jalan menuju ke blok TA 01 dilanjutkan dengan melintasi lapangan olahraga. Kiri kanan, pokoknya lapangan olahraga yang di-cor semen, tentu cocok untuk basket, volley, bulutangkis, dan futsal. Bersih, rapi, asri, dan sedap dipandang mata, baik lapangan maupun taman hidupnya. Cozy place banget deh untuk cari keringet, alias olahraga.
Sebenarnya, blok Timur LP Sukamiskin, sudah terlihat sejak kami melintas di dekat dapur dan gudang. Begitu makin dekat, ternyata ya memang disitulah letak bekas kamar tahanan Bung Karno. Enggak jauh-jauh amat kok. Begitu masuk lobby yang mirip aula bundar, kami langsung diberi instruksi untuk berbelok ke kiri, dan langsung menaiki anak tangga besi yang panjang.
Saya mulai menghitung ada berapa anak tangga menuju ke atas. ‘Tu ‘wa ‘ga ‘pat … yup semuanya 16 anak tangga, dengan pijakan ke-17 persis ketika sudah sampai dilantai atas!
Sampai di atas, kami disambut akuarium ikan, heheheeee ... Lagi-lagi, akuarium. Ukurannya memang lebih kecil dibandingkan dengan akuarium yang ada di kawasan penjagaan utama. Tapi, menjadi sangat kontras sekali keberadaan akuarium ini dengan suasana selasar sel yang kiri-kanannya berjajar kamar-kamar tahanan. Kontras namun membawa kesejukan mata memandang.
Petugas Lapas yang memandu kami segera membuka pintu besi, mempersilakan rombongan bergantian masuk, tapi dibatasi hanya lima orang saja per ‘kloter’. Saya pun masuk, berbarengan dengan Kompasianer Fawwaz Ibrahim berikut sang ibundanya Intan Rosmadewi, Nisa, dan Yulia Yuli. Beberapa lainnya mengantri giliran masuk di luar sel.
Baru saja masuk di dalam bekas kamar tahanan Bung Karno, Yulia Yuli sudah langsung bergumam, “Aduh, suasananya beda banget ya sama di luar”. Tak berapa lama, ia memilih untuk keluar sel dengan wajah setengah kurang happy, seolah habis melihat dan merasakan getaran ‘sesuatu’ yang tak nampak.