[caption caption="Katakan TIDAK! | Dok. Pribadi"][/caption]YUSRIL Ihza Mahendra adalah sosok yang paling pas dan tangguh untuk melawan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam Pilkada Serentak 2017 di DKI Jakarta.
Fakta ini harus disadari para pendukung Ahok yang belakangan ini, menurut pengamatan saya, mulai galau dengan kehadiran Yusril. Karena terlalu galau, anggota pasukan Ahok sepertinya mulai tidak rasional.
Yang saya maksud tidak rasional adalah mereka sama sekali tidak memikirkan dan sadar bahwa pilkada adalah sebuah proses demokrasi yang syaratnya harus ada unsur "kami di sini" dan "kalian di sana."
Itu kawan-kawan Ahok maunya Yusril, Ahmad Dhani, Adhyaksa Dault, Sandiaga Uno, Haji Lulung, Taufik, Nur Mahmudi yang pernah “sukses” memimpin Depok, dan entah siapa lagi, kalau bisa jangan coba-coba “nyalon” menjadi gubernur DKI Jakarta.
Jangan begitu, dong, kawan. Kalau itu yang Anda kehendaki, Anda tidak fair. Kalau itu yang Anda impikan, itu sama saja Anda menjatuhkan calon yang kalian dukung. Maukah Ahok nanti dalam Pilkada Serentak 2017, hanya berhadapan dengan bumbung atau kotak kosong? Nggak asyik, kan?
Suka atau tidak suka ibarat berlatih tinju, Ahok harus punya sparing partner. “Mitra” paling tangguh buat Ahok adalah Yusril. Keberadaan Yusril harus bisa dijadikan ajang uji nyali bagi Ahok. Lebih dari dua tahun lalu, Ahok terpilih menjadi DKI-2, kan berkat tandem dengan Jokowi. Kalau tidak bertandem dengan Jokowi, belum tentu ia menjadi gubernur DKI Jakarta yang kini diirikan banyak tokoh.
Bagi Ahok, pertarungan dalam hajatan Pilkada Serentak 2017 tentunya adalah pengalaman pertama menuju DKI-1. Para pendukung Ahok boleh saja sesumbar bahwa mantan bupati Belitung Timur itu dalam rangka menuju ke sana tak punya lawan tanding, karena modal Ahok hanya satu, yaitu ia telah berpengalaman menjadi gubernur Jakarta.
Tolonglah redam dulu kebanggaan dan “kemenangan” Ahok yang sebenarnya belum terbukti. Masih jauh, bos! Tim sukses Ahok – juga Ahok sendiri – tak boleh mengabaikan, apalagi menganggap enteng reputasi Yusril.
Bicara soal keberanian, siapa pun mengakui, Ahok memang pemberani. Para koruptor, pejabat nakal, anggota DPRD korup, preman Kalijodo, dan pecundang-pecundang lain dilawan, singgasana mereka diobrak-abrik.
Beranikah Ahok melawan presiden? Tunggu dulu, ia tidak ada apa-apanya dengan Yusril. Hanya Yusril-lah satu-satunya pejabat (tokoh) yang berani melawan arus, menantang Susilo Bambang Yudhoyono yang waktu itu menjabat presiden Republik Indonesia.
Siapa pun pasti ingat Yusril pernah menjuluki SBY sebagai koruptor. Berani, nggak, Ahok mengatakan seperti itu kepada Jokowi? Banyak orang ketika itu ragu seberani itukah Yusril? Namun, sebagaimana dikutip Republika.co (25/8/2012), Yusril membenarkan pernyataannya di akun twitter pribadi dia @Yusrilihza_Mhd yang menyebut Presiden SBY layak dijuluki koruptor.
Selain membenarkan pernyataannya, Yusril juga mempersilakan Republika menjadikan kicauannya sebagai berita. "Ya silakan saja (dikutip),” ujar Yusril ketika itu. Ia menuding SBY koruptor karena senang memberikan grasi kepada para koruptor.
Hebat, kan, Yusril? Ia juga punya kekuatan magis yang luar biasa alias sakti. Buktinya tuduhan dan ujaran kebenciannya tak membuat SBY berang, apalagi menggugat atau memerkarakan Yusril ke polisi. Yang dituduh, sampai sekarang malah tenang-tenang, bahkan mengalami puncak kenikmatan setelah belakangan ini merasa (ya, cuma merasa) dikambinghitamkan oleh orang-orangnya Jokowi.
Yusril juga seorang profesional yang sangat konsisten dan konsekuen saat menjalankan tugasnya sebagai pengacara. Ia bisa memisahkan tugasnya sebagai ahli hukum tata negara/cendekiawan dan pengacara.
Dia menyebut SBY sebagai koruptor adalah menggunakan posisinya sebagai ahli hukum tata negara/cendekiawan. Sedangkan ketika menjalankan fungsinya sebagai pengacara, ia pun tidak segan-segan membela koruptor. Ia tercatat pernah membela terpidana korupsi Serius Taurus Nababan. Taurus melakukan aksi menilep uang negara dalam proyek pengadaan barang di Kabupaten Bekasi. Nggak gede, sih, cuma Rp 194 juta. Sayang, Yusril kandas saat memerkarakan kasus yang ditangani itu di tingkat PK (peninjauan kembali). Kalau menang, yah, lumayanlah.
Sebelumnya, Yusril juga pernah membela terdakwa korupsi mantan Kepala Dinas PU Deliserdang, Faisal. Saat disidang di Pengadilan Negeri (PN) Medan, Faisal dihukum 1,5 tahun penjara. Tapi oleh Pengadilan Tinggi (PT) Medan, hukuman Faisal dinaikkan menjadi 12 tahun penjara.
Yusril Ihza konsisten dan menghormati hukum. Meski kalah, ia tidak mencak-mencak atau protes, apalagi sampai memanas-manasi para koruptor agar melakukan aksi unjuk rasa telanjang. Yusril bukan Razman Arif Nasution, pengacara Kalijodo.
Sebagai pengacara, ia juga berani membela kliennya yang jelas-jelas diperlakukan “tidak adil” oleh penguasa, meski harus menerima tudingan ia dianggap tidak cinta kepada tanah airnya, Indonesia. Soal-soal begini, Ahok mana berani?
Sebagaimana telah kita ketahui bersama, Yusril Ihza Mahendra belum lama berselang memerkarakan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pujiastuti ke pengadilan lantaran hobinya menenggelamkan kapal asing pencuri ikan. Yusril tampil membela kapal asing si pencuri ikan. Pihak yang dibela adalah pemilik kapal pencuri ikan asal Thailand.
Yusril tetap tegar meski ia dicaci maki sebagai warga negara Indonesia yang tidak nasionalis. Sikap tegas Yusril tetap dipertahankan meskipun ia mendapat sindiran dari anggota DPR-RI, Ruhut Sitompul.
Ah, lagi-lagi Luhut. Sudahlah kawan, tak usahlah banyak cakap. Abang, bolehlah bilang Yusril membela yang bayar. Tapi, keadilan tetap harus ditegakkan. Jika negara salah, ya harus dilawan! Orang yang memiliki sikap tegas seperti ini cocok untuk memimpin Jakarta. Kalau negara saja dilawan, apalagi preman Tanah Abang dan Kalijodo? Itu, mah, kecil.
Kita juga salut, dalam membela “kebenaran”, Yusril tak melihat kasusnya apa dan kliennya siapa. Ini cocok buat Jakarta. Konkretnya, yang benar harus dibela, dan yang salah harus dihukum. Jadi, Yusril cocok jadi gubernur DKI Jakarta menggantikan Ahok yang beraninya cuma mengoprak-oprak orang yang sehari-hari berada di kawasan Jl Kebon Sirih (DPRD) dan Merdeka Selatan (Balai Kota).
Lihat, Yusril pun tak segan-segan membela pakar maritim Y. Paonganan alias Ongen yang waktu itu mendekam di penjara lantaran menyebarkan konten pornografi melalui akun twitternya @ypaonganan. Stop! Jangan berlogika ala Yusril: Sering memberikan grasi kepada koruptor = koruptor. Yusril belum sering, kok, membela kasus-kasus pornografi.
Dari berbagai prestasi yang diraih Yusril di atas, kita bisa simpulkan, selain tegas, Yusril juga peduli kepada mereka yang terpinggirkan dan terancam. Dalam soal beginian, Ahok dan Yusril bagaikan langit dan bumi. Entah sudah berapa banyak orang kecil warga DKI yang berprofesi sebagai pedagang kaki lima dan gelandangan yang mengotori ibukota negara ini berteriak karena digusur Ahok. Yusril tak sekali pun melakukannya.
Selamat datang Yusril. Anda berdua sama-sama berasal dari Belitung Timur. Sampai bertemu di ajang Pilkada Serentak 2017. Semoga impian Anda terwujud menjadi DKI-1 sebagai langkah awal menuju RI-1. Ingat, kelak kalau sudah maju menuju RI-1 jangan mundur lagi seperti yang Anda lakukan di awal-awal reformasi dulu. Padahal waktu itu Anda sudah nyaris menjadi presiden.
Kalau ada yang memaksa Anda mundur dengan berbagai cara, Anda harus berani mengatakan: “TIDAK!" Ucapkan kata itu sambil memperlihatkan kelima jari Anda ke depan.[]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H