Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kejadian-Kejadian Aneh di Taman Makam Pahlawan 'Seribu Serpong'

2 Desember 2013   07:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:26 8335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_305829" align="aligncenter" width="560" caption="Taman Makam Pahlawan Seribu Serpong. Meski tertulis kata Seribu, tapi bukan berarti ada 1.000 jasad para pahlawan yang disemayamkan di TMP ini. (Foto: Dokpri)"][/caption]

Berlokasi di Jalan Raya Puspiptek atau Jalan Raya Taman Makam Pahlawan (TMP) Seribu, Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), dan tak jauh dari Taman Tekno di BSD City, TMP SERIBU SERPONG menjadi saksi bisu perjuangan heroik masyarakat Banten melawan penjajah kolonial Belanda.

Meski namanya “Seribu Serpong”, bukan berarti ada 1.000 makam pahlawan yang ada di TMP yang memiliki luas 9.835 m2 ini. Hanya ada 238 makam pahlawan yang ada di sini, ditambah dua makam lagi, sehingga total semuanya adalah 240 makam. Seluruh makam seperti berseragam, di-cat warna putih dengan sedikit warna merah pada bagian atas kayu nisan, sebagai perlambang bendera merah putih. Dwiwarna yang gagah berani mereka perjuangkan hingga titik darah penghabisan!

“Makna dari kata ‘Seribu’ itu bukan berarti ada seribu makam pahlawan yang ada di sini. Seribu itu diambil dari teriakan kalimat penggelora semangat perjuangan dalam menghadapi penjajah Belanda. Yaitu, dari kata ‘Serbu’. Tapi, ada juga yang menyatakan, ‘Seribu’ itu menjadi pilihan kata yang paling tepat, untuk menggambarkan secara simbolis betapa banyak jumlah warga masyarakat Banten yang ikut berjuang melawan penjajahan Belanda pada waktu itu. Termasuk, banyak pula yang gugur di medan peperangan tersebut,” tutur Sirojuddin, salah seorang petugas TMP di ruang kerjanya kepada penulis, Kamis (28 November 2013) lalu.

Selain Sirojuddin, ada pula Junaedi, dan Ilham, yang ditugaskan oleh Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman (DKPP) Pemkot Tangsel di TMP ini. “Alhamdulillah, kalau dulu upah kami hanya Rp 300.000-an per bulan, kini sudah mencapai lebih dari Rp 1 juta per bulan per orang,” aku Junaedi seraya bersiap untuk pekerjaan rutinitasnya yakni membersihkan area taman di lingkungan kompleks TMP.

[caption id="attachment_305830" align="aligncenter" width="560" caption="Sirojuddin berpose di hadapan monumen daftar nama-nama pahlawan yang dimakamkan di TMP Seribu Serpong. (Foto: Dokpri)"]

13859443661758963881
13859443661758963881
[/caption]

Di monumen daftar nama-nama para pahlawan di TMP ini, terdapat 151 nama pahlawan, dan sisanya, sebanyak 87 makam tertulis sebagai Pahlawan Tak Dikenal. Adapun tambahan 2 makam ‘baru’, posisinya saling berdampingan, dan terletak di sebelah kiri monumen segitiga yang bentuknya mirip ujung senjata tombak. Kedua makam itu atas nama almarhum H E Mugni Sastradipura bin H Asnawi (wafat pada 31 Januari 2000) --- seorang personil militer yang pangkat terakhirnya adalah Kolonel (purnawirawan) --- , dan di sebelahnya persis adalah makam almarhumah Hj Ratnaningsih Mugni binti Samsuri Parta Supadma (wafat pada 7 April 2003). Makam pasangan suami istri ini, tak lain adalah merupakan makam orang tua dari Wakil Walikota Tangsel periode 2011-2016, H Benyamin Davnie.

Di atas daftar nama para pahlawan pada monumen itu tertulis kalimat: Disinilah Peristirahatan Kami Terakhir Setelah Menunaikan Dharma Bhakti Pada Tanggal 26 Mei 1946. Sementara dibawah nama-nama pahlawan tersebut dipasang prasasti peresmian TMP Seribu Serpong yang ditandatangani oleh Gubernur Jawa Barat saat itu, R. Nuriana, tertanggal 22 Agustus 1996.

Ya, seperti dimuat blog Humas Kabupaten Pandeglang (humaspdg.wordpress.com), pada tahun 1946, banyak terjadi pertempuran antara Pasukan Banten melawan Pasukan Belanda di daerah garis demarkasi yang memakan banyak jatuh korban dari kedua belah pihak. Masing-masing pihak mempunyai kelebihan. Tentara Belanda unggul dalam persenjataan, sedangkan laskar Banten unggul dalam jumlah personel dan semangat. Dari sekian banyak pertempuran yang paling banyak memakan korban di pihak pasukan Belanda adalah pertempuran di Serpong.

Pertempuran di Serpong pada akhir bulan Mei 1946 terjadi karena serangan laskar-laskar dari Banten terhadap tentara Belanda. Serangan itu terjadi karena Banten merasa terancam dengan didudukinya Serpong oleh Belanda. Beberapa hari setelah Serpong diduduki oleh Belanda, tanggal 23 Mei 1946 pasukan laskar dari Desa Sampeureun, Kecamatan Maja, suatu tempat yang dekat dengan garis demarkasi, berjalan menuju Serpong. Pasukan berkekuatan 400 orang dibawah pimpinan KH Ibrahim. Sesampai di Tenjo pasukan bergabung dengan pasukan laskar dari Tenjo yang dipimpin oleh KH Harun, seorang ulama yang terkenal sebagai Abuya Tenjo. Laskar Tenjo berjumlah sekitar 300 orang.

[caption id="attachment_305831" align="aligncenter" width="560" caption="Tugu segitiga lancip mirip ujung senjata tombak di TMP Seribu Serpong. (Foto: Dokpri)"]

13859444961444123580
13859444961444123580
[/caption]

Pada tanggal 25 Mei 1946 kedua pasukan tersebut dengan menggunakan senjata tajam terus berjalan kaki menuju Parungpanjang, suatu tempat disebelah barat Serpong. Disepanjang perjalanan menuju sasaran pasukan bertambah terus di antaranya dari Pasukan dari Kampung Sengkol pimpinan Jaro Tiking, pasukan dari Rangkasbitung pimpinan Mama Hasyim dan Pasukan Laskar pimpinan Nafsirin Hadi dan E.Mohammad Mansyur.

Pada tanggal 25 Mei 1946 malam, para pimpinan pasukan berunding untuk mengatur siasat pertempuran. Esok harinya, tanggal 26 Mei 1946 Serpong di serang. Pasukan Pimpinan KH Harun menyerang dari belakang sedangkan Pasukan Pimpinan KH Ibrahim, pasukan pimpinan Mama Hasyim dan pasukan pimpinan E.Mohammad Masyur menyerang dari depan dengan melalui jalan raya Serpong. Dalam gerakan menuju sasaran pasukan mengumandangkan takbir “Allahu Akbar”. Suara takbir itu membuat pasukan Belanda waspada dan siap mengambil posisi ditempat-tempat yang strategis. Pasukan laskar Banten maju terus dengan mengumandakan takbir dan Pasukan Belanda gencar menembaknya sehingga korban berjatuhan. Suara Takbir lambat laun melemah dan akhirnya tidak terdengar lagi dan pasukan Banten sekitar 200 orang gugur, termasuk KH Ibrahim dan Jaro Tiking.

Untuk mengurus dan memakamkan jenazah para korban, Nafsirin Hadi berhasil menemui Pimpinan tentara Belanda, seorang Letnan KNIL. Permintaannya dikabulkan dengan mengatakan: “Saya diharuskan memberikan Tuan izin untuk menguburkan jenazah-jenazah itu, tetapi hanya oleh empat orang dari Pasukan Tuan. Dan pukul 06.00 sore, Tuan harus sudah meninggalkan tempat ini”. Atas persetujuan pimpinan tentara Belanda para korban itu pada tanggal 27 Mei 21946 siang dikubur secara masal dalam tiga lubang besar. Namun tempat pemakaman itu kemudian diberi nama “MAKAM PAHLAWAN SERIBU” yang terletak di Kampung Pariang, Serpong.

[caption id="attachment_305832" align="aligncenter" width="560" caption="Di belakang tugu berwarna merah itulah bersemayam jasad para pahlawan yang gugur pada saat Pertempuran Seribu di Serpong. (Foto: Dokpri)"]

138594455873732721
138594455873732721
[/caption]

Sebenarnya, jasad para pahlawan yang ada di TMP Seribu Serpong ini, sebelumnya telah dikebumikan di titik lokasi pertempuran, yaitu di pertigaan Kecamatan Cisauk (atau lebih dikenal dengan Pasar Lebak, Tangerang. Di lokasi tersebut, dibangun juga monumen pahlawan. Tapi, seiring pesatnya perkembangan wilayah, membuat makam para pahlawan itu seolah ‘terpinggirkan’ oleh kesibukan perniagaan komersial, tambah lagi, pertigaan Cisauk memang kondang akan kemacetan lalu-lintasnya. Alhasil, TMP di lokasi titik pertempuran Pahlawan Seribu itu pun dipindahkan ke tempatnya yang sekarang.

Pemindahan ini tak urung menimbulkan kontroversi. Salah satunya, seperti dituturkan salah seorang saksi mata sekaligus pelaku sejarah pertempuran Pahlawan Seribu yaitu Pak Mahadi bin Bantoet (akrab disapa Pak Oyot) yang terlahir pada 20 Februari 1917. “Untuk peristiwa Pahlawan Seribu, titik pertempuran terjadi tepat di kawasan pertigaan Cisauk. TKR atau Tentara Keamanan Rakyat belum ada, jadi perlawanan yang dilakukan bersifat semangat kedaerahan dan lokal. Pada umumnya laskar atau kelompok perlawanan rakyat yang datang menyerbu Belanda di daerah ini datang dari Banten yang berasal dari daerah Madja, Tejo dan sekitar Rangkas Bitung,” urai Pak Oyot seperti pernah dimuat SerpongKita.com.

Pada malam harinya, lanjut Pak Oyot, setelah pertempuran yang berlangsung selama satu hari dari jam 8 pagi hingga jam 8 malam itu, Serpong benar-benar sepi dan sunyi. Warga banyak yang pergi karena ketakutan. “Tapi, saya dan almarhum Jaro Arsyad mulai mengumpulkan dan mengubur jenazah. Jenazah berjumlah 147. Dan dimakamkan ke dalam tiga liang lahat. Kemudian 3 jenazah dimakamkan terpisah oleh warga,” tuturnya sembari menambahkan bahwa setelah keadaan kembali normal, para warga membuat sebuah tugu peringatan yang dibangun secara swadaya. “Tapi saya prihatin. Tugu tersebut saat ini semakin tertutup diantara para pedagang yang berjajar di pertigaan Cisauk”.

[caption id="attachment_305833" align="aligncenter" width="560" caption="TMP Seribu Serpong kini semakin terawat dengan baik, seiring dengan telah dibangunnya pagar tembok yang mengelilingi lokasi pemakaman ini. (Foto: Dokpri)"]

1385944739354267648
1385944739354267648
[/caption] Setiap tanggal 17 Agustus, kata Pak Oyot, selalu ada malam renungan. Tapi, monumen dan tugu yang menjadi bangunan saksi sejarah kurang dipelihara, dan malah dipindahkan. Sebagai, contoh tempat titik pertempuran yang terjadi di pertigaan Cisauk yang sudah ada monumen dan makamnya, malah dipindah ke kawasan Taman Tekno BSD. “Pembangunan juga perlu, tapi setidaknya menghargai jasa para pahlawan yang amat berjasa ini. Dengan relokasi makam bukannya menjaga dan merawat malah menjauhkan generasi kita dari sejarah,” keluhnya. Meski terjadi kontroversi, tapi pemindahan lokasi makam Pahlawan Seribu nyatanya berlangsung dengan lancar. Kini, semakin terlihat bagaimana TMP Seribu Serpong dapat tertata rapi, bersih, dan asri. Jauh dari kesan angker, apalagi menakutkan. Hanya saja, pada sisi tembok makam bagian kiri, justru bersebelahan dengan tembok batas lahan milik orang lain yang ironisnya terlihat miring dan dikhawatirkan roboh sehingga menimpa tembok TMP. Kiranya, sebelum terlambat apalagi roboh, pagar milik orang lain di sebelah kiri makam itu dihimbau untuk diperbaiki. Kejadian-Kejadian Aneh Sebagian orang percaya, lokasi pemakaman seringkali menampakkan hal-hal aneh yang tak bisa dilihat mata telanjang, juga dipahami logika. Bagaimana dengan kejadian-kejadian seperti itu di TMP Seribu Serpong? Menurut Sirojuddin dan Junaedi, selama tiga tahun lebih mereka bertugas di TMP ini, tak pernah ada kejadian aneh, gaib atau mistik seperti yang seringkali diperbincangkan khalayak. “Biasa saja. Tak pernah ada hal-hal yang pernah saya temui. Hanya saja, pernah sekali saya tidur di ruang kerja, yang letaknya ada di sisi sebelah kiri TMP, dan yang saya rasakan, saya diselimuti cahaya putih yang menutupi pandangan. Entah mimpi atau enggak, tapi semuanya jadi serba putih,” aku Sirojuddin kepada penulis.

[caption id="attachment_305834" align="aligncenter" width="560" caption="Tak ada keterangan nama di papan kayu nisan, tanpa dilengkapi topi baja, tak ada simbol kepahlawanan seperti misalnya bambu runcing dan lainnya, tapi makam di TMP Seribu Serpong ini tetap terlihat suci, gagah dan sederhana. (Foto: Dokpri)"]

1385944819111826183
1385944819111826183
[/caption] “Pernah juga, ada seseorang yang tengah dalam perjalanan, dan berhenti untuk mampir sekaligus numpang buang air kecil di toilet yang ada di dekat ruang kerja kami. Waktu itu, saya sempat menunjukkan lokasi toilet kepada orang tersebut. Tadinya, saya pikir, orang itu masuk ke toilet dan menyelesaikan buang hajatnya. Tapi ternyata, orang itu terburu-buru keluar dari toilet, dan langsung menemui saya di ruang kerja. Wajah orang itu pucat pasi, dan sembari bergidik ketakutan, dia bilang, bahwa dirinya tak sanggup dan tak jadi untuk membuang air kecil di toilet yang ada di TMP Seribu Serpong ini. Entah apa yang sempat dilihat oleh orang itu, tapi, jelas bahwa dia sangat ketakutan, seolah baru saja melihat sesuatu yang menakutkannya,” urai Sirojuddin lagi. Sementara itu, Junaedi menambahkan, bahwa meski dirinya tak pernah menemui hal-hal yang gaib, tapi ia sering mendengar pengakuan serta kesaksian dari sejumlah orang yang melintas di depan jalan TMP ini. “Katanya, mereka sempat melihat ada keramaian orang seperti tengah berperang di dalam lokasi TMP. Mereka melihatnya dari luar pintu gerbang, dan menyampaikan apa yang disaksikannya kepada saya. Semua saya dengarkan dengan baik, meskipun saya sendiri hampir tak pernah menyaksikan seperti apa yang mereka lihat itu di lokasi makam para pahlawan ini,” katanya kepada penulis. Beda lagi dengan cerita Ilham. Ketika dihubungi penulis melalui telepon selularnya, Ilham mengaku bahwa dirinya, dulu pernah didatangi beberapa orang yang berprofesi sebagai kontraktor. “Entah apa alasannya, setelah para kontraktor itu berziarah ke taman pemakaman, mereka kemudian menitipkan gambar proyek yang akan dibangunnya kepada saya. Saya sendiri kurang paham apa maksudnya. Tapi, ada yang selang waktu beberapa lama kemudian datang lagi kepada saya untuk memberi hadiah handphone. Katanya, proyek mereka berhasil. Tapi itu dulu, dan belakangan sudah tidak ada lagi yang semacam ini,” cerita Ilham, yang memang paling sering menginap di ruang kerjanya dibandingkan dengan dua rekannya yang lain.

[caption id="attachment_305836" align="aligncenter" width="560" caption="Pagar bangunan lain di luar sisi kiri tembok pembatas makam milik orang lain, nampak terlihat sudah dalam kondisi yang miring. (Foto: Dokpri)"]

1385944904183326930
1385944904183326930
[/caption] [caption id="attachment_305837" align="aligncenter" width="560" caption="Penulis diterima dengan ramah oleh Sirojuddin di ruang kerjanya yang sejuk dan nyaman. (Foto: Dokpri)"]
1385944995865903988
1385944995865903988
[/caption] Ilham juga punya pengalaman spiritual lain. Sewaktu baru hari-hari pertama bekerja sebagai petugas kebersihan dan penjaga makam, dirinya mengaku sempat nyaris putus asa, galau dengan pekerjaannya, dan memutuskan untuk resign dari pekerjaannya. “Tapi, dalam kegalauan itu, pernah sewaktu saya lagi tidur di tempat penjagaan, saya bermimpi didatangi oleh seorang lelaki yang mengaku sebagai salah seorang dari ahli kubur di TMP ini. Bukannya untuk menakut-nakuti, tapi orang itu hanya berpesan agar dalam hidup ini, saya hendaklah selalu ikhlas dan sabar. Insya Allah, rezeki dan kelapangan jalan akan selalu diberikan oleh Allah SWT. Alhamdulillah, sampai sekarang, pesan dalam mimpi itu saya jalankan, dan terbukti, pekerjaan saya sampai saat ini selalu lancar-lancar saja,” ungkapnya. Tak perlu takut dan mengada-ada cerita soal TMP Seribu Serpong ini, ujar Ilham lagi. Asalkan setiap pengunjung punya niat baik saat datang ke TMP ini, maka insya Allah tidak perlu ada kekhawatiran atau menjumpai hal-hal gaib yang ditakutkan. “Selama niatnya baik, maka semua juga akan baik-baik saja. Boleh percaya atau tidak, tapi memang, sejak memasuki pintu gerbang TMP ini, pengunjung sudah akan dikawal oleh sejumlah anggota laskar rakyat Banten, dan itu tidak terlihat oleh mata awam,” terangnya. Pengalaman lain, tukas Ilham, adalah yang beberapa kali dirasakannya sendiri. “Enggak tahu bagaimana kejadiannya, tapi, kalau saya tidur di ruang kerja yang ada di TMP ini, saya suka kepulesan, kelewat nyenyak. Maksud hati, ingin cuma sekadar tidur siang saja, tapi nyatanya, sering saya malah bangun pas hari sudah sampai larut dan tengah malam,” katanya sembari terkekeh.

[caption id="attachment_305839" align="aligncenter" width="560" caption="Disinilah bersemayam jasad para pahlawan Pertempuran Seribu, sekaligus menjadi saksi atas perlawanan rakyat Banten terhadap penjajah kolonial Belanda. (Foto: Dokpri)"]

13859450871824891526
13859450871824891526
[/caption] Penuturan para petugas kebersihan dan penjaga di TMP Serbu Serpong ini memang menjadi cerita lain di balik keberadaan sebuah kompleks pemakaman. Selama niat pengunjung adalah sesuatu yang baik, dan melakukan ziarah ke makam para pahlawan ini sebagaimana mustinya, tentu semua akan baik-baik saja. Lagipula, bukankah ziarah kubur adalah sesuatu yang baik, karena selain mendoakan mereka yang telah mendahului kita, sekaligus dapat mengingatkan kita bahwa semua yang hidup pasti akan mati. Seperti kata orang bijak, kematian adalah nasehat yang diam untuk diri kita yang masih menjalani sisa hidup ini.

o o o O o o o

Masih di seputaran Tangerang Selatan, click tulisan sebelumnya:

Wajah-Wajah Tegar Dari Hutan Kota 2 BSD City

http://sosbud.kompasiana.com/2013/11/29/wajah-wajah-tegar-dari-hutan-kota-2-bsd-city-612250.html

Pesan Dari Situ Gintung untuk HUT ke-5 Kota Tangsel

http://regional.kompasiana.com/2013/11/26/pesan-dari-situ-gintung-untuk-hut-ke-5-kota-tangsel-611433.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun