Jika aksi nekat itu yang dilakukan, maka akan pecah rekor MURI, Yusril-lah satu-satunya calon gubernur DKI Jakarta yang diusung tiga partai dengan total dukungan 30 kursi.
Persoalan, maukah Golkar memberikan dukungan gratisan, sebab partai ini berdasarkan sejarah, sudah terbiasa menempatkan kader-kadernya duduk di pusat kekuasaan, terutama selama 32 Orde Baru berkuasa?
Lalu bagaimana pula dengan PKB yang tempo hari pernah menerjunkan kader terbaiknya, Ahmad Dhani, ke Kalijodo dalam rangka melawan Ahok? Ahmad Dhani sendiri menyatakan sudah menyerah, dan ini peluang buat Yusril. Tapi, sayangnya, garis ideologi Yusril (PBB) berbeda dengan PKB yang Nahdlatul Ulama. Lha, ayo “mikir,” kata Cak Lontong.
Sekarang kita coba kocok Gerindra dan PKS. Jika suara kedua partai ini digabung akan menghasilkan 26 kursi. Lumayanlah bisa menyaingi PDIP. Gerindra dan PKS sampai saat ini masih bermesra-ria di Koalisi Merah Putih (MPP) yang makin tak jelas itu.
Lagi-lagi, tegakah kedua partai itu mengusung Yusril, Farhat Abbas dan Haji Lulung, misalnya? Selayaknya kita tiru gaya Cak Lontong berstand-up comedy: “pikir”.
Ah, Haji Lulung, rupanya juga masih berminat menjadi DKI-1 dan dalam rangka menuju ke sana ia melakukan survei elektabilitas sendiri. Hasilnya tentu amat gemilang, 48,5%. Bukan main!
Di DPRD DKI, partainya, PPP punya 10 kursi. Masih kurang, nih? Sama-sama berideologi Islam, bisa saja PPP menggandeng PKS yang punya 11 kursi, sehingga total ada 21 kursi. Eiit..., masih kurang.
Kalau mau nekat, Lulung dan PPP bisa melirik lagi ke PAN yang punya 2 kursi. PAN disuruh "bercerai" dengan Demokrat. Kongsi ketiga partai itu (PPP, PKS dan PAN) punya 23 kursi, pas untuk bisa mengajukan Lulung menjadi DKI-1.
Tapi, fakta membuktikan, Lulung sudah dipecat dari PPP yang kini dipimpin Romahurmuziy (Romy). Lalu, bagaimana, dong? Semoga haters Ahok bisa membantu mencarikan solusi buat Lulung, juga Yusril, dan yang lain-lain.
Jika mereka buntu, solusi yang paling jitu adalah terus mengincar Ahok, eh... siapa tahu, mantan bupati Belitung Timur itu masih menyimpan "borok". Jangan lupa sebarluaskan "borok" Ahok ke media sosial. Jangan lupa iringi dengan "doa". []
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H