"Negeri ini tidak boleh diisi pencoleng-pencoleng, apalagi pencoleng uang negara. Kalau nantinya KPK menetapkan saudara sebagai tersangka, saya akan langsung pecat saudara. Saya berhak untuk itu tanpa menunggu keputusan pengadilan. Masa saya tidak percaya sama KPK? Kalau KPK tidak kita beri mandat untuk menangkap itu pencoleng-pencoleng, ya buat apa KPK? Kita bubarkan saja KPK.”
“Ya, saya akan pecatin saudara. Masih banyak kok calon pemimpin yang bersih yang pantas menggantikan gubernur korup. Mereka tentu lebih pantas memimpin daripada gubernur korup yang memalukan negara.”
“Kalau saya ditanya, sebaiknya harus diapakah koruptor-koruptor seperti ini? Saya ingin gubernur korup, selain dihukum berat, ya dimiskinkan tujuh atau delapan keturunan. Sita rumah mewahnya untuk negara. Rumah itu dibeli, kan pakai uang negara meskipun dari hasil korupsi. Ya, kembalikan, dong, ke negara, masa dipakai untuk anak bininya. Enak betul mereka?”
“Kalau tidak dimiskinkan, para koruptor tidak akan jera. Tapi, saya tidak kejam-kejam amat, kok. Saya akan koordinasi dengan Gubernur DKI Jakarta agar menyediakan rumah susun buat keluarga koruptor ini, supaya nggak terlalu njomplang gitu, loh?”
“Saat saya menjadi gubernur Jakarta, saya memang nggak punya kuasa. Jika saya punya kuasa, maka saya akan memiskinkan koruptor. Kalau ada pemiskinan buat koruptor, baru seru. Saya sekarang diberi kesempatan untuk berkuasa sebagai presiden, sementara saudara-saudara gubernur adalah mitra kerja saya di daerah. Karena itu jika saudara tidak becus menjaga moral dan saudara korupsi, ya saya akan memiskinkan saudara.”
“Karena itu, jika saudara tidak siap, lebih baik berterus terang kepada saya. Jika perlu setelah pelantikan ini, saudara segera mundur. Itu lebih baik daripada KPK yang memundurkan saudara.”
“Buat para gubernur yang tadi baru mengucapkan sumpah dan janji. Perhatikan dan ingat baik-baik apa yang saudara ucapkan. Jangan main-main dengan sumpah jabatan, sebab saat mengucapkan itu, saudara memegang kitab suci dan kitab suci itu juga diletakkan di atas kepala saudara.”
“Perhatikan dan ingat baik-baik apa yang tertulis di dalam kitab suci saudara. Jika saudara sekadar mengucapkan sumpah dan menganggap formalitas semata, lalu setelah saudara menjabat gubernur, mental maling masih saudara pelihara dan menilep uang negara, buat apa saudara mengucapkan sumpah.”
“Sekali lagi jangan main-main dengan sumpah jabatan. Ketika saudara mengucapkan sumpah, sebenarnya saudara berjanji sama Tuhan. Tapi, begitu jadi pejabat, sudara tetap bermental maling, lebih baik saudara jangan beragama. Itu lebih baik daripada saudara membuat malu agama yang saudara anut.”
“Dalam kesempatan ini saya juga mengingatkan bahwa keberadaan saudara di daerah adalah mitra pemerintah pusat. Otonomi daerah jangan saudara salahgunakan dan jadikan alat konstitusi untuk melegalkan tindakan serong yang akan saudara lakukan.”
“Jangan coba kongkalikoing dengan DPRD dengan membuat peraturan yang ujung-ujungnya memperkaya saudara dan kroni-kroni DPRD. Pengalaman DPRD DKI Jakarta tidak boleh terjadi di daerah yang saudara pimpin.”