Kisah Jokowi yang berbintang Gemini, dan ternyata bertolak-belakang dengan kebanyakan empunya rasi bintang ini, juga mampu mencuri perhatian pembaca buku ini untuk semakin tak mau ketinggalan keseruannya. Dapat ditebak, pada bab 6 dengan judul “Gemini Yang Tidak Romantis” ini, tersaji kisah kasih awal mula panah asmara Jokowi menancap di hati Iriana, biasa disapa Ana.
Setelah membaca bab yang sarat romantika anak muda bercinta, Joko dan Ana ini, kiranya patut pula rasa terima kasih disampaikan kepada Iit Sriyantini, adik kandung Jokowi. Kenapa? Karena rupanya, Ana adalah teman akrab Iit, yang kerap diajak bermain dan belajar bersama di rumah. Bukan bermaksud menjadi mak comblang untuk sang kakak, Jokowi, tapi rupanya memang Jokowi sendiri yang semakin hari mulai kepincut dan naksir Ana. Prikitiuw! Tapi ya begitulah adanya. “Bersyukur Mas Joko mendapat Ana. Selain dia teman baik, saya mengenal Ana sudah seperti saudara,” aku Iit seperti termuat di halaman 157.
Sebaliknya, Ana jatuh hati pada Mas Joko lantaran memang ia adalah sosok jejaka pintar nan cerdas. “Meskipun rambutnya gondrong, Mas Joko sejak kecil sering menjadi juara kelas, bahkan diterima kuliah di UGM,” kenang Iriana yang memang ayu dengan pembawaan diri lembut bak Putri Solo.
Membaca buku ini, sama saja dengan mengakrabkan diri kita dengan sosok Jokowi yang from zero to hero, beserta cerita dan fakta seputar lompatan-lompatan linimasanya. Mulai dari kiprahnya berbisnis kayu, menjadi Walikota Solo, Gubernur DKI Jakarta, hingga terpilih sebagai Presiden RI ke-7. Presiden yang menggelorakan revolusi yang sama fenomenal seperti dirinya sendiri, yaitu revolusi mental. “Revolusi mental beda dengan revolusi fisik karena ia tidak memerlukan pertumpahan darah. Namun, usaha ini tetap memerlukan dukungan moril dan spiritual serta komitmen dalam diri seorang pemimpin,” tandas Jokowi.
Alhasil, penyusun buku ini telah berhasil membuat sebuah karya, yang kalau dibaca secara utuh, akan mampu membuat pembacanya mengenal lebih dalam sosok seorang Jokowi. Buku ini tidak saja mengulas profil Jokowi secara murni, tapi banyak human interest dan kisah inspiratif yang terkandung didalamnya. Salut untuk kerja Arimbi Bimoseno yang cermat dan smart dalam menyusun buku ini.
[caption id="attachment_371902" align="aligncenter" width="567" caption="Sampul wajah buku Jokowi Rapopo Jadi Presiden yang disusun Kompasianer Arimbi Bimoseno. (Foto: Akun FB Arimbi Bimoseno)"]
Sedikit kelemahan buku ini, terletak pada desain dalam yang terkadang satu atau dua halaman secara full di-block dengan menggunakan satu warna, sementara huruf-hurufnya diwarnai dengan putih. Mungkin, secara design, tampilannya menjadi trendy dan artistic. Tapi, percayalah, desain halaman seperti ini (terkadang) justru ‘menyiksa’ pembaca karena harus memicingkan mata untuk dapat membaca rangkaian kalimat demi kalimat secara lebih jelas. Apalagi, tipe font atau hurufnya juga tidak dibuat bold atau tebal.
Meski demikian, buku Jokowi Rapopo Jadi Presiden ini tetap patut diacungi jempol, dan layak untuk dibaca. Karena memang, buku ini dapat menjadi modal inspirasi generasi muda Indonesia dalam menapaki prestasi dan berjuang meraih mimpi. Beruntung, saya telah memiliki buku ini. Lengkap dengan tulisan tangan asli, dan coretan kalimat pesan singkat namun mendalam dari Arimbi Bimoseno, sang penyusun buku, yakni “Semoga Bermanfaat”.
* * *