Lalu bagaimana dengan PPP yang terlanjur panas hati lantaran kader andalannya, Haji Lulung, di-bully Ahok? Partai ini punya kursi di DPRD DKI Jakarta dalam jumlah lumayan, 10. Agar bisa mengusung Lulung, PPP mesti berkongsi dengan partai lain. Persoalnya siapa yang mau diajak PPP berkongsi ngeroyok Ahok?
Berkongsi dengan Golkar yang punya 9 (sembilan) kursi belum cukup. Partai ini tampaknya juga bakal mengajukan calon sendiri meskipun sudah melambaikan tangan meninggalkan Koalisi Merah Putih (KMP).
Berkongsi dengan Demokrat yang punya 10 kursi juga belum klop, sementara Demokrat sudah punya calon sendiri (nggak tahu ini resmi atau liar), yaitu Hasnaeni Moein alias “Wanita Emas”. Jika seluruh warga Jakarta berjenis kelamin laki-laki dan bukan pendukung LBGT, boleh jadi mereka akan memilih Hasnaeni karena parasnya lumayan molek. Soal kemampuan inteleknya, nanti dulu deh, nggak penting.
Karena merasa berada di atas angin, maka Gerindra-lah yang proaktif mengatur strategi gerakan kongsi mengeroyok Ahok. Jauh-jauh hari sejumlah orang beken sudah digadang-gadang untuk melawan Ahok dan diumumkan ke publik: Sandiaga Uno, Ridwan Kamil, dan Ichsanuddin Noorsy.
Sangat mungkin mendekati pilkada, partai-partai yang merapat ke Gerindra adalah PKS, PKB, PAN, PBB, PPP, dan Golkar. Mereka bersepakat berkongsi mengeroyok Ahok. Partai yang diharapkan bisa membela Ahok selain NasDem adalah Partai Hanura.
Siapa pun sang pembela, tampaknya Ahok tetap akan maju bertarung di pilkada tahun depan lewat jalur independen. KTP dukungan untuk Ahok sore ini (Rabu 17 Februari) telah mencapai 707.151. Teman Ahok, Muda Mudi Ahok, dan Sahabat Ahok terus berupaya mengumpulkan KTP hingga tembus 1.000.000. Mereka tidak rela tersaingi “1.000.000 KTP” Yusril.[]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H