Mohon tunggu...
Gan Pradana
Gan Pradana Mohon Tunggu... Dosen - Hobi menulis dan berminat di dunia politik

Saya orang Indonesia yang mencoba menjadi warga negara yang baik.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pasca Pesta 412 "Kita Indonesia"

5 Desember 2016   16:04 Diperbarui: 5 Desember 2016   16:13 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

LUAR biasa! Aksi “Kita Indonesia” yang diisi dengan parade seni dan budaya di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Minggu, 4 Desember (412), semakin melengkapi aksi 212 yang berakhir super damai setelah Presiden Jokowi turun ke Monas dan bergabung dengan massa melakukan salat Jumat.

Aksi 212 dan 412 tentu tidak bisa didikotomikan atau dipertentangan sebagai aksi balas kekuatan. Tidak. Jika pun ada pihak yang mengompor-ngompori, tidak akan nyambung.

Aksi 212 adalah zikir dan doa bersama, sedangkan 412 adalah pawai budaya yang sarat dengan perbedaan namun punya “roh” yang sama: bhineka tunggal ika. Berbeda-beda tapi satu: Indonesia. Oleh sebab itulah saya bisa pahami jika pihak yang punya gawe (Aliansi Kebangsaan Indonesia) menamai pergelaran budaya tersebut 411 dengan sebutan “Kita Indonesia.”

Belakangan tagline “Kita Indonesia” direvisi dengan tambahan sub-tagline “Rayakan Indonesia” karena sehari sebelumnya Timnas  Garuda menang 2-1 atas Vietnam dalam semi final kejuaraan Piala AFF. Cocoklah, acara 412 sekaligus dijadikan acara syukuran sekaligus penyemangat bagi Timnas.

Karena itu, pas pula kalau MC acara 412, Tantowi Yahya, menyebut parade budaya 412 adalah pelengkap doa bersama 212 yang berakhir damai. Maka acara 412 semakin mengukuhkan fakta bahwa kita berbeda-beda tapi satu: Indonesia. Ya, kita Indonesia. Acara 412 pun berakhir damai.

Sekali lagi keindonesiaan 412 dan 212 tidak bisa dibanding-bandingkan dan lalu terbangun tembok “kami di sini” dan “kamu di sana.” Dalam jumlah massa misalnya, acara 212 tentu lebih banyak. Tak usahlah kita mengklaim aksi 212 dihadiri sejuta umat dan pesta kebhinekaan 412 dihadiri segelintir manusia.

Penasaran dengan pergelaran 412, pagi itu saya sengaja datang ke Bundaran HI. Saya tidak mungkin memanipulasi fakta bahwa kebhinekaan kita tetap ada. Semoga gelora 412 memotivasi semua komponen bangsa ini untuk merawatnya.

Saya menitikkan air mata saat ikut menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Pagi itu saya berdiri di bawah bendera raksasa merah putih. Dipayungi merah putih, saya merasakan ada kehangatan. Indonesia merah putih melindungi saya.

Hati ini semakin bergetar saat puluhan ribu burung merpati lambang perdamaian dilepas. Mereka terbang mengangkasa entah ke mana. Saya membayangkan burung-burung itu terbang mengelilingi Nusantara yang demikian luas, indah dan kaya.

Saya juga semakin merasakan sebagai orang kaya di negeri ini setelah melihat berbagai atraksi kesenian dan budaya dari berbagai daerah. Ada reog Ponorogo, onggok-onggok Bali, barongsai dan sebagainya.

Ah, di panggung yang berbeda, saya melihat ibu-ibu (ada yang berhijab dan tak berhijab) kompak melakukan senam (menari) bersama diiringi lagu “Maumere”. Mereka bersukacita, tersenyum bersama. Duh, indahnya persaudaraan dalam keberagaman.

Seperti biasa (ya, sudahlah), di luar sana rupanya masih ada kelompok intoleran, yang “gerah” melihat Indonesia bersatu dalam kebhinekaan, lalu menyebarluaskan berita (tulisan dan foto) unyu-unyu dan info lucu-lucu lewat media sosial, seperti ini:

  • Aksi 412 diongkosi taipan dan pengusung Ahok? Tak apa. Tak ada yang salah. Itu hak politik. Maka tak perlu ditutupi.
  • Car free day adalah sarana untuk umum melaksanakan olah raga dan rekreasi, bukan ajang politik bayaran. Dari warga Jakarta.
  • Fitnah kepada Metro TV yang seolah-olah memberitakan massa aksi “Kita Indonesia” mencapai 100 juta orang.
  • Parade Kita Indonesia. Parade Kebudayaan Indonesia. Parade Kebhinekaan Indonesia. Parade Kebangsaan Indonesia. Disingkat PKI. Gak pada sadarkah?
  • Taipan di atas balkon, rakyat di bawah jalan raya parade 412.
  • Gak percaya ini kadernya! Pasti peserta nasi adem bayaran, kan? Gak percaya? Begini mau jadi to be Indonesia? (Catatan saya: kata-kata di atas untuk melengkapi salah seorang peserta yang (maaf) seolah-olah sedang pipis di tepi jalan).
  • Aksi tandingan 212 pada Minggu 4 Desember 2016 ternyata disiapkan uang bayaran oleh sponsor 500 ribu per orang bagi yang hadir. Sebarkan biar kebusukan dan kecurangan orang-orang kafir terbongkar.
  • Berita-berita yang dimuat media online pun meramaikan pasca-acara 412, seperti: Banyak bendera partai, pelaksanaan aksi “Kita Indonesia” dinilai langgar pergub.
  • Dikasih uang capek Rp 100 ribu, peserta aksi 412 bingung ditanya harapannya.

Beruntung panitia yang tergabung dalam Aliansi Kebangsaan Indonesia tenang menghadapi berita-berita dan info miring nan-“kocak” tersebut.

Martin Manurung, salah seorang anggota panitia di akun Twitter-nya Cuma berkomentar: “Untuk setiap kritik, kami ucapkan terima kasih. Juga untuk setiap tuduhan dan fitnah, terima kasih. Kami senang atas semua perhatiannya bagi “Kita Indonesia.”[]  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun