[caption caption="Surat Terbuka Buat Ahok"]BAPAK Basuki Tjahaja Purnama yang saya hormati dan kasihi.
Semoga Bapak tetap sehat dan terus mendapat perlindungan dari Tuhan Yang Mahakuasa, sehingga Bapak senantiasa bercahaya dan bersinar layaknya bulan sedang purnama. Dengan begitu, di bawah kepemimpinan Bapak, Jakarta dan warganya tetap merasakan suka cita dan bersemangat menjadi warga kota yang baik.
Sekali lagi, saya mohon maaf, untuk kedua kalinya saya lancang menulis surat ini melalui dunia maya, sehingga bisa terbaca oleh siapa pun.
Pertama-tama saya ucapkan selamat kepada Bapak yang telah berani mengambil keputusan (bertekad) untuk melanjutkan kepemimpinan sebagai gubernur Jakarta melalui jalur independen.
Meskipun banyak tantangannya, mencalonkan kembali sebagai gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 lewat jalur itu jauh lebih baik daripada lewat jalur partai, karena (maaf), motivasi parpol mencalonkan seorang tokoh biasanya berorientasi kekuasaan, bukan pelayanan.
Sudahlah, tidak usah hiraukan PDIP yang tampaknya belakangan ini agak arogan karena menilai Bapak juga arogan mentang-mentang sudah didukung anak-anak muda yang tergabung dalam Teman Ahok. Bisa jadi PDIP benar. Jadikanlah semua itu sebagai bahan introspeksi buat Bapak.
Jangan samakan PDIP dengan Partai NasDem meskipun ideologi kedua partai itu sama. Jika NasDem mendukung Bapak tanpa syarat, tidaklah mungkin Bapak memaksa PDIP mendukung Bapak juga tanpa syarat. Maaf, saya tidak mau terlalu jauh membahas soal ini, sebab saya khawatir apa yang saya tulis di sini bisa ditafsirkan bahwa saya mengadu domba Bapak dengan PDIP. Kita tetap harus hargai, apa pun yang diputuskan PDIP tentang proses menuju DKI-1.
Banyak jalan menuju Roma. Banyak cara untuk tetap menjadi DKI-1. Berterimakasihlah kepada Teman Ahok dan juga Muda Mudi Ahok yang sampai sekarang mengumpulkan KTP dukungan buat Bapak. Hargailah dan apresiasilah anak-anak ini. Sampai kemarin, berkat jerih payah mereka, Teman Ahok telah berhasil mengumpulkan KTP dukungan buat Bapak sebanyak 760.000 lebih. Saya belum tahu berapa banyak KTP yang dikumpulkan Muda Mudi Ahok yang sebagian besar anggotanya simpatisan Partai NasDem.
Jika memang Bapak bertekad menuju DKI-1 untuk kali kedua melalui jalur independen, saya mohon Bapak konsisten dan konsekuen. Tetaplah maju, meskipun (siapa tahu?) KTP dukungan yang terkumpul tidak mencapai 1.000.000. Bukankah undang-undang mensyaratkan calon independen yang diperlukan bagi calon independen cukup 500.000-an? Janganlah KTP yang sudah dikumpulkan Teman Ahok menjadi mubazir.
Saya kok yakin, banyak warga DKI Jakarta yang rindu memberikan dukungan kepada Bapak dan berniat menyerahkan fotokopi KTP. Jumlah mereka mungkin bisa lebih dari 1.000.000. Tapi, karena terkendala masalah teknis, mereka tidak lakukan. Mungkin juga bingung karena mereka tidak tahu bagaimana cara mengisi formulir dukungan buat Bapak. Sudahlah, Bapak tidak perlu risaukan ini, toh di belakang Bapak ada Partai NasDem yang siap mendukung Bapak tanpa syarat.
Proses menuju ke DKI-1 Februari 2017 mendatang memang tidak semudah ketika Bapak maju sebagai calon wakil gubernur (DKI-2) bersama Pak Jokowi lebih dari tiga tahun lalu. Serangan kepada Bapak dengan peluru SARA masih terus membahana. Bagaimana lagi, itu tidak bisa Bapak hindari, sebab Bapak tidak pernah minta dilahirkan bukan sebagai orang Tionghoa. Bapak pun dicap sebagai kafir hanya lantaran Bapak penganut setia Kristen.
Sudahlah, Pak, tidak usah galau. Bukan hanya Bapak, banyak orang yang sampai sekarang juga bingung, kok, apa sesungguhnya dosa orang keturunan Tionghoa dan Kristen, sampai-sampai orang semacam Habib (?) Rizieq membenci Bapak setengah mati.
Video ceramah Rizieq yang isinya berupa agitasi dan hasutan agar warga Jakarta membenci Bapak dan karenanya jangan memilih calon gubernur “China” dan “kafir” masih tersebar luas di media sosial.
Saya berharap Rizieq tidak membenci Bapak, tapi membenci ucapan-ucapan atau tutur kata Bapak yang selama ini sangat keras dan maaf tidak elok. Manusia memang tidak sempurna. Penuh khilaf. Karena itu selayaknya kita minta ampun kepada-Nya.
Ada baiknya, Bapak merenungkan syair lagu gubahan Charles H. Gabriel (1934) berjudul “Tuhan, Bila Hati Kawanku” sebagaimana terdapat dalam Kidung Jemaat No 467. Saya percaya Bapak pasti pernah menyanyikan lagu tersebut saat beribadah di gereja. Info yang saya peroleh, banyak jemaah gereja yang menangis saat melantunkan lagu tersebut. Syairnya seperti ini:
1. Tuhanku, bila hati kawanku terluka oleh tingkah ujarku, dan kehendak-Mu jadi panduku, ampunilah.
2. Jikalau tuturku tak semena dan aku tolak orang berkesah, pikiran dan tuturku bercela, ampunilah.
3. Dan hari ini aku bersembah serta padaMu, Bapa, berserah, berikan daku kasihMu mesra. Amin, amin.
Saya percaya Rizieq seperti saudara-saudaranya yang lain di negeri ini adalah penganut Islam yang baik. Saya yakin Bapak juga mengimani bahwa 100 persen umat Islam di Indonesia sangat baik, taat dan toleran serta siap menebarkan cinta, karena sesungguhnya Islam adalah rahmat bagi semua makhluk (rahmatan lil’alamin). Jika pun Rizieq berkata-kata ngawur tentang Bapak, bisa jadi “bliis” sedang menggoda dia.
Tak usahlah Bapak dendam kepada Rizieq. Ingatlah 100 persen umat Islam di Indonesia taat menebarkan kebaikan. Bukankah anak-anak muda yang tergabung di Teman Ahok yang mendukung Bapak, sebagian besar penganut Islam, dan yang perempuan bahkan mengenakan hijab?
Oleh sebab itu guna membangun tali silaturahmi, alangkah baiknya jika Bapak berkenan mengunjungi kediaman Rizieq di Petamburan, Tanah Abang. Ini tidak melanggar hak asasi dan protokoler, kan?
Bercengkeramalah dengannya. Kasihilah dia. Mintalah masukan bagaimana membangun Jakarta menjadi kota yang berakhlak. Siapa tahu Rizieq memberikan masukan kepada Bapak tentang lokasi/tempat maksiat sejenis Kalijodo yang selayaknya Bapak gusur. Lepaskan ego diri dan kelompok. Satukanlah visi bahwa Anda berdua adalah manusia ciptaan Tuhan yang sempurna dan siap untuk saling membangun tali persaudaraan. Saya percaya Rizieq juga punya hati.
Dia dan kawan-kawannya di FPI, kan, warga Jakarta yang punya hak pilih. Tapi, setelah Bapak "sowan" ke Rizieq, tak usahlah berharap mereka akan memilih Bapak dalam Pilkada Serentak 2017 nanti.
Saya percaya banyak warga Jakarta yang akan memilih Bapak, termasuk mereka yang tidak setuju dengan usulan saya agar Bapak menemui Rizieq melalui surat terbuka ini.
Demikian surat terbuka saya yang kedua. Salam untuk Ibu Verenica Tan dan anak-anak. Sukses untuk Bapak.[]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H