Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Infrastruktur PU Mengagumkan, Perpustakaan PU Mencerdaskan

13 Mei 2014   08:33 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:34 1834
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada era 1980-an, Sekjen KemenPU Agoes Widjanarko memaparkan pembangunan infrastruktur PU yang diantaranya menampilkan foto Bendungan Wadaslintang. "Berada di 40 kilometer arah selatan dari Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, bendungan ini dibangun pada tahun 1982 dan selesai pada 1987. Kapasitas maksimalnya mencapai 443 juta meter kubik, dan diantaranya dapat menyediakan air bagi irigasi persawahan seluas 31.114 hektar," jelasnya. Silakan click ini untuk mengetahui informasi infrastruktur Bendungan Wadaslintang ini.

Beranjak ke tahun 1990-an, Agoes memaparkan contoh pembangunan infrastruktur yaitu Jembatan Barelang (Batam-Rempang-Galang) di Batam, Kepulauan Riau. Jembatan ini selesai dibangun pada 1992, dengan total panjang jembatan mencapai 2.264 meter. Menariknya, jembatan yang merupakan ikon Kota Batam ini terdiri dari enam cabang jembatan, yang masing-masing dinamai dengan nama raja-raja yang pernah berkuasa di Kerajaan Melayu Riau abad 15 - 18 Masehi. Yaitu, Jembatan Tengku Fisabilillah, Nara Singa, Raja Ali Haji, Sultan Zainal Abidin, Tuanku Tambusai, dan, Raja Kecik.

Masa Orde Baru

Agoes juga menampilkan visualisasi sejarah PU pasca kemerdekaan, tepatnya pada masa Orde Baru. Pada saat berulirnya Pembangunan Lima Tahun (Pelita) tahap I (1969 - 1974) umpamanya, dilakukan peresmian Bendungan Jatiluhur di Purwakarta, Jawa Barat; Bendungan Karangkates di Sumber Pucung, Malang; Bendungan Selorejo di Ngantang, Malang; Bendungan Lengkong Baru --- yang mampu menyediakan air irigasi sekaligus mengendalikan banjir di Delta Sungai Brantas, menyuplai air untuk industri dan air minum warga kota Surabaya, Jawa Timur; juga membangun berbagai proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air, Uap, maupun Diesel (PLTA, PLTU, dan PLTD).

Pada Pelita II (1974 - 1979), ditandai dengan pendirian Perumnas (Pembangunan Perumahan Nasional), tepatnya pada 18 Juli 1974. Perumnas adalah BUMN yang berbentuk Perusahaan Umum (Perum) dimana keseluruhan sahamnya dimiliki oleh Pemerintah RI. Pendirian Perumnas menjadi solusi bagi Pemerintah dalam menyediakan perumahan yang layak sekaligus pionir dalam penyediaan perumahan dan permukiman bagi masyarakat menengah ke bawah.

[caption id="attachment_335988" align="aligncenter" width="632" caption="Ikon Kota Batam. Jembatan Barelang (Batam-Rempang-Galang) di Batam, Kepulauan Riau. Jembatan ini selesai dibangun pada 1992, dengan total panjang jembatan mencapai 2.264 meter. (Foto-foto: pustaka.pu.go.id)"]

13999181491748431393
13999181491748431393
[/caption]

Adapun pada Pelita III (1979 - 1984), PU mengerjakan Jalan I Gusti Ngurah Rai di Bali; rumah susun Perumnas di Tanah Abang, Jakarta Pusat: Jembatan Kapuas di Pontianak, Kalimantan Barat (dibuka pada 27 Januari 1982); Jembatan Ketahun dan Bendung Seluma di Bengkulu Utara (keduanya diresmikan secara berbarengan oleh Presiden Soeharto pada 23 Maret 1982). "Dengan selesainya pembangunan Jembatan Ketahun, maka jalan poros yang membentang di pesisir bagian barat Provinsi ini akan dapat digunakan lebih lancar. Jarak antara Muko-muko dan Bengkulu yang dahulu harus ditempuh dalam waktu sekitar satu minggu, dengan selesainya jembatan ini akan dapat dilalui dalam waktu hanya sekitar 12 jam saja," demikian sambutan Presiden Soeharto kala itu, seperti dimuat situs soeharto.co.

Beranjak ke Pelita IV (1984 - 1989), PU terus menggeliat dengan melakukan perluasan jaringan irigasi, jalan, dan jembatan. Sedangkan pada Pelita V (1989 - 1994), PU juga menggarap embung-embung (tempat atau wadah penampungan air pada waktu terjadi surplus air di sungai atau menampung air hujan) di Indonesia Timur. Lalu, pada Pelita VI (1994 - 1999), PU menyelesaikan berbagai proyek diantaranya Waduk Tiu Kulit di Maronge, dan Waduk Mamak di Lopok, Sumbawa; Waduk Pengga di Lombok, NTB; dan, Jembatan Mamberamo sepanjang 235 meter di Papua, yang mulai dikerjakan pada 1993, dan selesai pada 1996, dengan menelan biaya Rp 16 miliar. Tautan khusus seputar Jembatan Mamberamo ini bisa disimak melalui Direktori Data dan Informasi Infrastruktur yang ada di Perpustakaan KemenPU, seperti berikut ini.

Capaian Kinerja KemenPU

Pada bagian lain, Sekjen KemenPU Agoes Widjanarko mengetengahkan sejumlah pencapaian yang berhasil direngkuh KemenPU. Diawali dengan capaian kinerja Bidang SDA selama rentang waktu 2005-2014, yakni melakukan pembangunan 22 waduk (tujuh waduk diantaranya, akan rampung pada 2014), dan 642 embung.

"Sedangkan untuk capaian kinerja Bidang Jalan dan Jembatan, bila pada 2005 lalu, panjang jalan nasional mencapai 34.676 kilometer, kemudian bertambah pada 2009 menjadi 35.411 kilometer, maka pada tahun 2014 ini, panjang jalan nasional adalah mencapai 38.401 kilometer," tuturnya bangga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun