HINGGA Senin (7/12) siang tadi, sidang lanjutan kasus “papa minta saham” terbuka atau tertutup, serba tidak jelas. Agenda Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) hari ini adalah mendengarkan keterangan Ketua DPR Setya Novanto yang dituding melakukan pelanggaran etika menyangkut perpanjangan kontrak PT Freeport.
Dua kali sidang sebelumnya, persidangan MKD dilakukan secara terbuka, yaitu saat MKD mendengar keketerangan Sudirman Said (Menteri ESDM) yang mengadukan Setya Novanto, dan mendengar kesaksian Presdir PT Freeport Indonesia Maroef Sjamsoeddin.
Maroef adalah orang yang merekam pembicaraan antara dia, Novanto dan Muhammad Riza Chalid. Saat memberikan keterangan, Sudirman Said dan Maroef diperlakukan layaknya terdakwa dalam sebuah sidang pengadilan. Para anggota MKD yang memperlakukan keduanya sebagai terdakwa adalah mereka yang berasal dari Fraksi Golkar, Gerindra dan Partai Persatuan Pembangunan.
Dalam sidang, dari pertanyaan yang diajukan, mereka jelas-jelas membela Setya Novanto karena menganggap bos mereka tidak bersalah, tidak melanggar etika. Pokoknya tak setitik noda pun ada pada diri Novanto.
Seperti catatan saya sebelumnya, mereka tampil bagaikan “pengacara”. Para pengacara Novanto di forum persidangan MKD itu adalah Abdul Kahar Muzakir, Ridwan Bae dan Adies Kahar (ketiganya Fraksi Golkar). Mereka mendapat sokongan “pengacara” dari fraksi lain, yaitu Zainut Tauhid (PPP) dan Sufni Dasco Ahmad (Gerindra), serta Supratman Andi Agtas (Gerindra).
Sampai pukul 15.00 tadi, wartawan masih menunggu apa keputusan MKD, melakukan sidang secara terbuka atau tertutup. Sekitar pukul 14.30-an tadi, Setya Novanto sudah masuk ke ruang sidang melalui pintu samping. Semua wartawan yang mencegat di pintu utama kecele.
Dikabarkan, para anggota MKD sedang berdebat tentang sidang yang beragenda tunggal mendengar keterangan Novanto terbuka atau tertutup. Kabar paling gres, atas saran Novanto, sidang sudah berlangsung tertutup. Sudah bisa ditebak, pertanyaan yang dilontarkan konco-konco Novanto pasti akan melenceng ke mana-mana. Kira-kira seperti inilah:
Abdul Kahar Muzakir (AKM): Maaf Yang Mulia Bapak Setya Novanto, sebab persidangan agak molor. Saya menaruh hormat kepada Bapak yang telah sabar menunggu dan berkenan hadir dalam sidang yang amat sangat mulia ini. Ya, sangat mulia, sebab forum ini ingin menegakkan kebenaran.
Setya Novanto (SN): Terimakasih Yang Mulia. Kebenaran memang harus ditegakkan. Doakan saya Yang Mulia.
AKM: Sebelum saya lanjutkan persidangan ini, terlebih dulu saya ucapkan selamat atas pernikahan Bapak beberapa hari lalu. Wah, resepsinya meriah, ya, sebab berlangsung di Hotel Mulia.
SN: Terimakasih Yang Mulia. Doakan, anak kami dapat membangun rumah tangga yang sakinah dan mawardah.
AKM: Baik, sekarang saya akan konfirmasi kepada Bapak. Benarkah Bapak mencatut nama Presiden dan Wakil Presiden untuk minta saham kepada PT Freeport?
SN: Tidak benar Yang Mulia. Itu fitnah. Saya tidak pernah minta saham, sebab saya sudah punya saham di mana-mana. Saya, kan pengusaha. Sumpah, disambar gledek, saya juga tidak pernah mencatut nama Presiden dan Wapres. Ngapain saya mencatut-catut nama mereka. Ngeri.
AKM: Tempo hari Bapak juga sudah menjelaskan bahwa Bapak tidak mencatut nama presiden dan wapres sebab mereka adalah bagian dari simbol negara. Saya percaya Bapak tidak senaif itu karena Bapak sangat menghormati simbol-simbol negara dan tidak akan mencederainya. Saya percaya apa yang Bapak jelaskan.
SN: Terimakasih Yang Mulia atas dukungannya. Doakan Yang Mulia agar saya tetap mengdepankan kepentingan bangsa dan negara.
AKM: Benar, Bapak sebagai ketua DPR memang harus menjaga wibawa bangsa dan negara. Mendengar rekaman pembicaraan di sidang MKD tempo hari, ucapan Bapak memang sangat berwibawa dan sama sekali tidak punya motif bisnis, apalagi mencari keuntungan untuk diri sendiri.
SN: Betul sekali yang mulia. Apa yang saya sampaikan dalam pertemuan itu memang untuk kepentingan bangsa dan negara, utamanya masyarakat Papua yang selama ini ditinggalkan, baik oleh PT Freeport maupun pemerintah.
AKM: Wow, luar biasa sekali dedikasi Bapak Setya Novanto untuk bangsa ini. Saya bangga dengan dedikasi Bapak. Makanya di forum mulia ini saya tidak segan-segan membela Bapak. Lha wong Bapak memang tidak salah kok. Itu Sudirman Said yang mengadu ke MKD memang tidak tahu diri. Atau jangan-jangan dia dan kelompoknya yang ingin jadi mafia baru di dunia pertambangan.
SN: Benar Yang Mulia. Saya juga berpikir seperti itu. Terimakasih atas apresiasi yang diberikan kepada saya. Saya memang negarawan. Saya mencurigai ada pihak yang tidak senang dengan kiprah saya di politik dan dunia usaha.
ABDUL KAHAR MUZAKIR YANG MEMIMPIN SIDANG KEMUDIAN MEMBERIKAN KESEMPATAN KEPADA REKANNYA DI FRAKSI GOLKAR RIDWAN BAE UNTUK BERTANYA.
Ridwan Bae (RB): Bapak Setya Novanto yang saya muliakan. Dalam rekaman pembicaraan, yang menyebut pembagian saham untuk Presiden dan Wapres adalah Muhammad Riza Chalid, bukan Bapak. Suara yang di luar sana memang fitnah. Ngomong-ngomong setujukah Bapak soal pembagian saham itu?
SN: (Berpikir sejenak). Gimana, ya? Jika pun saya setuju, itu bukan untuk pribadi Presiden dan Wakil Presiden, tapi untuk lembaga kenegaraannya. Jadi saham itu ujung-ujungnya ya untuk negara.
RB: Ya, benar-benar. Saya menduga memang seperti itu. Tidak mungkin Bapak menyuap pribadi Presiden dan Wapres dengan saham 11 persen dan 9 persen. Setya Novanto sebagai negarawan tidak mungkin melakukan perbuatan senaif itu.
SN: Benar yang mulia. Saya tidak seperti yang dituduhkan banyak orang. Saya berniat menolong, kok malah dijatuhkan. Orang-orang di luar sana memang keterlaluan dan sentimen dengan saya.
RB: Benar, saya setuju dengan apa yang Bapak ungkapkan. Mereka adalah musuh Bapak yang sentimen kepada Bapak. Saya berharap Bapak jangan sempat berpikir mundur sebagai ketua DPR.
SN: Terimakasih yang mulia atas dukungan kepada saya. Saya memang tidak berniat mundur, baik sebagai anggota DPR atau ketua DPR. Saya lakukan itu semua demi bangsa dan negara.
RB: Dalam rekaman pembicaraan juga disebut-sebut bahwa Muhammad Riza Chalid memberikan uang Rp 500 miliar untuk Koalisi Merah Putih. Apakah Bapak tahu itu?
SN: Saya tidak tahu yang mulia.
RB: Oh, ya sudah, sebab saya memang mengharapkan jawaban seperti itu, sehingga MKD nantinya tidak memberikan sanksi apa-apa kepada Bapak.
GILIRAN SUPRATMAN ANDI AGTAS DARI FRAKSI GERINDRA MINTA WAKTU BERTANYA. KARENA YANG MEMIMPIN SIDANG KONCONYA SENDIRI, YAITU ABDUL KAHAR MUZAKIR, MAKA SUPRATMAN PUN LANGSUNG DIPERSILAKAN BERTANYA KEPADA SETYA NOVANTO.
Supratman Andi Agtas (SAA): Mengapa Bapak begitu peduli kepada bangsa dan negara, sehingga Bapak merasa perlu untuk membantu memperpanjang kontrak PT Freeport?
SN: Terus terang saya prihatin, jika kontrak usaha PT Freeport tidak diperpanjang, maka akan merugikan Indonesia. Di sana ada 30.000 orang Indonesia yang bekerja. Jika mereka nantinya menganggur, siapa yang bertanggung jawab. Memangnya orang-orang yang sekarang membully saya mau bertanggung jawab?
SAA: Berandai-andai jika perundingan atau lobi yang Bapak lakukan berhasil, Bapak tidak mendapatkan imbalan satu sen pun, kan?
SN: Tepat sekali yang mulia. Saya tidak mendapatkan apa-apa dan tidak akan minta apa-apa, baik kepada Freeport atau rekan saya Muhammad Riza Chalid. Saya sudah banyak uang. Lihat saja resepsi pernikahan anak saya yang mewah itu. Saya ikut membiayai. Memangnya itu semua berasal dari uang Mbahmu (maksud SN adalah orang-orang yang selama ini minta dia mundur).
Untuk sementara cukup itu saja dulu tanya jawab imajiner persidangan MKD, sebab sidang MKD diskors. Silakan berimajinasi sendiri. []
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H