Mohon tunggu...
Gan Pradana
Gan Pradana Mohon Tunggu... Dosen - Hobi menulis dan berminat di dunia politik

Saya orang Indonesia yang mencoba menjadi warga negara yang baik.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Amien Rais, Ahok dan Aksi Klotokan

18 September 2016   17:14 Diperbarui: 18 September 2016   19:01 1534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ray Rangkuti dkk: Tolak SARA dalam Pilkada.

RAY Rangkuti, pendiri Lingkar Madani, dan kawan-kawan boleh saja menolak kampanye SARA dalam pilkada. Faktanya, para elite politik yang menipu rakyat dengan cara menggaung-gaungkan SARA agar jangan memilih Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) tetap saja menutup telinga dan hati.

“Memangnya ente siapa?” Begitu mungkin gejolak jiwa eyang kakung Amien Rais yang belakangan ini doyan menyambangi tempat ibadah, bukan untuk mohon ampun kepada Tuhan, tapi berorasi agar jangan pilih Ahok yang dicap sebagai makhluk kafir.

Penampilan Mbah (kakung) Amien Rais saat “berceramah” di tempat ibadah memang oke banget. Ia berkalungkan sorban putih, mirip ustad kelas wahid. Meskipun tanpa jenggot (maklumlah mungkin sudah tak ada hormon di dagunya sehingga tak tumbuh jenggot), penampilannya mampu meyakinkan umat dan membuat decak kagum, sehingga jemaah manggut-manggut mendengar “khotbah”-nya.

Dalam soal begituan kita mesti angkat topi kepada Amien Rais. Luar biasa. Ia datang dan rajin ke tempat ibadah pada saat yang tepat, beberapa hari sebelum pendaftaran calon gubernur. Beruntung, belakangan ini ia tidak mengumbar janji akan berjalan kaki dari Karawang ke Bekasi jika Ahok menang dalam  Pilkada Serentak Februari 2017. Dengan begitu, masyarakat lupa bahwa pada saat Pilpres 2014 ia pernah bernazar akan berjalan kaki dari Yogyakarta-Jakarta jika Jokowi terpilih jadi presiden.

Sudahlah, kita tidak perlu menagih apa yang telah diucapkan. Mari kita berpikir positif, beliau mengurungkan jalan kaki Yogya-Jakarta karena eh siapa tahu waktu itu encoknya sedang kumat dan efeknya terasa hingga sekarang. Beliau sudah mengalami kemajuan, kok;  sekarang tidak lagi mengumbar janji, tapi membangun “iman” umat bahwa Ahok itu berbahaya jika memimpin kembali Jakarta.

Ya, itulah Amien. Ia konsisten dan konsekuen dalam “berjuang” untuk meraih kemenangan diri dan kelompoknya. Karenanya ia pasti mempersetankan imbauan berbagai pihak bahwa mencekoki umat dengan sentimen SARA dalam pilkada sangat berbahaya karena mengandung racun mematikan bagi NKRI dan demokrasi.

Ray Rangkuti dan kawan-kawan (Sebastian Salang, Ketua Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia-Formappi), Dr Rumadi, Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Nahdlatul Ulama-Lakpesdam NU, Dr Iryanto Djou dari Aspirasi Indonesia, dan Masykurudin Hafidz, Koordinator Nasional Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat-JPPR), Kamis (15/9) lalu di Jakarta minta agar para elite politik jangan lagi membodohi rakyat (pemilih) dengan SARA.

Ray Rangkuti menyebut SARA (jika digunakan dalam pilkada) sebagai cara yang paling terbelakang dalam proses berdemokrasi. “Lha, kalau kita melarang orang agar jangan memilih calon pemimpin hanya gara-gara ia berbeda agama dengan kita, lalu buat apa demokrasi?” katanya.

Repotnya, menurut mereka, Islam kerap disalahgunakan atau didomplengi oleh para elite politik untuk meraih kekuasaan dengan cara yang hina. Padahal, menurut Masykurudin Hafidz,  Islam menganut atau menjunjung tinggi keadilan yang sangat hakiki. Konkretnya, kata dia, dalam memilih pemimpin di pemerintahan, tolok ukurnya bukan apakah dia Islam atau bukan, tapi sampai sejauh mana kebijakan sang pemimpin mampu menyejahterakan atau bermanfaat buat umat.

Di mata eyang kakung, mereka adalah anak kemarin sore, tahu apa sih? “Aku, kan profesor kesohor?”

Oleh sebab itulah Amien berusaha memenuhi undangan jika diminta berceramah politik jelang pilkada di sejumlah tempat ibadah.  Selain si Rizieq, nama Amien Rais  juga tercantum dalam undangan acara “Silaturahim Akbar”  yang kabarnya digelar di Masjid Istiqlal, Minggu (18/9) siang. Di forum itu, Amien akan memberikan taushiyah dan orasi.

Pengumuman yang disebarkan via WA itu buntutnya antara lain berbunyi: “Semoga massa ... dan kader serta kaum muslimin bisa memastikan kesertaanya dalam jihad memenangkan gubernur muslim untuk ibu kota NKRI Jakarta.”

Saya tidak tahu persis apakah acara itu jadi berlangsung. Kalau jadi berlangsung, Mbah Amien pasti senang nggak ketulungan, sebab panitia acara itu memprediksi gelaran Ahad siang itu dihadiri “minimal 50.000 orang” dan dilanjutkan dengan long march ke KPK untuk melengserkan Ahok secara hukum.

Wow! Semangat Amien Rais memang luar biasa. Minggu pagi tadi (18/9) ia juga sempat berorasi dalam acara Rapat Akbar Forum RT/RW di Koja, Jakarta Utara. Untuk diketahui Forum RT/RW adalah komunitas yang tempo hari akan mengumpulkan 3.000.000 KTP menolak Ahok. Ngomong-ngomong sudah terkumpul belum?

Di forum itu, Amien menyebut Ahok sebagai sosok yang berbahaya. Katanya:  "Yang saya tahu (catatan saya: berarti belum tentu dong?), Ahok orangnya sombong, congkak, maunya benar sendiri. Ini berbahaya. Jangan pilih dia."

Wuih, wuih, Amien menyebut perangai Ahok mirip dengan kisah Firaun, Namrud, Goliath, dan kisah-kisah lain yang dikenal sombong dan congkak. "Tidak akan pernah menang orang yang sombong dan congkak seperti itu," tuturnya. Siiip Mbah Amien, lanjutkan! Jangan khawatir Eyang dianggap sombong ngomong begitu. Apalagi Eyang orang Yogya yang dikenal santun.

Mendekati pendaftaran cagub dan cawagub Rabu (21/9) besok, banyak memang orang (termasuk Ahok), organisasi – termasuk ormas radikal --, komunitas, bahkan parpol yang – meminjam istilah pengamat politik Ikrar Nusa Bakti – klotokan (nekat tanpa perhitungan).

Ingin bukti? Entah bagaimana logikanya, Partai Amanat Nasional (PAN) yang didirikan Amien Rais dan hanya punya dua kursi di DPRD DKI Jakarta malah mencalonkan Rizal Ramli dan yang bersangkutan bersedia pula. Mahklumlah, ia klotokan karena sukses menjalankan perintah Jokowi memangkas proses keluar masuk barang dari pelabuhan yang semula sebulan menjadi hanya sejam! Itu kalau Anda percaya, lho?

Nah, ini tak kurang klotokan. Lihat itu aksi emak-emak. Berpakaian warna pink (asyoi banget nih), mereka berunjuk rasa di halaman kantor Ahok. Di sana, mereka melemparkan sejumlah pakaian dalam wanita ke halaman Balai Kota DKI. Mereka bilang, pakaian dalam itu adalah hadiah untuk Ahok yang dianggap banci. Idih, kamu kok gitu sih?

Ngomong-ngomong itu pakaian dalam sudah dicuci belum, ya, atau masih bau bawang? Sayang, saya bukan Ahok. Kalau saya jadi Ahok, emak-emak itu saya ajak selfie sambil membentangkan itu “barang” yang dilempar para emak. Lumayanlah untuk mengurangi ketegangan.

Aksi klotokan lain juga ditunjukkan para calon pelawan Ahok yang tiba-tiba jadi alim banget menyambangi tempat ibadah dan tempat-tempat kumuh. Warga Jakarta menunggu nih, kapan masuk ke sungai untuk membersihkan sampah yang masih dibuang sembarangan oleh sebagian warga Jakarta.

Tak kurang klotokannya adalah Ahok. Menjelang pilkada, ia bukannya duduk manis di kantor, tapi malah tetap berkoar-koar. Masih pula berkeinginan tidak akan cuti pada masa kampanye, karena ingin terus melayani warga Jakarta. Gubernur macam apa sih dia? Saya tidak habis mengerti.

Kalau saya jadi Ahok, saya akan rem mulut saya. Saya akan puja puji pejabat atau pihak-pihak yang mungkin bisa membantu saya memenangkan pilkada. Saya akan puja-puji pemimpin ormas keagamaan yang doyan bawa fentungan (ya fentungan) dan berdaster putih saat berdemo. Saya akan beri penghargaan karena ormas inilah satu-satunya organisasi pembela agama paling wahid sedunia.

Alamak! Ahok nggak kapok-kapok berpidato di depan warga bahwa ia tetap akan menggusur permukiman kumuh di pinggir kali, “tapi nanti kalau rumah susun sudah selesai dibangun.”

Ah, apa pula ini? Klotokan ya klotokan, tapi rahasia ini jangan disebarluaskan, dong. Masa sih Anda bilang: “Jangan pilih saya jika ada calon gubernur lain yang lebih baik daripada saya.”

Ini pilkada Koh Ahok! Pakai strategi, dong. Berpura-pura sedikitlah. Kalau perlu bohonglah sementara menjelang pilkada. Kalau mau menang, kurangi aksi klotokan demi pencitraan. Jangan persulit tim sukses Anda.[]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun