Mohon tunggu...
Gan Pradana
Gan Pradana Mohon Tunggu... Dosen - Hobi menulis dan berminat di dunia politik

Saya orang Indonesia yang mencoba menjadi warga negara yang baik.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Berkongsi Keroyok Ahok

17 Februari 2016   18:15 Diperbarui: 17 Februari 2016   18:30 1304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

SAMPAI hari ini (Rabu 17 Februari 2016) baru Partai NasDem yang secara terang-terangan mendukung Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) agar maju lagi sebagai gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022.

Sampai hari ini pula, sudah ada delapan partai yang bersekutu bakal mengeroyok Ahok. Kedelapan parpol tersebut: Gerindra, Partai Persatuan Pembanguan (PPP), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Golkar,  Partai Demokrat, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Bulan Bintang (PBB).

PDI Perjuangan (PDIP) sampai hari ini masih belum menentukan sikap, pun demikian dengan Partai Hanura. Besar kemungkinan PDIP akan mendukung Ahok dan menempatkan kadernya, Djarot Saiful Hidayat yang kini menjabat sebagai wakil gubernur DKI Jakarta, tetap sebagai calon wakil gubernur mendampingi Ahok. PDIP akan menghadapi risiko tak sedap jika ia tidak mendukung Ahok.

Karena kursi Gerindra di DPRD DKI Jakarta ada 15, maka ia berpeluang mencari calon gubernur sendiri untuk menandingi Ahok. Maka jangan heran jika partai ini yang paling getol mencari sohib, baik partai maupun tokoh. Andai saja Gerindra tetap kompak-kompakan dengan PKS – sampai saat ini dua partai ini yang masih bertahan di Koalisi Merah Putih (KMP) --, maka partai ini bisa saja mengusung Adhyaksa Dault (PKS). Kursi PKS di DPRD DKI lumayan, ada 11 buah. Digabungkan dengan Gerindra, total ada 26 kursi. UU No 8 Tahun 2015 mengatur, untuk bisa mengajukan calon gubernur DKI, parpol minimal harus punya 22 kursi.

PKB yang cuma punya 6 (enam) kursi juga berambisi memupus dominasi Ahok dengan merekrut Ahmad Dhani (nggak tahu ini serius atau sekadar guyonan). Ada yang meragukan, jangan-jangan Ahmad Dhani bernasib seperti Rhoma Irama yang pernah dicalonkan PKB jadi presiden. Eh, di pengujung jalan, PKB meninggalkan Rhoma yang karena kesal akhirnya sang Raja Dangdut mendirikan Partai Islam Damai dan Aman (Idaman).

Saya khawatir jika Ahmad Dhani diperlakukan model “tipu-tipu PKB”, ia akan bersolo karier mendirikan “Republik Mimpi”.

Beruntung, Gerindra kasihan kepada PKB yang cuma punya enam kursi. Kabar terakhir, Gerindra yang berprinsip “asal bukan Ahok” memasukkan Ahmad Dhani dalam nominasi penerima gelar “ditimang” jadi calon gubernur.

Muluskah “koalisi” Gerindra-PKB? Belum, sebab jumlah suara mereka baru 21 (15 + 6). Gerindra mesti mengajak partai lain. Bisa jadi partainya Prabowo Subianto ini akan mengajak PAN yang mengantongi 2 (dua) kursi di DPRD DKI Jakarta. Yah, lumayanlah, apalagi “calon” PAN yang sempat beredar (Eko Patrio dan Dessy Ratnasari) nggak laku jual meski nama keduanya kinclong di dunia entertainment. Ada malah yang mencibir PAN, cuma punya dua kursi kok nyalon. Orang Jawa bilang cecak nguntal (menelan) setrika. Kasihan deh lo.

Setali tiga uang dengan PAN adalah Partai Bulan Bintang (PBB). Partai ini, jangankan kursi yang bisa diduduki, kaki kursi pun tidak punya. Namun, sang ketua umum, Yusril Ihza Mahendara sudah merasa berada di atas angin bisa mengalahkan Ahok dalam Pilkada Serentak 2017 nanti.

Yusril juga mengklaim sudah berhasil mengumpulkan 1.000.000 KTP sebagai syarat pencalonan. Hebat! Jika Gerindra tak meminangnya, dengan modal itu, ia bisa melenggang lewat jalur independen. Jika ternyata belakangan angka dukungan 1.000.000 itu fiktif, ia masih punya modal (ini tidak fiktif), yaitu perolehan suara PBB di DKI yang  60.759.

Ibarat mobil bekas, suara itu bisa dijual Yusril ke Gerindra. Dengan pongah, Yusril bisa bilang ke Gerindra: “Calon lo pengen menang,  bayar dulu dong.” Ya, nggak apa-apalah niru gaya Pak Ogah. Yang penting berkongsi mengeroyok Ahok terlaksana.

Lalu bagaimana dengan PPP yang terlanjur panas hati lantaran  kader andalannya, Haji Lulung, di-bully Ahok? Partai ini punya kursi di DPRD DKI Jakarta dalam jumlah lumayan, 10. Agar bisa mengusung Lulung, PPP mesti berkongsi dengan partai lain. Persoalnya siapa yang mau diajak PPP berkongsi ngeroyok Ahok?   

Berkongsi dengan Golkar yang punya 9 (sembilan) kursi belum cukup. Partai ini tampaknya juga bakal mengajukan calon sendiri meskipun sudah melambaikan tangan meninggalkan Koalisi Merah Putih (KMP).

Berkongsi dengan Demokrat yang punya 10 kursi juga belum klop, sementara Demokrat sudah punya calon sendiri (nggak tahu ini resmi atau liar), yaitu  Hasnaeni Moein alias “Wanita Emas”. Jika seluruh warga Jakarta berjenis  kelamin laki-laki dan bukan pendukung LBGT, boleh jadi mereka akan memilih Hasnaeni karena parasnya lumayan molek. Soal kemampuan inteleknya, nanti dulu deh, nggak penting.

Karena merasa berada di atas angin, maka Gerindra-lah yang proaktif mengatur strategi gerakan kongsi mengeroyok Ahok. Jauh-jauh hari sejumlah orang beken sudah digadang-gadang untuk melawan Ahok dan diumumkan ke publik: Sandiaga Uno, Ridwan Kamil, dan Ichsanuddin Noorsy.

Sangat mungkin mendekati pilkada, partai-partai yang merapat ke Gerindra adalah PKS, PKB, PAN, PBB, PPP, dan Golkar. Mereka bersepakat berkongsi mengeroyok Ahok. Partai yang diharapkan bisa membela Ahok selain NasDem adalah Partai Hanura.

Siapa pun sang pembela, tampaknya Ahok tetap akan maju bertarung di pilkada tahun depan lewat jalur independen. KTP dukungan untuk Ahok  sore ini (Rabu 17 Februari) telah mencapai  707.151. Teman Ahok, Muda Mudi Ahok, dan Sahabat Ahok terus berupaya mengumpulkan KTP hingga tembus 1.000.000. Mereka tidak rela tersaingi “1.000.000 KTP” Yusril.[]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun