PARA gubernur terpilih hasil Pilkada Serentak 2015 kini tidak lagi dilantik Menteri Dalam Negeri, tapi langsung oleh Presiden di Istana Negara. Maklum, gubernur adalah kepanjangan tangan pemerintah pusat (Presiden). Muncul pemikiran sinting apa yang akan dikatakan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) jika ia menjadi presiden dan melantik para gubernur.
Melantik para gubernur belum lama berselang, Presiden Joko Widodo ketika memberikan sambutan, suaranya datar-datar saja. Dalam kesempatan itu, dia mengatakan masih ada lanjutan ujian yang maha berat bagi para gubernur dan wakil gubernur, yakni mewujudkan janji-janji untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat di daerahnya masing-masing.
“Kini saatnya para gubernur dan wakil gubernur untuk bekerja keras guna memastikan seluruh rakyat merasakan kehadiran pemerintah dalam kehidupan sehari-hari mereka,” kata Jokowi.
Pada saat itu Jokowi juga menegaskan bahwa gubernur adalah wakil pemerintah pusat di daerah. “Oleh sebab itu dalam melaksanakan pembangunan daerah, gubernur hendaknya berpedoman pada visi-misi Presiden yang tertuang dalam Nawa Cita.”
Kira-kira apakah kata-kata seperti itu yang akan diucapkan Ahok jika ia melantik gubernur di Istana Negara?
Saya membayangkan tidak. Boleh jadi kata-kata yang ia ucapkan (tanpa membaca teks pidato yang sudah disiapkan tim ahli) adalah seperti ini:
“Saudara-saudara, saya sebagai presiden mengucapkan selamat atas terpilihnya Saudara sebagai gubernur dalam pilkada tempo hari. Saya yakin, ada di antara Saudara yang terpilih menjadi gubernur bukan karena prestasi, tapi karena Saudara membayar para pemilih.”
“Karena KPU telah menetapkan Saudara sebagai pemenang pilkada dan menjadi kepala daerah untuk tingkat provinsi, maka kontitusi mengharuskan saya untuk melantik saudara-saudara.”
“Tapi setelah saudara-saudara dilantik, maka sejak itu saudara-saudara resmi menjadi wakil pemerintah pusat di daerah. Itu berarti saudara-saudara harus tunduk kepada presiden. Tidak bisa main-main kepada saya, apalagi berjalan sendiri-sendiri.”
“Meskipun saudara dipilih oleh rakyat secara langsung, bukan berarti saudara bisa berperilaku seperti raja. Kalau mau jadi raja, di hutan sana yang banyak singanya dan siapa tahu saudara bisa jadi raja singa. Negeri ini tidak membutuhkan raja, tapi pelayan rakyat.”
“Nah, tadi saya bilang bahwa sangat mungkin ada di antara saudara yang terpilih karena politik uang, money politics. Apa yang saudara lakukan harus saudara pertanggungjawabkan. Jika kemudian KPK mendapati bahwa sebelum mencalonkan diri saudara punya uang dari nyolong, apalagi saudara-saudara yang incumbent, maka saya tidak punya hak untuk menghentikan apa yang akan dilakukan KPK terhadap saudara."
"Negeri ini tidak boleh diisi pencoleng-pencoleng, apalagi pencoleng uang negara. Kalau nantinya KPK menetapkan saudara sebagai tersangka, saya akan langsung pecat saudara. Saya berhak untuk itu tanpa menunggu keputusan pengadilan. Masa saya tidak percaya sama KPK? Kalau KPK tidak kita beri mandat untuk menangkap itu pencoleng-pencoleng, ya buat apa KPK? Kita bubarkan saja KPK.”
“Ya, saya akan pecatin saudara. Masih banyak kok calon pemimpin yang bersih yang pantas menggantikan gubernur korup. Mereka tentu lebih pantas memimpin daripada gubernur korup yang memalukan negara.”
“Kalau saya ditanya, sebaiknya harus diapakah koruptor-koruptor seperti ini? Saya ingin gubernur korup, selain dihukum berat, ya dimiskinkan tujuh atau delapan keturunan. Sita rumah mewahnya untuk negara. Rumah itu dibeli, kan pakai uang negara meskipun dari hasil korupsi. Ya, kembalikan, dong, ke negara, masa dipakai untuk anak bininya. Enak betul mereka?”
“Kalau tidak dimiskinkan, para koruptor tidak akan jera. Tapi, saya tidak kejam-kejam amat, kok. Saya akan koordinasi dengan Gubernur DKI Jakarta agar menyediakan rumah susun buat keluarga koruptor ini, supaya nggak terlalu njomplang gitu, loh?”
“Saat saya menjadi gubernur Jakarta, saya memang nggak punya kuasa. Jika saya punya kuasa, maka saya akan memiskinkan koruptor. Kalau ada pemiskinan buat koruptor, baru seru. Saya sekarang diberi kesempatan untuk berkuasa sebagai presiden, sementara saudara-saudara gubernur adalah mitra kerja saya di daerah. Karena itu jika saudara tidak becus menjaga moral dan saudara korupsi, ya saya akan memiskinkan saudara.”
“Karena itu, jika saudara tidak siap, lebih baik berterus terang kepada saya. Jika perlu setelah pelantikan ini, saudara segera mundur. Itu lebih baik daripada KPK yang memundurkan saudara.”
“Buat para gubernur yang tadi baru mengucapkan sumpah dan janji. Perhatikan dan ingat baik-baik apa yang saudara ucapkan. Jangan main-main dengan sumpah jabatan, sebab saat mengucapkan itu, saudara memegang kitab suci dan kitab suci itu juga diletakkan di atas kepala saudara.”
“Perhatikan dan ingat baik-baik apa yang tertulis di dalam kitab suci saudara. Jika saudara sekadar mengucapkan sumpah dan menganggap formalitas semata, lalu setelah saudara menjabat gubernur, mental maling masih saudara pelihara dan menilep uang negara, buat apa saudara mengucapkan sumpah.”
“Sekali lagi jangan main-main dengan sumpah jabatan. Ketika saudara mengucapkan sumpah, sebenarnya saudara berjanji sama Tuhan. Tapi, begitu jadi pejabat, sudara tetap bermental maling, lebih baik saudara jangan beragama. Itu lebih baik daripada saudara membuat malu agama yang saudara anut.”
“Dalam kesempatan ini saya juga mengingatkan bahwa keberadaan saudara di daerah adalah mitra pemerintah pusat. Otonomi daerah jangan saudara salahgunakan dan jadikan alat konstitusi untuk melegalkan tindakan serong yang akan saudara lakukan.”
“Jangan coba kongkalikoing dengan DPRD dengan membuat peraturan yang ujung-ujungnya memperkaya saudara dan kroni-kroni DPRD. Pengalaman DPRD DKI Jakarta tidak boleh terjadi di daerah yang saudara pimpin.”
“NKRI harus kita junjung tinggi. Awasi para bupati dan wali kota. Jangan sampai mereka membuat perda-perda diskriminatif dan membuat kerajaan-kerajaan kecil di daerah. Kalau sampai ini terjadi, saya akan minta pertanggungjawaban saudara. Kalau sampai itu terjadi, berarti saudara tidak becus bekerja. Saya akan pecat saudara. Banyak, kok, yang antre ingin jadi gubernur.”
Ah, saya cuma berkhayal, sebab faktanya Ahok hanya seorang gubernur dan masih terus berjuang untuk menduduki jabatan itu untuk kali yang kedua lewat Pilkada Serentak 2017 nanti. Itu pun belum tentu mulus, sebab ada Yusril Ihza Mahendra yang rendah hati dan Ahmad Dhani yang senang mengambil hati warga Kalijodo dan membuat para perempuan penghibur lelaki hidung belang di sana (waktu itu) kesengsem.[]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H