Prakiraan Razman itu ditunggu banyak orang, tidak saja yang tinggal di Jakarta, tapi juga yang tinggal di Bekasi, Bogor, Depok dan Tangerang. Mereka, terutama para lelaki sudah tidak sabar menanti, kapan hari H demo bugil itu tiba. Atraksi ini pastinya tak kalah menarik dengan gerhana matahari total pada 9 Maret mendatang. Ini peluang bisnis buat perusahaan event organizer (EO) dan biro perjalanan. Nama acaranya: “Nonton Bareng Konser Demo Bugil Kalijodo.”
Pekan pertama sejak Ahok mencanangkan bakal menggusur Kalijodo, berita begitu gegap gempita menyudutkan mantan bupati Belitung Timur itu. Tapi, dia tidak surut, bahkan makin galak.
Namun, hari-hari ini mestakung mendukung Ahok. Para perempuan yang disebut Razman bakal demo telanjang itu, sebagian malah sudah pulang kampung.
Karena itu feature yang ditulis koran Kompas hari ini (Senin 22 Februari) sungguh menarik, judulnya “Dan Pesta Itu Pun Usai ...” Dalam tulisan tersebut Kompas menceritakan kisah perempuan asal Yogyakarta bernama Nanik (43) yang punya usaha rumah bordil di Kalijodo. Setelah rumah bordilnya ditutup, ia dan anak-anaknya akan pulang kampung dan membuka bisnis home-stay dan kafe di Yogyakarta.
Ia justru mengungkapkan rasa syukurnya begitu mengetahui Kalijodo akan digusur, termasuk rumah bordilnya. “Kalau nggak ditutup, terus kapan saya mau serius membangun home stay dan kafe di Kaliurang, Yogyakarta,” ujar Nanik kepada para wartawan.
“Anak-anak” yang ditampung di rumah bordilnya, menurut Nanik, satu per satu juga sudah kembali ke kampung halaman masing-masing sejak hampir sepekan ini. Waduh, “harapan” Razman ada 1.000 peserta demo telanjang, bakal tidak lengkap, dong!
Begitulah kalau mestakung sedang berkarya. Begitulah kalau hidayah sedang menjamah manusia. Begitulah kalau Tuhan sedang bekerja atas niat baik umat-Nya. Apa yang tidak mungkin menjadi mungkin. Apa yang mustahil bisa menjadi kenyataan.
Penggusuran Kalijodo pasti akan menghilangan semua, termasuk sejumlah rumah ibadah, baik masjid maupun gereja. Yang ajaib, umat tidak marah, padahal di kawasan itu ada tokoh masjid yang rutin mengadakan tahlilan bersama para perempuan penjaja “cinta” supaya para perempuan itu tobat dan kembali ke jalan yang benar.
Sangat mungkin, proses pertobatan itu datang dan menampakkan hasilnya manakala Ahok menggusur Kalijodo. Jika Ahok tak bertindak tegas, sangat mungkin para perempuan yang telah dibina oleh tokoh masjid tersebut kembali tergoda ke rumah bordil. Bayangkan siapa yang tidak tergoda sekali menggelinjang dapat Rp 200.000 atau bahkan lebih.
Di Kalijodo rupanya juga ada gereja. Persisnya Gereja Bethel Indonesia (GBI). Tidak ada kompromi, gereja ini pun harus menyingkir dari Kalijodo padahal bangunan gereja ini telah berdiri di kawasan ini sudah 48 tahun!
Hari Minggu 21 Februari lalu, jemaat GBI mengadakan ibadah yang terakhir di Kalijodo. Di depan gedung gereja terpampang spanduk bertuliskan: “Terimakasih masyarakat Kalijodo untuk 48 tahun kebersamaan. Tuhan mengasihi kita semua.”