Mohon tunggu...
Gan Pradana
Gan Pradana Mohon Tunggu... Dosen - Hobi menulis dan berminat di dunia politik

Saya orang Indonesia yang mencoba menjadi warga negara yang baik.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Parpol Segeralah Putuskan Dukung Yusril

31 Maret 2016   15:21 Diperbarui: 31 Maret 2016   16:03 703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Yusril Ihza Mahendra. Foto: Metrotvnews"][Yusril Ihza. Foto: Metrotvnews]

 

 

SEBULAN lalu saya telah menulis di sini bahwa lawan tangguh Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam proses menuju DKI-1 adalah Yusril Ihza Mahendra. Survei yang dilakukan Charta Politika membuktikan dugaan saya. Dari sekian banyak orang yang mengklaim layak jadi gubernur DKI Jakarta, ternyata hanya Yusril yang pantas disandingkan dengan Ahok.

Benar, berdasarkan survei Charta Politika terbaru, elektabilitas Ahok sementara ini memang tak tertandingi, yaitu 51,8%. Tapi, pasukan Ahok mesti hati-hati, sebab elektabilitas Yusril  lumayanlah (11%).  Elektabilitas Yusril bahkan mengungguli Tri Rismaharini, wali kota Surabaya yang digadang-gadang PDIP akan diangkut ke Jakarta untuk menandingi Ahok dalam Pilkada Serentak 2017 mendatang. Elektabilitas Risma, masih menurut survei Charta Politika, cuma 7,3%.

Jika pun PDIP memaksakan diri tetap mencerabut Risma dari Surabaya dan memproklamasikan perempuan itu sebagai penantang Ahok, maka jika Yusril juga maju menuju DKI-1, sangat mungkin Risma bakal gugur di putaran pertama, sehingga hanya Ahok dan Yusril yang akan bertarung di putaran kedua.

Sayang, sampai sedemikian jauh, Yusril belum punya tempat berlabuh untuk mempersiapkan diri menuju DKI-1. Partainya, Bulan Bintang, tidak punya kursi di DPRD DKI Jakarta. Syarat untuk bisa mengusung calon gubernur, sebuah partai minimal harus punya 22 kursi di DPRD DKI.  Berdasarkan hasil Pemilu 2014, hanya PDIP-lah yang bisa mengajukan calon gubernur sendirian, sebab partai ini punya 28 kursi di DPRD DKI Jakarta.

Yusril sadar, secara konstitusi, partai yang dipimpinnya  -- ia ketua umum Partai Bulan Bintang (PBB) – tidak bisa mengajukan Yusril sebagai calon gubernur. Jika pun PBB berniat berkolaborasi dengan partai-partai yang punya kursi di DPRD DKI, boleh jadi banyak orang akan bilang: “Memangnya loe siapa?”

Tempo hari mantan menteri sekretaris negara itu pernah sesumbar akan mencalonkan diri lewat jalur perseorangan (independen) dan siap mengumpulkan KTP dukungan sebanyak 1.000.000 seperti yang dilakukan Teman Ahok.

Namun, belakangan niat untuk memobilisasi pengumpulan  KTP dukungan bagi laki-laki yang siap “turun pangkat” menjadi gubernur itu, tak jelas kabar dan progresnya. Mungkin ia sudah sadar bahwa mengumbar kata-kata lewat mulut lebih mudah ketimbang kerja keras seperti yang dilakukan Teman Ahok. Ia juga sudah terbangun dari mimpinya bahwa mengumpulkan 10 KTP dukungan tidak segampang orang membalikkan telapak tangan.

Kini yang bisa dilakukan Yusril hanya minta belas kasihan agar parpol yang punya kursi di DPRD DKI Jakarta sudi mengusung dan mencalonkannya sebagai gubernur Jakarta periode 2017-2022. Besar kemungkinan “tangisan” dan “rengekan” Yusril akan didengar parpol-parpol sebab Yusril dan parpol-parpol itu – kecuali Partai NasDem dan Hanura – punya misi sama, yaitu mengalahkan Ahok. Maklum, ibarat iklan, mereka punya tagline yang sama: “Katakan tidak pada Ahok”.

Terakhir Yusril dikabarkan sudah bertemu dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto untuk minta restu agar partai itu sudi mencalonkannya. Wajar kalau Yusril sowan ke sesepuh Gerindra, sebab Gerindra punya 15 kursi di DPRD DKI.

Lho, bukankah Gerindra sudah punya calon sendiri, Sandiaga Uno, yang belakangan sudah melakukan aksi “simpatik” pungut sampah di Bundaran HI? Saya yakin, semangat luar biasa Yusril yang bernafsu mengalahkan Ahok dan berhasrat menjadi gubernur Jakarta, akan mendorong laki-laki itu mengatakan: “Ah, emangnya gue pikirin.” Maklumlah, dalam soal pemerintahan, Yusril pasti jauh lebih unggul dan berpengalaman dibanding Sandiaga.

Jika memang pinangan Yusril ke Gerindra diterima, maka guna meramaikan proses pencalonan gubernur Jakarta, Partai Gerindra akan mengandeng “kekasihnya” yang selama ini setia di Koalisi Merah Putih, yaitu Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang punya 11 kursi di DPRD. Total 26 kursi sudah cukup bagi Gerindra dan PKS mengusung Yusril. Gerindra tidak perlu mengajak partai-partai lain.

Yusril pastinya juga cocok dengan PKS, sebab partainya, PBB, juga bernapaskan ideologi Islam. Sejarah membuktikan sebelum para petingginya terlibat korupsi, PKS pernah berjaya di DKI dalam setiap ada hajatan pemilu.

Belakangan Yusril juga sudah bermanuver untuk menarik simpati umat Islam di DKI yang dianggapnya “bodoh” dengan melemparkan fitnah bahwa Ahok akan menggusur sebuah masjid di Luar Batang, Penjaringan, Jakarta Utara. Sementara itu kakak Yusril  (Yusron) juga sudah menghembus-hembuskan informasi berbau SARA di media sosial untuk mendiskreditkan Ahok.

Ah, sudahlah, jangan kita menagih janji ke Yusril yang tempo hari mengatakan bahwa ia tidak akan menggunakan isu SARA dalam proses pencalonan gubernur DKI.

“Itu, dulu Bung. Hari ini, mah, sudah beda.” Mungkin itulah jawaban yang disiapkan Yusril jika orang mempertanyakan mengapa ia kok tidak bisa lagi menjaga kesantunan untuk menarik simpati publik.

Jangan juga bertanya, mengapa ia tidak lagi mengikuti jejak “Sarimin pergi ke pasar” dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan elektabilitasnya.

Mari kita kembali ke survei yang dilakukan Charta Politika. Survei membuktikan elektabilitas Yusril bertengger di nomor 2. Dialah yang paling berpeluang mengalahkan Ahok. Ya, Yusril. Bukan Risma, Ganjar Pranowo, Sandiaga Uno, Hidayat Nur Wahid, atau Ahmad Dhani, apalagi Haji Lulung. Ah, itu masa lalu, sudah lewat!

Sudahlah, para petinggi parpol jangan lama-lama berpikir. Ingatlah Yusril. Ya, Profesor Yusril. Ayo, ciptakanlah sejarah bahwa Jakarta pernah memiliki seorang gubernur bergelar profesor yang santun dan tidak pernah memfitnah pesaingnya. Ini kalau Anda percaya, lho?[]

  

 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun