BERGEREJA tak selamanya harus berurusan dengan ibadah (ritual). Sesekali, orang-orang beriman itu perlu berurusan dengan raga dan seni. Salah satu langkah yang dilakukan untuk mengolah raga dan seni para anggota gereja adalah menyelenggarakan Porseni (Pekan Olahraga dan Seni).
Setidaknya itulah kegiatan yang akan dilakukan gereja-gereja Kristen Jawa yang tergabung dalam Klasis Jakarta Bagian Barat (JBB) – populer dengan sebutan GKJ Klasis Jakarta Bagian Barat. Hitung-hitung inilah “olimpiade” ala orang-orang Kristen Jawa yang tinggal di kawasan Jakarta, Bogor, Depok dan Tangerang. Jika tidak ada halangan, Porseni 2016 akan digelar pada 25 Juni mendatang di kompleks Sekolah Pelita Harapan, Karawaci, Tangerang.
GKJ Klasis JBB beranggotakan sembilan gereja, yaitu GKJ Nehemia (Pondok Indah), GKJ Yeremia Depok, GKJ Depok, GKJ Kanaan (Bintaro), GKJ Pamulang, GKJ Ebenhaezer (Pasar Minggu), GKJ Grogol, GKJ Joglo (Kebon Jeruk), dan GKJ Tangerang.
Porseni GKJ Klasis JBB digelar setiap tahun. GKJ Tangerang tahun ini giliran menjadi tuan rumah Porseni 2016. Tagline yang diusung adalah “Be Come One”. Lewat tagline ini diharapkan para anggota (jemaat) sembilan gereja itu kompak bersatu membangun tali persaudaraan.
“Olimpiade” ala GKJ Klasis JBB ini cuma mempertandingkan tiga cabang olahraga, yaitu futsal, bulutangkis, dan tenis meja; sedangkan cabang seni yang dilombakan adalah grup vokal (vocal group), dan tahun ini untuk pertama kalinya ada pula stand-up comedy.
Meskipun bersemangat menjaga kekompakan dan sportivitas, ada kalanya para pemain dan pendukung gereja masing-masing “panas” saat lomba, terutama futsal digelar. Maklumlah, di Porseni GKJ Klasis JBB, futsal diidentikkan dengan sepakbola. Para pendukung mirip Jakmania dan Bobotoh. Seru.
Pernah suatu kali persaingan “adu kekuatan” dan kemahiran berfutsal itu terbawa hingga keluar lapangan dan menjadi agenda sidang Klasis JBB yang digelar setiap tahun. Peserta sidang umumnya adalah para pendeta.
Guna menjaga hal-hal yang tidak diinginkan berulang, sidang para pendeta GKJ Klasis JBB pernah mengeluarkan keputusan cabang olahraga futsal sebaiknya tidak dipertandingkan lagi dalam Porseni. Mengetahui ada keputusan seperti itu, anak-anak muda protes. “Nggak seru kalau nggak ada futsal,” kata mereka.
Oleh sebab itu Panitia Porseni 2016 (GKJ Tangerang) memutuskan tetap mempertandingkan cabang olahraga futsal. “Biar gayeng (seru),” begitu alasan panitia. Sekaligus ini menjadi tantangan bagi panitia dan peserta bisa tidak menjaga ketertiban.
Menindaklanjuti keputusan itu, technical meeting pun dilakukan. Mewakili para pendeta GKJ Klasis JBB, Pdt Wurihanto Handoyo Adi mengatakan, memang tidak bijaksana melarang cabang olahraga futsal dipertandingkan dalam Porseni, padahal yang salah, kan, bukan futsalnya, melainkan para pemain dan pendukungnya.
Oleh sebab itu, Wurihanto mengharapkan para peserta Porseni 2016, khususnya para suporter futsal menjaga ketertiban dan tidak melakukan tindakan anarkis. “Jika para pendukung tidak bisa menjaga ketertiban, sekali lagi, kita tidak bisa menyalahkan cabang olahraganya, tetapi gerejalah yang salah karena tidak bisa membina jemaatnya,” kata Wurihanto.